bc

Diceraikan Pilot Dinikahi Presdir Maskapai

book_age18+
2.0K
FOLLOW
21.6K
READ
HE
independent
blue collar
drama
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Melati sangat terkejut setelah melihat suaminya yang berprofesi sebagai kapten pilot itu tengah berselingkuh dengan salah satu pramugari di sebuah hotel.

Melati pun akhirnya memilih cerai dari suami yang tak pandai bersyukur memiliki dirinya. Tak berselang lama, dia akhirnya bekerja sebagai guru TK dan bertemu dengan anak kecil yang ternyata anak dari presiden direktur maskapai tempat suaminya bekerja.

Bagaimanakah cara Melati untuk membalas suami dan pramugari yang sudah bermain di belakang dirinya, sementara dia mendapatkan posisi hati dari sang presdir maskapai itu?

Cover by bing X @khadijah_aisyah_cover

chap-preview
Free preview
01. Ketahuan Selingkuh
Sebuah pesan gambar masuk ke dalam ponsel seorang wanita cantik yang sedang menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya. Wanita itu segera mengambil ponsel yang ada di atas meja riasnya. Betapa terkejutnya dia saat membuka pesan gambar dari sahabatnya sendiri. “Nggak. Ini nggak mungkin. Mas Arya nggak mungkin mengajak wanita lain ke hotel. Dia kan sedang ada penerbangan ke luar negeri?” Beberapa detik kemudian sahabat dari wanita yang bernama Melati itu pun menghubunginya. Dengan cepat Melati segera menggeser tombol hijau itu. “Halo. Ran, ini apa maksudnya?” “Mel, kali ini kamu harus percaya dengan apa yang sudah sering aku sampaikan ke kamu. Lihat dengan mata kepalamu sendiri, kalau suamimu itu sudah selingkuh di belakang kamu, Mel,” sahut Rania di seberang sana dengan panik. Melati memejamkan matanya seketika lalu menghirup udara dengan perlahan. “Ran, dari mana kamu dapat foto itu?” “Aku dapat dari Hotel Sintera. Daripada kamu nggak percaya lagi sama aku, lebih baik kamu ke sini sekarang juga! Biar kamu nggak sering nuduh aku terus, Mel.” “Ya sudah, kamu kirim lokasinya ya.” “Oke. Pesan aku kamu harus tetap tenang dan segala keputusan dan tindakan ada di tangan kamu!” Rania mematikan panggilan teleponnya itu. Dia benar-benar muak melihat Kapten Arya yang menyelingkuhi sahabatnya demi kepuasannya sendiri di luar sana. Setelah mendapatkan pesan lokasi dari Rania, Melati segera memencet aplikasi taksi online untuk segera menuju ke tempat tersebut. Dengan perasaan yang campur aduk, dia berusaha untuk menahan emosi yang sedari tadi mulai mencuat, Melati pun terus berpendirian teguh. “Apa itu benar, Mas Arya?” “Tapi, dia sudah berjanji denganku akan hidup setia meski aku belum memberikan keturunan untuknya,” gumam Melati yang merasa gemetar di dalam taksi itu. Namun, saat Melati hendak tidak percaya dengan Rania, dia juga dapat menilai tubuh suaminya dari belakang yang begitu kekar dan berisi. Terlebih saat Rania memotret foto suaminya dengan sang pelakor, tangannya sedang mengelus kepala yang membuat Melati semakin menaruh cemburu besar. Setelah sampai di hotel tersebut, Melati bergegas untuk menuju ke meja resepsionis. “Permisi. Mbak, saya mau tanya kamar atas nama Arya Andika nomor berapa?” tanya Melati dengan cara terpaksa. Petugas resepsionis itu pun bergeming melihat kedatangan Melati. “Maaf, Mbak. Ini privasi dari customer kita dan saya tidak bisa memberikan informasi ke sembarang orang,” sahutnya yang berusaha sopan meski Melati memaksa. Jemari Melati segera merogoh untuk mengambil buku nikah miliknya. Beruntung dia menyimpan buku nikah di tas yang biasa dibawa. “Mbak, ini buku nikah saya dan suami saya Arya Andika. Saya ini istrinya Mbak, dan saya harus tahu jika suami saya menginap di hotel ini!” Resepsionis itu pun masih bergeming, meskipun dia sudah percaya dengan Melati—istri dari salah satu customer hotel tersebut. Melati merogoh tasnya kembali untuk mengambil sejumlah uang tunai. “Segini cukup?” Supervisor dari hotel tersebut menghampiri Melati lalu berpura-pura mengambil buku nikahnya. “Wah, ini benar istrinya. Silakan, kamu beri tahu saja kamarnya.” Dia mengambil sejumlah uang itu dari atas meja. Resepsionis itu mengangguk sesuai dengan arahan atasannya. “Baik, Pak. Jadi, Pak Arya Andika ada di kamar nomor tiga puluh satu, Bu.” Melati melengos pergi sambil bergumam di hati. Dasar, nggak atasan nggak bawahan semuanya mata duitan. Pantas saja mencari kerja di Jakarta itu susah. Rupanya harus disuap dulu? Wanita berambut panjang itu segera menaiki lift sebab kamar nomor tiga puluh satu ada di lantai dua. “Ah, itu kamarnya.” Melati tak sabar melangkah lebih cepat untuk membuktikannya sendiri. Tangannya memencet bel yang ada di pintu. Satu kali. Suaminya tak kunjung keluar dari kamarnya. Emosi Melati pun melonjak hingga dia memencetnya sampai beberapa kali. “Hai, sabar!” Seorang lelaki yang memakai handuk kimono membuka pintu hotel tersebut yang sama-sama menaruh puncak emosi. “Bisa sabar nggak!” Lelaki itu sangat terkejut saat melihat kedatangan istrinya dengan wajah kesalnya. “Mel, Mela—” Sebuah tamparan keras dari Melati yang tak menyangka melihat suaminya dalam keadaan kusut memakai kimono itu. “Sayang, siapa yang datang?” ucap perempuan yang ada di dalam kamar itu hingga membuat Melati emosi lalu mendorong suaminya untuk segera masuk. Namun, Arya sebisa mungkin menahannya “Mas, lepas!” Melati berhasil mendorongnya kembali dengan emosi yang sudah tidak bisa menahannya. Dia masuk ke kamar privasi tersebut dengan mulutnya yang ternganga saat melihat wanita cantik memakai gaun berbahan jaring merah berbaring dengan centilnya di atas ranjang kamar itu. “Dasar, pelakor!” Saat Melati hendak menampar perempuan itu, Arya datang lalu menahan tangannya. “Mas, kamu apa-apaan. Lepasin aku, Mas!” Arya menajamkan tatapannya ke arah Melati. “Kamu yang apa-apaan main selonong nampar orang aja.” “Mas, kamu belain dia yang jelas-jelas sudah menggoda kamu begini?” Melati pun membalas tatapan tajam suaminya. “Ya elah pake nanya ya jelas belain aku yang lebih berisi, lebih cantik, dan memberikan kebahagiaan untuk Mas Arya daripada kamu wanita mandul,” ejek Sonya yang merupakan pramugari satu maskapai dengan Arya. Bibir Melati mengerucut saat pelakor itu dengan lantangnya mengatakan dirinya mandul. “Berani kamu mengatakan aku mandul?” “Melati, stop! Jangan buat keributan di hotel orang!” “Mas, kamu kenapa jadi berubah gini? Mana janji kamu yang akan setia sama aku hingga akhir hayat kita?” Melati menyentuh d**a bidang suaminya secara singkat. “Mana yang katanya kamu nggak akan pernah tergoda dengan wanita lain? Tapi apa, dia ini salah satu pramugari bawahanmu!” “Kamu bohong, Mas! Kamu katanya ada penerbangan di luar negeri, tapi apa? Kamu justru berpuas hati dengan wanita lain sementara istrinya sendiri sibuk bersolek agar suaminya tidak tergoda oleh wanita lain!” Arya menunduk malu lalu menggenggam kedua tangan Melati di hadapan Sonya. Arya bersimpuh di hadapan Melati. “Mel, maafkan aku. Aku khilaf untuk kali ini. Aku janji nggak akan melakukan hal ini lagi di belakang kamu lagi.” Melati memberontak, dia sudah tidak percaya lagi dengan suaminya yang tukang bohong. “Omong kosong! Menyingkir dariku, Mas!” “Melati, kenapa kamu jadi kasar begini sama aku?” “Kamu pikir aja sendiri, Mas. Mana ada istri yang melihat suaminya di hotel dengan pramugari gatel kayak dia itu tinggal diam saja?” jawab Melati dengan lantang. Pramugari itu pun beranjak dari ranjang. Dia yang terpancing emosi pun hendak menampar Melati, tapi segera Melati tangkap tangannya. “Hai, lepasin aku!” “Perempuan gatel kayak kamu itu nggak pantes jadi pramugari!” “Kamu itu yang nggak pantes jadi istrinya Mas Arya, sudah kucel, jarang dandan, tepos, nggak ngerti cara membahagiakan suami. Jadi, jangan salahkan Mas Arya jika memilih wanita lain untuk menghiburnya!” Melati melepaskan tangan Sonya dengan paksa hingga membuat gadis itu kesakitan. Sementara Melati menatap tajam ke arah suaminya. “Mas, tega ya kamu menilaiku ke orang lain. Selama ini aku sudah sabar, usaha untuk membahagiakan kamu, bahkan aku sudah berdandan, sampai gonta-ganti parfum biar kamu itu selalu tergoda hanya denganku saja. Tapi apa, kamu justru mencari kepuasan dengan wanita lain!” Melati sampai geleng-geleng kepala dengan dadanya yang kembang kempis menerima kenyataan yang ada. Kakinya pun seakan tak mampu menahan berat tubuhnya yang tidak seberapa itu. “Aku kecewa sama kamu, Mas!” Kedua bola mata Melati sudah berkaca-kaca yang menerima kenyataan pahit sebagaimana pesan sebelum ayahnya meninggal. “Mel, aku bisa jelasin lagi. Aku khilaf, dan please beri aku kesempatan lagi,” ucap Arya dengan lirih. Melati bergerak mundur saat Arya bergerak lebih maju. “Mel, mau ke mana?” Saat itu Melati pergi yang membawa air mata, justru Sonya menahan lelaki itu agar tidak mengejar istrinya. Sungguh, oleh-oleh perjalanan dinas suaminya yang begitu kejam hingga air mata Melati tak henti-hentinya menetes bahkan sampai masuk ke dalam lift kembali. Dia berlari untuk menuju pintu keluar hotel, tapi tak sengaja menyenggol anak kecil yang sedang berjalan. “Tante, maaf.” “I—iya, nggak apa-apa.” Melati beranjak meski masih dalam keadaan menangis. “Tunggu!” ucap seorang lelaki yang tak lain ayah dari anak kecil itu.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook