Turnamen badminton masih terus berlanjut.
Setelah pertandingan ganda putra dan tunggal putra sudah mendapat pemenangnya, yaitu SMA Dharma Wijaya untuk ganda putra, yang di wakili oleh pasangan Glen dan Reyhan, dan SMA Sevit untuk tunggal putra di wakili oleh Galang, kini, pertandingan di lanjut, ganda putri dari SMA Taruna Jaya Prawira dan SMA Ghaveria.
Hanya akan ada dua pertandingan, pada turnamen kali ini. Mengingat, sudah melewati babak penyisihan sejak kemarin, tinggal mencari the winner untuk turnamen dalam cabang olahraga badminton ini.
Gedung satu--tempat jalannya pertandingan tidak terlalu ramai.
Suasananya masih kalah berisik dengan lapangan indoor dan outdoor, mengingat bahwa, pertandingan basket, futsal, dan voly ada di sana. Ke-tiga pertandingan itu masih lebih meriah, daripada badminton.
Terlebih, banyak orang yang lebih menyukai olahraga dengan jumlah anggota regu banyak, karena mau sekalian cari cogan.
Terutama basket, yang memang sarangnya cowok-cowok ganteng yang berkarisma.
Aretha Kazumi Masayoshi--gadis itu masih berdiri di tempat penonton. Berada di barisan terdepan, bersama Acheris, Eva, Rika, Zheta, Bobby, di tambah Tilo dan kawan-kawan.
Kecuali Karrel. Cowok itu belum hadir di sini, atau mungkin tidak datang. Sementara Savita, cewek itu ada di lapangan indoor, karena dia dan teman cheerleaders-nya yang lain, juga masuk final.
"HUWAAAAAAAAAAAA!!!"
"APA WOY, APAAN??" pekik Tilo dan Vian mencelat.
Keduanya sampai terjungkal ke depan, gara-gara Zheta dan lainnya berteriak rusuh begitu.
Ternyata, para cewek-cewek lagi ngerusuhin lapangan gara-gara pertandingan badminton antara SMA Taruna Jaya Prawira dan Ghaveria berlangsung sangat sengit.
Ya gimana nggak sengit, kalau saling kejar poin dari tadi. Sehingga belum ketauan siapa yang lebih unggul.
"WO A WO EEEEEE!!" tambah Bobby amat sangat rusuh.
"EA-EA-EAAAAAA!!!" pekik Retha dan lainnya kompak, karena shuttlecock saling terlempar sana-sini. Durasinya bahkan sangat lama.
"APAAN SIH EA EA EA MULU DARI TADI? INI TANDING BULU TANGKIS SAT, BUKAN KONSERNYA KOBOI JUNIOR," semprot Billy galak, karena tak tahan berada di dekat mereka.
Zheta melirik cowok itu sinis, "Nah kan, ketauan. Hobby-nya dengerin Koboi Junior nyanyi, sampek hapal sama lagu-lagunya," cibirnya sewot.
Billy mendelik, "Yang suka dengerin lagunya Nisa Sabyan diem-diem aja ya!" katanya sinis, dengan tampang yang songong, berhasil menjawab.
Zheta diam-diam mengumpat, "Lo tuh, jago berenang ya?" tanyanya.
"Iya. Kok tau sih?" tanya Billy kepo.
"Pantesan banyak gaya," katanya sambil decak sinis, membuat Billy ternganga-nganga. Ingin sekali maju untuk menerjang cewek berambut sebahu itu, tapi di tahan oleh Vian.
"WEEEEEHHHH UDAH WOY. SANTAI NJING, SANTAI!!" tahan Vian heboh.
"TUH CEWEK NGAJAKIN GUE RIBUT SAAAATTT!!" balas Billy sudah tak tahan ingin mencakar Zheta yang kini malah menjulingkan sebelah matanya seakan meledek.
Eva mendesah, "Berantem mulu ya lo berdua, jadian tau rasa," cibirnya, di balas tabokan keras oleh Zheta.
"Nggak usah sok sewot gitu deh Zhe. Gue mah tau ya, lo diem-diem naksir sama Billy. Ya kan Va?" sahut Retha dengan suara pelan.
"Dasar ular," kata Retha dan Eva dengan pedas.
Zheta mendelik, saat dua temannya itu kompak mengumpatinya. Gadis itu mengkerucutkan bibirnya saja, jadi merasa malu sendiri.
Lalu melirik Billy yang di tendangi oleh Vian agar diam. Diam-diam jadi menahan tawa, dengan pipi yang sudah merona bodoh.
"WOY NAUFAN!" sapa Agam ramah, pada salah satu dari empat pemuda yang berjalan melewati kerumunan rusuh itu.
"YOOOO!!" balas Naufan angkat tangan, seakan absen.
"INTRO DULU NAPA KALAU MAU BERHENTI! KAGET GUE ANJENG!!" amuk Aryan pada Naufan, membuat Naufan jadi mencibir sinis.
Dua cowok lainnya cuma terkikik melihat big bos-nya ngamuk-ngamuk.
Mereka adalah kumpulan cowok- cowok tampan dari kelas 12 IPS 3 SMA Sevit, yang sangat amat terkenal sampai luar sekolah, dengan Aryan Balqi Mahaprana yang menjadi bosgeng utama SMA Sevit.
Sementara Naufan yang di panggil Agam tadi, adalah kawan lamanya.
Retha dan lainnya, ikut memperhatikan mereka berempat, sambil bisik-bisik heboh.
"Mau tanding juga lo?" tanya Agam.
"Bukan. Basket sekolah gue udah kalah dari kemarin," balas Naufan, si kapten basket SMA Sevit.
"Fan, lo masih main pokemon nggak?" tanya Agam kemudian.
Vian di sebelahnya mengumpat.
"Masih lah," kata Naufan langsung menunjukkan ponselnya, dengan gaya sengak belagu.
"WANJER, DIA DAPET YANG GEDE," pekik Billy heboh.
"TARUNG SAMA GUE LAH KAPAN- KAPAN," kata Tilo sok asik, padahal tidak kenal.
Azka cuma diam, menyabarkan diri.
Kenapa coba, dia harus berteman sama manusia kebun binatang kayak mereka??
"Boleh-boleh," kata Naufan jadi semangat juga.
"Temen lo Fan?" tanya Aryan kepo.
"Yoi bos," balas Naufan.
Aryan mengangguk, yang kemudian melirik kumpulan cewek-cewek cantik di samping Agam.
Tentu saja Aryan langsung memasang ekspresi sok ganteng, supaya kelihatan keren dan berkarisma. Memang, cowok itu di juluki titisan buaya berhati kelinci.
"Eh, cewek-cewek!" sapa Aryan sok asik, menyeringai lebar, "Nama gue Aryan ya!!! IG gue Aryan Mahprana satu dua tiga. Jangan lupa di follow ya can----HMPPTTT!" Aryan langsung berhenti, saat Raghil membekap mulut cowok itu.
"Sorry ya, sorry!! Bos gue emang kadang suka malu-maluin," katanya meringis, kemudian menarik pergi cowok yang kini ngomel-ngomel itu.
Retha ternganga oleh kelakuan mereka. Yang kemudian terkikik geli.
"EH GHIL TUNGGUIN!!" seru Rafka, kemudian menoleh pada Naufan yang malah berbicara dengan Agam, "Ayo Fan, balik!!" ajaknya.
"Eh? Oh ya," kata Naufan, "Gue nyusul temen-temen gue dulu Gam! Kapan- kapan kita ngobrol lagi," pamitnya, lalu beranjak akan pergi.
"Oke."
Namun sebelum itu, Naufan sempat melirik gadis mungil di sebelah Retha, yang sibuk meremas lengan cewek Jepang itu seolah merasa gemas luar biasa. Tersenyum malu-malu, tak kuasa menahan debaran jantungnya melihat wajah ganteng Naufan.
Naufan menarik senyum tipis dengan kalem. Mengangguk sekali pada Rika, kemudian bergegas menyusul yang lain.
Tau apa yang terjadi selanjutnya?
"ANJENG!!" umpat Rika.
"APA??" sahut Tilo yang terlompat kaget.
"AAAAAA.....LIHAT NGGAK, LIHAT NGGAK???!! DIA SENYUM KE GUE ANJERRR. HUWAAA MAMAAA!!!" rengeknya langsung lebay.
"Apaan sih? Lepas nggak! Kaos gue melar semua t*i," kata Retha risih, melihat temannya heboh begitu.
"Lebay anjer," umpat Acheris, yang memang juga melihat kalau Naufan senyum ke Rika.
"HUHUHUHU, GUE DI NOTICE SAMA COGAAAANNN!!" jeritnya, tak peduli kalau sudah di tonyor sana-sini.
Ya gimana, dari awal melihat Naufan, dia langsung deg-degan.
Dia tuh...ganteng, berkarisma. Nggak kayak temannya yang paling tinggi tadi. Yang malah nyapa mereka sambil promosi i********:. Kalau di pikir-pikir, dia memang yang paling ganteng.
Tapi yang namanya hati kan, nggak tau milih buat deg-degan ke siapa.
"Gam-Gam, kenalin ke temen lo yang tadi dong!!" kata Rika heboh.
"Yang mana njir?" tanya Agam jadi waspada.
"Yang lo panggil Naufan tadi. ID Line nya ada nggak? i********: aja deh kalau gitu," cerocosnya heboh.
Agam mendelik, "Lah, lo demen sama kapten basketnya Sevit?" tanyanya jadi ternganga-nganga.
"Oh...dia kapten basket? Pantesan njir, tinggi dan ganteng habis," kata Rika makin terpesona.
"EH-EH, DIEM DULU! DENGERIN GUE NGOMONG!!"
Eva tiba-tiba memekik, membuat yang lain terlonjak kaget dan menoleh.
"Apaan nyet, apaan?" tanya Zheta jadi maju, bergerak merapat.
"Gosip baru lagi?" tanya Retha. Rika yang masih cengar-cengir, jadi maju juga.
Eva memasang wajah serius, "Cowok yang namanya Aryan tadi.....ganteng banget ya? Hehehe, lucu," katanya.
Acheris langsung mengumpat. Pun dengan Retha yang hampir khilaf gelindingin Eva ke lapangan. Zheta mendengus sebal, sudah biasa sama Eva yang suka ngatain orang ganteng. Jangankan Aryan, kakek-kakek pakek semir rambut pirang aja, udah di katain ganteng sama dia.
Rika mencibir. Walau tak lama, jadi tersenyum-senyum bodoh lagi.
"Tapi kayaknya, si Aryan tuh playboy," kata Acheris kemudian.
"Minggu kemarin, gue lihat dia sama temen-temennya rame banget, di Gotta Go. Tau nggak sih, anak-anak Sevit tukang nyebat semua," celoteh Retha mulai bergosip.
Zheta menyeringai, "Kayak nggak tau aja lo. Sevit sama Dharma Wijaya kan, emang sarangnya badboy kelas kakap semua," balasnya, membuat Retha mendelik, baru tau.
Setaunya, cuma Cendrawasih yang isinya anak-anak nakal.
"Sekarang mah susah ya, nyari cowok goodboy yang setia," kata Eva merasa miris sendiri.
"Yeee, sorry ya say! Gue udah nemu satu, yang patahin teori lo barusan," kata Acheris dengan songong.
"Dih, mentang-mentang cowoknya ketua OSIS," sindir Zheta tajam.
"Mending, lo cari deh Va, cowok yang ngejomblonya tiga tahun. Gue yakin, pasti orangnya setia," kata Rika.
"Kok lo bisa yakin gitu?" tanya Retha.
"Ya iyalah, nyari pacar aja dia susah, masa iya masih sok mau selingkuh? HAHAHAHAHAHA," kata Rika jadi langsung ngakak.
Retha melongo. Yang lainnya juga. Yang kemudian melengos sebal, tak lagi peduli sama cewek itu. Mereka kembali melihat pertandingan.
Sampai tak lama, sosok Karrel datang. Berdiri di samping kanan Retha, yang masih kosong. Hal itu membuat Retha reflek melihat ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Karrel dengan suara rendah yang khas, "Emang gue nggak boleh nonton di sini?" tanya Karrel dengan sewot.
"Lah..." Retha mengangkat alis, "Gue nggak ngomong apa-apa perasaan. Lo kok jadi nyolot gitu?" tanyanya yang merasa bingung.
"Halah," cibirnya, "Gue bisa kali, baca pikiran lo. Pasti di otak lo sekarang, lagi ngedumelin gue."
"Dih pedean banget lo," sindir Retha pedas, "Kalau lo bisa baca pikiran gue, ayo sini, coba baca!" tantangnya.
Karrel mengangkat sebelah alisnya tinggi. Kini jadi mengumpat, merasa tertantang, dan langsung maju sambil memicingkan matanya.
Retha mendelik. Tak mau kalah, dia balas memicingkan matanya dan jadi maju juga. Yang tanpa sadar, wajah keduanya sama-sama mendekat satu sama lain. Karrel yang sadar lebih dulu, langsung melengos keras. Dan menarik dirinya mundur.
"Cih," cibirnya sewot.
Retha tersentak, "Lo apaan sih Rel?" katanya bingung.
"Bodo amat Tha," katanya tak peduli, setengah mendengus.
"LAAHH???"
"Cowok lo mana? Dia nggak nonton lo tanding nanti ya? Kasihan," ejeknya dengan sarkas.
"Cowok gue?" beo Retha.
"Anak Taruna. Yang tadi habis mesra- mesraan sama lo," katanya menyindir kejadian tadi.
"Akhtar?" tanya Retha yang baru sadar, lalu mendelik, "Mesra apaan sih? Orang gue sama dia cuma temen biasa doang," balasnya tak terima.
"Heleh."
"Weis, lagi kumpul-kumpul nih. Nah, mumpung kumpul semuanya, sambil bayar utang kas di gue kali. Lo pada kan, rata-rata pada punya utang di gue. Apalagi si Vian sama Tilo. Ayo- ayo bayar utang. Mau bayar utang sekarang apa di akhirat?" kata Savita semangat, padahal baru datang, sambil mencolek-colek lengan Vian, dan Tilo di sebelahnya.
"Matre lo," umpat Vian.
Retha memicingkan mata, "Lo kenapa sih, aneh mulu? Marah sama gue? Lo lagi musuhin gue ya sekarang?"
"Emang...kita pernah temenan? Kita nggak seakrab itu perasaan," balas Karrel masih sewot.
"Wah, belagu banget..." kata Retha mendengus sinis, "Terus, kalau kita nggak seakrab itu, ngapain juga lo berdiri di samping gue? Ngapain lo ajak gue ngomong?" tanyanya jadi emosi sendiri.
"Hah??"
"JAUH-JAUH SANA!!" usirnya sambil mendorong-dorong badan Karrel.
Karrel mengumpat. Tapi menurut dengan menggeser badannya jadi agak menjauh.
"KURANG JAUH!!" katanya galak, membuat Rika di sampingnya mengumpat, karena kupingnya sakit.
Karrel mendelik sinis. Lalu menggeser badannya makin jauh.
"MASIH DEKET!!"
"Ya lo agak geser lah. Ini udah mentok kali Tha," kata Karrel balas jutek.
Retha mendengus sinis. Menggeser badannya menjauhi Karrel.
"Sempit anying," protes Rika, tapi tak di pedulikan oleh Retha.
"Rel, bayar duit kas!!!!!!!" kata Savita dengan garang kayak harimau hutan. Walau cewek itu sibuk melayani Vian, Tilo dan Azka yang akhirnya luluh membayar uang kas juga.
"Cot," kata Karrel tak peduli, kembali melengos melihat ke arah depan.
***
Setelah pertandingan ganda putri dari SMA Taruna Jaya Prawira, dan SMA Ghaveria, kini di lanjut pada ganda putri SMA Cendrawasih, dan Dharma Wijaya. Pasangan pertama ada Aretha Kazumi dan Indah Amalia.
Pasangan kedua, ada Dira Cantika dan Siti Avilla. Pertandingan ini sangat amat di tunggu-tunggu.
Terlebih, pasangan Dharma Wijaya lah yang menjadi pemenang tahun lalu. Walau bukan Dira dan Siti yang menjadi perwakilannya.
Peluit telah di tiup oleh wasit, agar tim Dharma Wijaya mulai melakukan servis lebih dulu. Dira yang kali ini menjadi server-nya.
Saat shuttlecock di lemparkan ke area lini pertahanan Cendrawasih, Retha dengan sigap menangkapnya dengan raket di tangan, melemparkan kembali shuttlecock ke area lawan.
Dari tempat berdirinya suporter SMA Dharma Wijaya, suara Alex terdengar yang paling keras.
"BUNDAAAAAA SEMANGAT!!!!"
"TANGKEP BUND, TANGKEP! NAH CAKEP BANGET AYANG GUE!!!"
"SMASH YANG, SMASH! YAH, GAGAL."
"APAAN SIH LO BERISIK!!!!!" semprot Nugraha dengan galak. Alex mendelik, mengumpat saja, "JANGAN BIKIN GUE MALU DONG!!" omelnya membuat Alex mengumpat tak terima.
Akhirnya, mereka cekik-cekikan. Tak ada yang berani memisahkan. Karena Denta, Gista, Gasta dan Ivon tak ada di sana. Denta dan Ivon lagi fokus untuk pertandingan voly nanti. Gista dengan cheerleaders-nya, dan Gasta tentu saja menonton pacarnya.
Di barisan penonton anak-anak SMA Cendrawasih, juga tak kalah rusuh. Tilo, Agam, Billy dan Vian mendadak collab, menjadi tim cheers. Hal itu menambah kehebohan pada pemain dan juga menyemangati mereka.
"GIVE ME C!!"
"GIVE ME E!!"
"GIVE ME N!!"
"GIVE ME D!!"
"GIVE ME A!!"
"R DULU!!" protes Billy pada mereka bertiga.
"Lah, emang tadi kita ngomong apaan?" Vian bertanya bingung.
"Tadi barusan lo ngomong, 'give me A'. Sekolah kita tuh Cendrawasih, bukan Cendawasih," celoteh Billy sewot.
"OKE-OKE, KITA MULAI LAGI!" kata Agam berusaha menenangkan.
"GIVE ME C!!"
"GIVE ME E!!"
"GIVE ME N!!"
"GIVE ME D!!"
"GIVE ME R!!"
"GIVE ME A!!"
"GIVE ME W!!"
"GIVE ME A!!"
"GIVE ME S!!"
"HALAH-HALAH, PANJANG AMAT GIVE ME NYA!!!" Tilo mengamuk.
"DAH-DAH, INTINYA, CENDRAWASIH SEMANGAT!!! YOK SEMANGAT AYO! BIKIN BANGGA MAMA PAPA!!" pekik Billy rusuh.
"RETHAAAA????!!!"
"WAAAAAAA!!!"
"INDAAAAHHH??"
"HUUUUUUUUU!!!"
"SINI MATA LO BEREMPAT GUE SMASH PAKEK RAKET!!" Indah yang ada di lapangan, langsung ngamuk, naik pitam begitu saja karena melihat kelakuan Vian CS . Giliran Retha saja, di kasih 'waaaa', giliran dia di kasih 'huuuuu'.
Bukannya takut, mereka malah tertawa ngakak. Tapi Indah tetap lanjut ke permainan.
"KALEM DONG WOY, KALEM!" pekik Karrel jadi emosi kecil.
Memang, di geng-an mereka, hanya Karrel yang paling jaga image. Azka tak terhitung, karena cowok itu memang dasarnya kalem.
"RETHAAAA SEMANGAT. KALAU LO MENANG, GUE BELIIN LO KINDER JOY DEH!!" teriak Tilo rusuh.
Retha yang hendak melakukan servis jadi menoleh sebal.
"EA-EA-EAAAAA!!" pekik Rika dan lainnya kompak, saat shuttlecock terlempar sana-sini.
"Sssstttt, bacot! Anteng sekali nggak bisa ya??" kata Karrel galak, kembali sibuk memperhatikan cewek tinggi berkuncir kuda yang kini terlihat menangkap shuttlecock, dengan raket di tangannya, sangat lincah.
"RETHA FIGHTING!!" pekik Zheta.
"Si Zheta kalau teriak, auranya ganas bener njir," julid Billy.
"Cot," semprot Zheta galak.
"RETHA, YANG SERIUS DONG! JANGAN MALUIN GUE JADI GURU," pekik Karrel tak tau malu.
"CIYEEE-CIYEEEEEEE!!"
"RETHA, SEMANGAT DONG! UDAH DI NOTICE KAKAK KARREL NIH!!"
"OH, RETHA SAMA KARREL? CIYE- CIYEEEEEE!!!" Rika menggodai.
Retha yang ada di lapangan, reflek mengumpat tanpa suara. Ingin sekali jejelin mulut Karrel pakek kaos kaki.
"Tha, jangan lirik-lirik gue mulu dong haduhh!! Jadi salting loh," kata Karrel belum mau diam, membuat yang lain jadi ikutan terbahak kencang.
Sumpah ya, Retha lama-lama tak bisa menahan diri, untuk tidak menyentil ginjal cowok itu.
Apalagi teman-temannya yang lain, makin rusuh tak terkendali.
Bayangin aja, kalau ada pembangkit listrik tenaga bacot netizen. Nanti di bikin film-nya juga, 'cocotmu killer'.
"Pantes aja, bibir gue kering sama pecah-pecah. Kirain sariawan. Eh ternyata belum ngebacot dari tadi," kata Savita baru sadar.
"Hah, emang bisa gitu?" Acheris jadi langsung bertanya, Eva ikutan maju.
"Iyalah, otot-otot bibir kaku," balas Savita tanpa dosa.
BUKKKK
"AW!!!"
Suasana yang semula ramai, kini jadi hening, saat salah satu pemain jatuh di lapangan.
Karrel yang tadinya masih ngakak, kini melebarkan mata, saat melihat Retha terjatuh di sana.
"Loh, Tha??" pekik Rika, melihat temannya itu tersungkur, saat baru hendak melakukan gerakan smash.
Dira yang menjadi tim lawan pun, tak kalah kagetnya mendengar suara gedebug nyaring itu.
Indah mendengus, membantu Retha berdiri, walau tak lama membisiki sesuatu.
Troy--kapten badminton yang di minta untuk coach mengawasi jalannya pertandingan, hendak maju, tapi di tahan oleh Indah dengan isyarat tangan. Memberi aba-aba kalau Retha baik-baik saja.
"Dia masih mau lanjutin main?" seru Karrel ternganga, padahal saat dia lirik kaki Retha, sudah membiru.
"Kayaknya sih. Eh, tapi tadi jatuhnya keras banget nyet," kata Vian serius.
"Ya iyalah, dia pas mau lompat gitu njir," sahut Agam menimpali.
"Eh, Retha kayaknya maksain diri deh. Tuh lihat, dia mincang gitu mainnya," kata Eva heboh.
Karrel agak menyipitkan mata. Kini melihat ke arah lapangan. Fokusnya pada gadis cantik berkuncir sky blue yang kini merintih kecil, tapi tetap berusaha memukul shuttlecock yang masuk ke areanya.
Bahkan sesekali, Retha masih akan melompat, walau setelahnya, dia akan memejamkan matanya, berusaha untuk menguatkan diri.
"Tuh cewek, pala batu banget," kata Karrel mendecak.
Yang kemudian berlari ke arah lapangan pertandingan, membuat teman-temannya melotot kaget. Bahkan wasit utama pertandingan reflek meniup peluitnya, agar pertandingan berhenti dulu.
Hal itu membuat para cewek-cewek yang sedang bermain, jadi melotot kaget, melihat Karrel datang dengan aura menyeramkannya.
Retha yang belum sadar dengan kehadiran Karrel cuma mengeryit, saat suasana mendadak jadi hening.
"Retha!" panggil tegas, membuat cewek itu tersentak langsung kaget dan menoleh.
"Ngapain masih di lanjutin??? Ayo pulang!" ajaknya tak mau di bantah.
Dira ternganga melihat kejadian ala-ala ini.
"Tapi Rel, gue-----"
"Tapi apa? Nunggu kaki lo patah dulu baru mau berhenti?" katanya dingin, sambil meraih tangan Retha.
Karrel menoleh pada Troy, "Lo bisa jadi kapten nggak sih? Lihat anggota lo cidera, dan lo diem aja??" katanya langsung emosi.
Troy menggeleng panik, "Gue....gue nggak tau. Gue kira dia baik-baik aja."
"Baik-baik aja lo bilang? Kakinya udah berdarah gitu, dan lo bilang dia baik-baik aja?" katanya galak.
Retha reflek melihat ke arah kakinya.
"Ayo pulang!" kata Karrel tegas.
"Nggak bisa seenaknya gitu lah. Dia masih main ganda putri bareng gue. Udah gila lo ya? Kalau sekolah kita kalah gimana?" protes Indah ngotot.
"Gue nggak nyuruh lo buat ngomong," sentak Karrel membuat Indah menarik diri, jadi menciut agak takut.
Wasit di pinggir lapangan, cuma bisa cengo, bingung harus apa.
"Lagian, nggak usah lebay lah Rel. Dia bilang nggak papa tadi," kata Indah tak mau kalah.
"Nggak papa gimana njir. Udah jelas berdarah gitu kakinya," semprot Dira membela, yang memang dari SMP musuhan sama Indah.
"Diem lo!" kata Indah meninggi.
"Tha, ikut sama gue!" kata Karrel langsung menarik tangan Retha.
Indah segera menahan, "Dia nggak papa Rel. b***k ya lo???"
"SINI KAKI LO GUE PATAHIN, BIAR LO TAU RASANYA," katanya mengamuk, membuat Indah langsung mengkerut.
Karrel menoleh pada Sherin. Dia yang jadi pemain tunggal untuk turnamen bulu tangkis nanti, "Rin, gantiin Retha!!"
Sherin mengangguk kaku. Ngeri juga lihat Karrel ngamuk gini.
"Gue nggak terbiasa main satu tim sama Sherin. Rel...udah lah, Retha biarin main aja. Dia udah bilang kok, dia nggak papa. Lo aja yang terlalu berlebihan, atau dia yang cuma pura- pura. Harga diri gue di pertaruhin di pertandingan kali ini," katanya.
Karrel mendelik, APAAN SIH, BULU TANGKIS DOANG, SAMPEK BAWA HARGA DIRI SEGALA????
Mohon maaf ya, si Indah nih, udah dapat tiket masuk surga jalur SNMPTN ya??
Sengak amat hidup di dunia, pakek ngatain Retha pura-pura.
"Ayo Rel...pulang!!" kata Retha yang akhirnya menurut juga.
Karrel yang tadinya mengeraskan rahang menatap Indah, jadi melunak akhirnya. Cowok itu langsung meraih tangan Retha, membantunya berjalan. Cewek itu melangkah dengan terseok- seok, tapi menggigit bibir, menahan kesakitan.
Sampai di pinggir lapangan, Karrel langsung berlutut dengan lutut kiri menumpu pada lantai lapangan, dan lutut kanan tertekuk ke atas. Cowok itu melepas sepatu Retha, dan ingin melihat pergelangan kaki Retha, yang kemungkinannya terkilir.
Karena tak mungkin hanya karena lututnya saja yang berdarah, Retha sampai kesakitan begitu.
"Ck, sampek memar gini," gumamnya sambil mendongak.
Karrel berdiri. Mendesah dengan samar, melihat Retha yang sama sekali tak menangis, hanya meringis kesakitan saja. Padahal sudah jelas, memar-memar kebiruan itu, Karrel sudah tau rasa sakitnya kayak apa.
"Kalau gue nggak dateng, gue yakin lo tetep maksain diri nahan ini, sampek selesai tanding," katanya tajam, yang berhasil membuat Retha terdiam, tak berani memprotes atau menyahuti.
Garis wajah Karrel mengeras, dia melirik ke arah Indah yang masih melihat ke arah mereka, "Kalau dia sampai kenapa-napa, lo yang gue cari pertama kali," ancamnya, membuat Indah diam-diam meneguk ludah, karena tau, salahnya membuat masalah sama bosgeng utamanya SMA Cendrawasih.
"Masih bisa jalan nggak?"
Retha mengangguk, "Bisa kok."
Karrel meneguk ludahnya samar. Melihat Retha kembali meringis, membuatnya makin cemas.
Lalu maju dan menarik lengan Retha pelan. Cowok itu kini berdiri di depan Retha membelakangi cewek itu, dan agak menekuk lututnya, membuat cewek di depannya melebarkan mata, terkejut luar biasa, pun dengan lain, yang sejak tadi melihat mereka.
"Ayo naik!" perintahnya, sambil menarik dua lengan Retha supaya cewek itu naik ke punggungnya.
Retha merapatkan bibirnya, dan langsung naik ke punggung Karrel sambil merintih pelan.
Saat Retha sudah berhasil naik ke punggungnya, Karrel memegang bagian belakang lutut Retha, agak menaikkan tubuh cewek itu, untuk memperbaiki gendongan.
"WOHUUUUUU!!!!" pekik Rika dan lainnya rusuh.
"WOY-WOY, TEMEN GUE TUH," kata Agam langsung bangga.
Retha meruntuk, jadi malu saat semua orang kini mundur memberi jalan untuk mereka, walau sambil menggoda heboh.
Retha menggigit bibir. Semakin memeluk leher cowok itu, sambil meletakkan dagunya di pundak cowok itu.
"Makasih ya..." katanya tulus, "Sama maaf...udah bikin lo repot gini," kata cewek itu merasa bersalah.
"Hm..."
Keduanya kini sudah keluar dari gedung satu, menyusuri koridor gedung G yang tak ramai, karena pusat kerusuhan ada di koridor A, B, lapangan indoor dan outdoor.
"Pegangan yang bener!" kata Karrel agak berbisik, membuat Retha makin memeluk cowok itu.
"Oh ya, berat lo berapa sih?" tanya Karrel, membuat kening Retha berkerut dalam.
"Lima puluh doang kok," kata Retha, "Kenapa emangnya?" tanyanya.
"Capek gue, gendong lo doang kayak gini," sembur Karrel galak lagi.
Retha mencuatkan bibirnya, "Ini tuh, berat badan ideal gue tau," balasnya membela diri.
"Diet lah besok! Pantes aja pipi lo gede gitu. Lima puluh njir," katanya sewot.
Yang kemudian tersadar...
"Eh, jangan deh! Lo lucu kalau punya pipi tembem gitu," kata Karrel lagi.
Merasa di puji, pipi Retha memanas. Tapi rasanya ingin sekali mencakar cowok ini, supaya tidak menggodanya lagi. Tapi sayangnya, dia terlalu sibuk meruntuki jantungnya yang sudah menggila tak karuan.
"Rel, mau tanya!"
"Tanya mulu, katanya pinter."
Retha mendengus sinis.
"Ya udah nggak jadi."
"Iya-iya, mau tanya apa?"
"Lo...kenapa bisa sayang banget sama Denta?" tanya Retha kepo.
"Nggak tau sih. Gue awalnya cuma tertarik doang, lama-lama beneran jadi cinta," balasnya tenang.
"Meski lo tau dia udah punya cowok?"
"Gue awalnya juga nggak tau, kalau dia pacarnya Gasta. Waktu gue udah tau, gue ngerasa nggak terima," kata Karrel menjawab.
"Gue udah ada niat buat pergi kok, tapi Melody dateng. Lo sendiri tau, Gasta akhir-akhir ini lebih sering sama Melody. Gue nggak tega biarin Denta sendirian," ocehnya lagi.
"Kenapa?"
"Gue nggak suka lihat dia nangis. Dia selalu sok kuat di depan gue," katanya sambil terkekeh miris.
Retha tersenyum pahit.
Gue juga pengen Rel, di cintai kayak Denta. Beruntung banget dia, karena kenal elo lebih dulu dari gue.
Retha langsung tersentak. Meruntuk kecil. Mengumpat tanpa suara, bisa- bisanya berkata hal seperti itu di dalam hatinya.
"Biarin aja dulu! Lo nggak perlu kok terlalu masuk ke masalah mereka. Mungkin, Melody emang sengaja di kirim sama Tuhan, buat masuk ke hubungan mereka, karena dia cuma pengen tau, sekuat apa cinta mereka berdua," katanya tenang.
Karrel merapatkan bibirnya, belum tau harus menjawab apa.
"Tau nggak sih...level cinta tertinggi yaitu nge-ikhlasin?" tanya Retha.
"Tau," balasnya lirih.
"Dan...apa lo percaya, kalau pada akhirnya, akan ada cinta baik yang berpihak ke lo?" tanya Retha.
"Hmm??"
"Sama kayak Gasta. Tuhan udah ngasih cinta baik ke dia, lewat Denta. Dan bakal ada saatnya juga, cinta baik berpihak ke elo. Lo nggak yakin sama miracle??" kata Retha.
"Mungkin, lo di minta sama Tuhan buat rasain patah hati paling hebat lo sekarang, sebelum elo ketemu sama cinta terbaik lo," ujar Retha sungguh-sungguh.
***