19 | Melepaskan Yuk!

1478 Words
Sudah beberapa hari, dari kejadian waktu itu, Karrel mencoba untuk memikirkan kembali ucapan Retha. Tentang definisi cinta yang baik. Karrel ingin percaya. Karena sampai detik ini, dia belum menemukannya. Melody yang dia ikrarkan sebagai cinta pertamanya, nyatanya tidak berhasil membawa hal itu. Tapi Retha bilang, pada masanya tiba nanti, akan ada satu cinta baik yang berpihak padanya. Entah kenapa, Karrel justru langsung percaya. Setelah Retha mengatakan hal itu, dia jadi berpikir : Gasta aja bisa dapetin cinta baiknya yaitu Denta, masa gue enggak bisa?? Kalaupun harus menunggu Gasta dan Denta sampai putus, itu terdengar cukup jahat. Karrel hanya tidak mau, cinta yang dia punya, akan menjadi obsesi semata. Jika pada akhirnya, Denta hanya bahagia bersama Gasta, dia bisa apa, selain mengikhlaskan? Benar kata Retha, level cinta tertinggi yaitu mengikhlaskan sesuatu yang tak di maksudkan untuk kita. Setelah memikirkan hal itu matang- matang, sejak pagi, siang, sore, dan malam, Karrel memberanikan diri untuk menghubungi Gasta. Karrel : Gue mau minta izin sama lo Gas, boleh? Gasta : Izin? Karrel menjilat bibirnya samar, jadi agak gemetar membalas. Karrel : Mengakhiri apa yang udah gue mulai. Karrel : Soal Denta. Gasta : Maksud lo? Karrel : Gue mau ajak dia jalan, kalau lo izinin sih. Kalau enggak juga, bakal tetep gue paksa. Gasta : Kemana? Karrel : Kepo! Gasta : kalau ini buat terakhir, gue izinin. Karrel : Iya elah, bawel lo. Karrel : Thanks nih btw. Gue pinjem dulu cewek lo. Dan setelah mengatakannya, Karrel langsung tancap gas ke rumah Denta. Menjemput cewek itu, walau awalnya membuat Denta kebingungan. Meski tidak bisa membuka hatinya, Denta bukan gadis sejahat itu yang langsung menolak kehadiran Karrel. Gadis itu tetap menerima semua perlakuan baik yang Karrel lakukan padanya. Karena faktanya, cowok itu yang selalu ada, saat Gasta--pacarnya menyia-nyiakannya begitu saja. Walau dua hari belakangan ini, hubungan mereka sudah baik. Karrel benar-benar membawa Denta jalan. Memasuki mall, menuju ke bioskop. Seperti hal yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Hanya saja, film yang mereka tonton kali ini ber-genre romansa. Sempat bingung juga, mengapa Karrel ngotot mau menonton film romansa. Tapi, gadis itu tidak protes sama sekali. Buktinya, dia juga menikmati selama film itu di putar, dengan cemilan dan minuman soda di tangannya sebagai pelengkap acara nontonnya kali ini. Sejak pemutaran film, Denta terus menyempatkan diri untuk sekedar melirik Karrel. Ada sesuatu yang mengganggu fikiran gadis itu sejak tadi, tapi belum sempat untuk dia tanyakan pada pemuda itu. Denta belum berani bertanya, karena Karrel sendiri, fokus menonton film yang mereka tonton. Sebenarnya, Karrel ini kenapa? Jujur, mulut Denta gatal untuk menanyakan itu. Dia selalu bersikap aneh dari awal keduanya sampai di mall ini. Mulai dari mengajak bergandengan tangan, dari awal masuk mall sampai di dalam bioskop, menutup rok pendek Denta dengan jaketnya, menyenderkan kepala di bahu Denta, bahkan lebih parahnya pemuda itu berbicara lembut sekali, seolah dia adalah Gasta--bukan Karrel. Selesai dari bioskop, Karrel membawa Denta ke sebuah restoran dengan nuansa sejuk dan rileks langsung tersirat begitu Denta melihat design nya. Restoran itu jelas restoran yang sangat mahal. Mungkin kalau Denta adalah tipe cewek manja dan suka pilih-pilih, dia pasti sudah merajuk dari tadi. Karena mau bagaimana juga, di foodcourt mall, banyak sekali stand penjual makanan. Tapi Karrel malah memilih tempat yang jauh. Untung saja ini Denta, cewek yang doyan makan dimana dan kapan saja. Karrel tersenyum di depan Denta setelah sempat menyanyikan satu lagu untuk gadis itu di depan semua pengunjung restoran. Hal itu membuat Denta menelan ludah merasa bersalah. "Gue tau, hati lo bukan buat gue Nta," katanya tenang. "Rel!?" gumam Denta pelan. "Lo udah bisa pergi sekarang," kata Karrel dengan matanya yang memerah. "Rel--" "Balik ke cowok lo, Nta. Gasta mencintai elo dan begitupun sebaliknya. Gue percaya, dia bisa jaga elo, melebihi gue." "Kenapa gue bodoh, Rel? Kenapa gue nggak bisa jatuh cinta sama cowok sebaik elo?" kata gadis itu sambil terisak, merasa sesak. Karrel mengusap kepala Denta mencoba menenangkan gadis yang kini sudah menangis di depannya. "Hei, nggak usah nangis! Ngapain nangis? Gue nggak papa Nta," tanya Karrel lembut. Denta masih saja terisak, membuat Karrel langsung menarik tubuhnya memeluk gadis cantik itu. "Udah ya, jangan nangis!" Karrel melepas pelukan keduanya, memegang bahu gadis itu, kemudian menatapnya lekat-lekat. "Gue lepas lo sekarang. Gue harap, lo bisa janji sama gue, kalau lo bakal bahagia sama dia." Pertanyaan Karrel di angguki cepat oleh Denta. "Gue janji bakal bahagia, tapi gimana elo Rel?" "Gue udah lega sekarang. Tenang aja, patah hati doang," kata Karrel mencoba untuk tertawa. "Makasih udah cinta gue," gumam Denta pelan. "Bilang ke Gasta, awas aja kalau sampai dia bodoh lagi kayak kemarin," kata Karrel, di balas anggukan kecil oleh Denta. Karrel tersenyum tulus. Jatuh cinta sama lo terlalu nyakitin ternyata. Dan anehnya, gue nggak ngerasa nyesel sama sekali. Karena pada dasarnya, dengan Denta dia belajar satu hal : Ketika cinta itu mengalah di salah satu pihak, dari situlah kedewasaan menerima, kalau cinta tidak harus memiliki. "Uuuuuhhh lucu banget, kalau Karrel lagi serius begini," seru Denta yang di buat-buat sok kagum, sambil mengusap sisa-sisa air matanya, membuat Karrel mendelik sebal. Cewek itu terkekeh kecil, "Aneh tau, dan gue sempet shock juga, karena lo tiba-tiba ngelepas gue setelah nge-gas gue banget. Apa ini yang di namakan PHP Rel??" katanya langsung drama. Karrel reflek mendecih. Tak mendengar pembelaan atau sahutan dari Karrel, membuat Denta makin gencar bertanya. "Gue jadi beneran kepo deh," katanya bergumam, yang kemudian tersentak baru sadar. "Aaaa...udah punya pacar baru ya sekarang??? Atau lagi naksir sama cewek? Ciyeee!!!" godanya yang jadi memain-mainkan jari di bawah dagu Karrel dengan gemas. Karrel mencuatkan bibirnya, "Apasih, orang enggak lagi naksir siapa-siapa kok," kata Karrel mengelak dengan bibir manyun, menepis kesal tangan Denta dari dagunya. Denta mengangkat sebelah alisnya tinggi, "Terus karena apa??" Karrel mendesah. "Ada yang bilang ke gue, kalau suatu saat nanti, bakalan ada cinta baik yang berpihak ke gue. Bakalan ada cewek yang takut kalau gue pergi, ada yang bakalan nangis kalau gue luka, dan bakalan siap peluk gue waktu gue lagi kena masalah. Seenggaknya, buat sekarang gue mesti percaya dulu, kalo dia bakalan dateng," katanya dengan panjang lebar, membuat Denta reflek bersorak kagum. "Yang ngomong tuh...cewek??" "Iya." Denta ternganga, "Ck, kenapa ya, gue malah jadi punya firasat, kalau lo itu harus jatuh cinta sama dia," katanya. "Kok gitu?" "Ya, dari cara dia ngomong aja, udah dewasa banget. Pasti dia cantik dan baik banget. Udah deh, sama tu cewek aja, daripada lo nggak laku gini," seru Denta seraya meledek. Hal itu sontak saja membuat Karrel melotot galak. Yang kemudian mendecih. Berikutnya malah diam sendiri, mengingat sosok Aretha Kazumi Masayoshi. Itu cewek, lagi ngapain ya?? "Nta!!" "Apa?" "Kalau prioritas gue bukan elo lagi, lo nggak marah?" tanya Karrel hati-hati. Denta terkekeh kecil. "Ya enggak lah. Justru seneng, karena lo bisa move on. Jangan kayak Gasta, yang jadi manusia gamon," katanya sambil tertawa bodoh. Karrel meneguk ludahnya. "Kalau gue sayang dia lebih dari elo.... gimana??" Garis wajah Denta berubah. Cewek itu mengangkat sebelah alisnya tinggi, lalu terkekeh kecil, lagi. "Iya, nggak papa. Lo nggak harus minta izin gue buat perasaan lo." Denta tersentak menyadari akan satu hal, "LAH, DIA ITU SIAPA REL????" Karrel terlompat ke belakang, jadi ngumpat-ngumpat karena kaget. "Ciyeee, udah suka-sukaan. Siapa sih ceweknya? Kepo nih," katanya jadi semangat menggodai. Karrel menarik diri. Wajahnya jadi merona, merasa malu. "Apaan sih, belom ada kok," balasnya agak mengkerut malu. "Wiiiii pipinya merah," ledek Denta makin jadi. "Apasih Nta? Nggak merah kok," seru Karrel mengelak, menutup pipinya dengan dua tangan. "Siapa haa, siapa? Temen sekolah lo ya?" tanya Denta belum mau diam. "Ck, enggak. Di bilangin belum ada ya belum ada," katanya sewot. Tapi jelas wajahnya amat sangat merona. "Atau jangan-jangan, si Retha ya??" Karrel melotot kaget. "KOK JADI MALAH RETHA SIH?" kata cowok itu nge-gas, sukses membuat beberapa pengunjung menoleh. "Ssssttt, pelan-pelan b**o," kata Denta jadi melotot. "Ya elo, langsung sebut-sebut nama Retha kayak gitu," kata Karrel, sambil membuang muka ke arah lain. "Lah, kan nanya doang. Kok malah marah? Jadi kelihatan banget loh, kalau beneran suka sama Retha." "Enggak," kata Karrel ngotot. "Ciye...mukanya merah gitu," ledek Denta dengan tengil. "Ck, Denta...udah. Gue malu," katanya membuat Denta makin terbahak. "Gue bilangin Retha ah, kalau lo suka sama dia," godanya. "Nta, jangan gitu lah!" kata Karrel yang jadi merajuk kini. Denta makin terbahak, bahagia sekali menggodai Karrel. "Jangan ngambek kayak gitu dong! Gue panggilin Retha loh," ancamnya sengaja, yang di balas delikan tak suka oleh Karrel. "Bodo," kata Karrel tak peduli. Walau tak di pungkiri, pipinya panas saat Denta menggodanya dengan Retha. Syukur, cewek jutek itu tidak ada di sini. Bisa hancur lebur image ganteng yang di bangunnya susah payah selama ini. "REL-REL, ADA RETHA REL!!" pekik Denta membuat Karrel melotot jadi panik. "Mana njir?" tanyanya waspada. "Tapi boong," kata Denta menyeringai lebar, puas sekali menipu Karrel. Merasa di bodohi, Karrel dengan sebal menonyor kening cewek itu, di balas cibiran sewot oleh Denta. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD