“Dengar ya Melati, kamu yang santai bisa bergaul dengan siapa pun saya bolehkan. Tapi satu hal yang kamu tahu ada banyak mata-mata yang mengintaimu setelah kamu menjadi istriku,” ucap Wira dengan tegas. Melati hanya bisa menatap ketegasan di wajah lelaki itu. Namun, bukan hanya sekadar ketegasan saja melainkan ada rasa perhatian yang tidak bisa Wira sampaikan dalam bentuk kata-kata. Bukankah seorang laki-laki menyampaikan rasa perhatiannya itu dengan tindakan? “Tapi Pak, saya bukan anak kecil,” elaknya. “Justru karena kamu bukan anak kecil yang tidak mudah diatur.” Wira membalikkan tubuhnya dengan rasa amarah yang masih terpendam. Tiba-tiba saja dengan beraninya Melati mencekal lengannya. “Pak Wira memaafkan saya?” “Untuk saat ini saya memaafkan kamu. Saya tidak suka kamu terlalu de