3. Permintaan Maaf

601 Words
Arka berdiri didepan pagar sekolah, menunggu seseorang. Lima menit, sepuluh menit tapi gadis yang ia tunggu-tunggu belum datang juga. Dari kejauhan terlihat sosok tinggi kurus, rambutnya yang di kuncir seperti ekor kuda berjalan kearahnya. “Laura," Panggil Arka saat cewek itu akan melewatinya. Laura berhenti saat namanya di panggil lalu melihat kearah Arka. Dia kaget kenapa cowok yang jadi idola satu sekolah itu memanggilnya. Apakah cowok berwajah tampan itu akan memarahinya atas kejadian beberapa hari yang lalu atau apa? Banyak pertanyaan yang muncul di benak Laura. "Kamu Laura, kan?" Tanya Arka. Gadis itu mengangguk. “Bisa bicara sebentar?" “Bisa,” Jawab Laura pelan. Mereka berdua sedikit menjauh dari pintu pagar sekolah. Laura sedikit canggung berdua bersama Arka. “Aku minta maaf soal kemarin." Cowok yang lebih tinggi dari Laura itu memulai obrolan. “Soal apa, ya?” Laura pura-pura lupa. Dalam hati Laura bersyukur cowok dihadapanya tidak memarahinya apalagi melemparinya dengan pen seperti kemarin. “Soal kemarin. Aku ngelempar kamu sama pen." Arka mengingatkan. “Oh, itu. Nggak apa-apa kok. " “Thanks.” Mereka berdua diam beberapa saat, binggung harus bicara apa. “Kalau boleh tau kenapa kamu di kelas aku?” Tidak tahu kenapa pertanyaan itu ke luar begitu saja dari mulut Laura. Biasanya dia tidak akan memulai obrolan dengan orang baru. “Bukanya kamu kelas 3 IPA 3." “Sembunyi." “Sembunyi?" Ulang Laura kemudian teringat cerita Ari. “Masa sembunyi di kelas orang.” Laura terkekeh. “Emangnya ada tempat bersembunyi di sekolah ini?” “Ada,” Jawab Laura keceplosan kemudian menutup mulutnya dengan tangan. “Ee, Maksud aku nggak ada." Elak Laura. Arka tersenyum melihat tingkah gadis itu. “Apa kamu bisa nunjukin tempat itu ke aku? Aku butuh tempat sembunyi untuk saat ini. " Laura hanya diam, berfikir harus menjawab apa. “Kamu diam, berarti kamu setuju.” Arka berjalan meninggalkan Laura. “Heiiii, aku diam bukan berarti aku setuju.” Protes Laura. Arka membalikkan badan. “Kamu sudah setuju.” Kembali membalikkan badan dan masuk kedalam sekolah. Laura kesal dengan sikap Arka. Seharusnya ia juga tidak berkata kalau tempat bersembunyi itu ada. Itu adalah kali kedua Laura dan Arka berbicara padahal mereka satu sekolah, satu angkatan, dan siapa yang tidak mengenal Arka Permana. Cowok paling ganteng dan populer di sekolah. Laura masuk kedalam sekolah menuju kelasnya. Ketika melintasi tangga sekolah ia melihat si cowok populer sedang bercengkerama dengan kedua temanya serta beberapa gadis cantik yang ia kenal. Ralat, Laura tahu mereka tapi mereka belum tentu mengenal Laura. "LAURAAA... " Mendengar namanya disebut otomatis Laura menghentikan langkahnya kemudian menoleh. Terlihat Ari berlari kecil kearahnya. "Nih. " Gadis itu menyodorkan n****+ yang sudah tiga hari di pinjamnya. "Thanks, ya. " "Sama-sama. Tumben kok cepat bacanya? Biasanya kan lamaaa... " "Biasa lagi rajin. Hehehe... " "Nggak ada ceritanya Ari Puspita rajin. Paling mau pinjam n****+ yang kemarin, kan? " "Itu tau. " "Sorry... Aku belum selesai baca. Jadi harus nunggu dulu. " "Yaaa... Padahal aku penasaran banget sama ceritanya. Kalau gitu kasih tau aku gimana ceritanya jadi aku nggak usah repot-repot baca." "Iihhh, nggak, enak aja. " Tolak Laura. "Dasar pelit. " "Eh, bilang pelit nggak aku bawain cheesecake lagi, ya! " Laura berlagak mengancam. "Eh-eh, nggak-nggak." Ari mengibaskan tangannya. "Ampun... Kalau ancamannya nggak di kasih cheesecake buatan Ibu. Jangan yaaa... " Ari memasang wajah melas. Melihat tingkah sahabatnya Laura tertawa. Tawa yang terlihat sangat cantik di mata Arka. Tanpa sepengetahuan siapa pun Arka diam-diam memperhatikan gadis manis berlesung pipi itu. "Yuk, ke kelas. " Ajak Rangga. Arka mengikuti sahabat-sahabatnya menaiki anak tangga. Begitupun juga dengan Ari yang berpisah dengan Laura untuk menuju kelas masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD