14 | Melody Ratu Drama

3159 Words
"WOI DENTA, SEMANGAT WOI!!!" "SEMANGAT YAA, NGGAK MAU TAU." Suara berat Karrel terdengar begitu keras, lantaran cowok itu langsung merebut paksa megaphone yang tadi di pegang oleh Vian, yang tak lain bukan adalah pemimpin yel-yel dari SMA Cendrawasih. Seketika penonton jadi semakin heboh. Apalagi anak Cendrawasih yang langsung melongo, melihat bosgeng mereka, justru mendukung atlet dari sekolah lawan. Kan, bazeng namanya. "Karrel penghianat," umpat Vian. "Gimana sih, Rel? Lo kan anak sini, bukan anak Dharma," omel Shasa. "Denta siapa anjayy?" seru yang tak tau menahu. "Lo anak Cendrawasih gobs, bukan anak Dharma Wijaya, gimana sih?" "Karrel k*****t!!" umpat Tilo. "Harusnya lo dukung anak sekolah lo sendiri dong, Rel!!" kata yang lain. Karrel melengos sebal, "Terserah gue lah. Toh cewek gue ada di Dharma, bukan di sini. Kenapa lo pada sewot?" "Idih, ngerik bung. Ceweknya orang di aku-akuin," julid Retha di sebelahnya, membuat Karrel melotot galak. Tak berbeda jauh dari tribun SMA Dharma Wijaya yang ikutan terkejut ketika ada sosok tampan setengah bule, berteriak menyerukan nama Denta berulang kali, menggunakan megaphone. "Anjir, itu cowoknya Denta?" "Lah, bukannya Denta sama Gasta ya??" "Ganteng banget sumpah, nggak jauh beda lah sama Gasta." "Tapi ini bule, coyy!!" "Eh, bukannya itu bosgeng dari SMA Cendrawasih ya?" Dira dan Gista yang berdiri di tribun paling depan ikutan tertawa melihat Karrel yang heboh setengah mati menyemangati Denta. Kemudian beralih pada Gasta yang duduk di sebelah Melody. Sepertinya, cowok itu terlihat menahan diri agar tidak mengamuk di acara penting ini. Gista dan Dira saling lirik, seolah saling melempar kode. Dengan cepat, dua gadis itu mengangkat megaphone lalu mendekatkan ke mulut. "DENTA SEMANGAT!!" teriak Gista. "MASA DI DUKUNG KARREL NGGAK SEMANGAT JUGA, SIH??" teriak Dira sambil melirik pada Karrel, lalu pada Gasta yang semakin kesal di buatnya. Syukurin!! "Oh, namanya Karrel," ujar yang lain seolah saling memberi tahu. "Itu Gasta sama cewek lain, berarti emang udah putus," kata siswa. "KARREL!!" teriak Dira, membuat si empu nama menoleh. "YA??" sahut Karrel dari kejauhan. "DENTA NYA DI SEMANGATIN DONG!" "WOO SIAP! PUJAAN HATI GUE TUHH!!" kata Karrel sambil melirik ke arah Gasta, lalu menyeringai sinis. Retha dan lainnya lagi-lagi mendelik oleh ulahnya. Bisa-bisanya gitu, dia ngakuin Denta pujaan hatinya, waktu ada Gasta juga di sana. Cari mati??? "CIYE, CEPET TAKEN YA!!" seru Gista ikut-ikutan. "DOAIN AJA!!" "COUPLE GOALS BARU NIH!!" Sontak saja tribun jadi heboh karena keduanya yang berbincang lewat megaphone. Karrel bahkan tidak peduli saat anak sekolahnya sudah protes sejak tadi karena ulahnya. Dari sini, bahkan Karrel sudah tau jika Gasta bersiap akan mengamuk padanya. Lihat saja dia bahkan sudah berdiri, namun dengan cepat di tahan oleh teman-temannya yang lain. Mampus lo, gue komporin, ha ha ha!! "DENTA SEMANGAT WOIII!!" Denta yang baru akan servis bola langsung melirik Karrel yang sejak tadi sudah rusuh di tribun. "Ngasih semangat, apa ngajak ribut sih itu anak?" kata Denta ngedumel, kemudian mengambil ancang-ancang untuk melakukan servis atas. Pertandingan berlangsung sangat sengit, dan rusuh. Dua sekolah ini memiliki kehebatan yang hampir sama, sehingga poin saling kejar mengejar. "DENTA, SEMANGAT!!" teriak Karrel lagi, tanpa tau malu. Denta yang sudah berada di posisi server, jadi menoleh sesaat pada pemuda itu. Mengangkat jempolnya tinggi- tinggi ke arah Karrel, di sambut ciuman jarak jauh oleh Karrel dengan gaya yang petakilan. Membuat semua orang melongo seketika. Ada juga yang pura-pura ingin muntah. Geli juga melihat bosgeng bucin begini. Siapa lagi kalau bukan Retha pelakunya. Sampai pandangan Denta beralih pada Gasta yang menatapnya tajam sekarang. Gadis itu melengos, mulai mengambil ancang-ancang melakukan servis, melanjutkan pertandingan. "DENTAAAAA, JANGAN SEMANGAT- SEMANGAT!! ENTAR SEKOLAH GUE KALAH!!" pekik Retha yang merebut megaphone dari tangan Karrel. "DENTA, JANGAN DI DENGERIN! INI CEWEK GILA!! LO SEMANGAT AJA!!" jerit Karrel tidak mau kalah. Retha mengumpat, "Apa sih!? Bawa sini nggak megaphone-nya," katanya jadi melotot, merebut lagi megaphone di tangan Karrel, kembali bersuara dengan lantang. "DENTAAAA, JANGAN DENGERIN SI KARREL. DIA PENGHIANAT SEKOLAH GUEEEEEEE," seru Retha sekencang mungkin, membuat Karrel langsung pasang wajah mode bosgeng garang. Dan kini, keduanya malah saling dorong dan sewot satu sama lain, berebutan megaphone. Bahkan Retha sudah mengeluarkan tanduknya, siap menendang Karrel, tapi cowok itu buru-buru menjauh, sambil ngakak. Rika dan lainnya jadi ikutan ngakak melihat keduanya berantem. Denta yang berada di tengah lapangan bersiap menyervis bola, tanpa sengaja menoleh ke arah Karrel. Mendelik begitu saja, tak kala melihat Retha tengah menggebuki badan Karrel dengan pompom di tangannya. "DENTA, SEMANGAT!!! NGGAK MAU TAU, HARUS MENANG POKOKNYA!" teriak Karrel kembali nyemangatin. "DENTA JANGAN MENANG. NGALAH AJA SAMA SEKOLAH GUE," pekik Retha menyahut kencang. "Apasih lo Tha, sewot mulu? Cemburu ya lo?" sahut Karrel menuduh. "MULUT LO!!!" Retha melotot. Mereka berantem lagi. Melody yang tengah duduk di sebelah Gasta, diam-diam meremas baju yang di pakainya, melihat ke-duanya. Kini malah jadi mendecih pelan, tak kuat menahan sesuatu yang menghimpit dadanya, ketika Karrel menjepit leher Retha di ketiaknya, sambil tertawa terbahak-bahak, sementara Retha sudah meronta-ronta minta di lepas. *** "Di kafeteria sekolah ini, ada apa aja emangnya? Mie ayam ada?" tanya Retha, yang memang sudah lapar. "Ya kali mie ayam," balas Rika jadi sewot, "Di sini tuh kelasnya spagetti and burger. Mie ayam tuh udah nggak level di sini," kata Rika mengibaskan tangannya dengan sangat lebay. "Lah, di kafetaria sekolah kita, masih ada mie ayam kok," bantah Retha. "Tolong ya, perlu di ingat. Ini Dharma Wijaya, sekolah top class. Dan yang sekolah di sini, murid-murid classy. Level mereka bukan bakso sama mie ayam lagi, tapi steak and spagetti," celoteh Rika panjang lebar. Tidak tau saja kalau Denta dan teman- temannya paling demen sama bakso. "Jadi maksud lo, sekolah kita tuh kelas bawah?" sahut Retha yang sempat mendelik sebelumnya. Rika mengibaskan tangannya, malas menanggapi. Kini, mereka sudah tiba di pintu masuk kafetaria. Ukurannya lebih besar, daripada kafetaria yang ada di sekolah mereka. "Duduk dimana ya Tha?" tanya Rika menoleh kanan kiri, jadi bingung. Retha pun ikutan melihat-lihat ke kanan dan ke kiri. Semua meja dan kursi, sudah ada penghuninya. Dia hampir saja memutuskan untuk putar balik saja, sampai sebuah tangan terangkat ke atas, melambai riang padanya. "RETHA, SINI-SINI!" pekik Dafi dari bangku tengah, membuat Rika dan Retha kompak menoleh. Dafi menyeringai pada Akhtar, "Tuh, udah gue panggil anaknya," lapor Dafi. Yugo jadi terkikik. Andre mencibir pelan, "Dari tadi, nyariin Retha kan lo?" sindirnya, yang membuat Akhtar menoleh pada Retha yang melangkah ke arah meja mereka jadi meringis salah tingkah. Retha langsung duduk di samping Akhtar, dengan Rika yang langsung duduk di samping Dafi. Cewek itu menatap Dafi sekarang. "Gue nggak tau loh, kalau ada lo juga di sini. Lo atlet apaan Daf?" tanyanya sekedar basa-basi. "Basket dong. Lo sendiri, tanding juga hari ini. Badminton kan?" tanya Dafi balik, yang memang sudah tau kalau Retha atlet bulu tangkis dari SMP. "Hmm..." Retha mengangguk, "Tapi masih besok tandingnya. Hari ini kan jadwalnya voly. Sengaja dateng, buat jadi suporter aja," lanjutnya tenang. Dafi manggut-manggut, "Si Tilo, apa kabar sekarang? Udah punya cewek belum?" tanyanya lagi. "Baik. Belum kok, dia belum punya cewek. Masih jomblo," balas Retha sambil tersenyum tipis. "Nungguin lo sampek taken dulu kali ya," kekeh Dafi, membuat Retha jadi ikutan terkekeh. "Apaan dah? Mau taken sama siapa? Gue masih males mikir begituan," balas Retha. "Jangan gitu lah Tha. Kasihan sebelah lo, patah berkeping-keping kalau lo nggak mau buka hati," ledek Andre langsung sok kenal sok deket. "Eh??" Akhtar mengumpat. Menendang kaki Andre dari bawah kolong meja. "Atau mau...buka hati buat gue aja Tha? Hehehe. Gue siap kali, jadi penyembuh luka," Dafi menyeringai. "Jangan lah anjir. Mau di lempar noh pakek mangkok mie?" celatuk Yugo, membuat Akhtar yang tengah sibuk mengaduk mie, menjadi tersindir. "Ck, yang ada elo yang gue lemparin mangkok duluan," kata Akhtar jadi langsung melotot pada Yugo yang menggodanya. Yugo malah terbahak kencang. "Apa sih?" Retha bingung sendiri, dengan kening mengerut. "Oh ya Tha, nih kenalin temen-temen gue!! Yang ini Yugo. Terus yang ini Andre namanya," kata Dafi langsung memperkenalkan, di angguki Retha dengan tenang, "Kalau ini, namanya Akhtar. Udah kenal kan lo?" lanjutnya membuat Retha menoleh. Retha memandangi Akhtar lama. Mengerjap-ngerjap pelan, karena ingat dengan cowok ini. "Eh, bentar-bentar! Ini cewek yang tadi pagi kan Thar? Yang bikin lo jealous?" kata Andre tanpa saring. "Wah anjer, yang mana neh?" tanya Dafi sok-sokan lupa. "Itu loh Fi, cewek yang sepatunya di iket sama Karrel. Terus Akhtar jadi langsung pasang muka jealous. Dia juga ngatain sok romantis," kata Yugo menyahut nyaring. "Boleh minta ID Line lo nggak Tha? Akhtar katanya naksir sama lo," kata Dafi tanpa dosa. Rika masih kalem, duduk anteng di samping Dafi. Akhtar menoleh, mengumpat kasar. "Apa sih anjer? Gue nggak ngomong apa-apa. Gue diem dari tadi," balas Akhtar berusaha mengelak. Niatnya untuk terlihat cool luntur sudah. Andre dan Yugo kompak mendecih. "Tadi pas lihat Retha di pintu depan, lo langsung heboh ngode ke Dafi, biar nyuruh Retha duduk di sini," sahut Yugo. Akhtar jadi melotot sebal. "Nggak usah salting dong Thar!" kata Rika ikut-ikutan memojokkan. Akhtar makin mengumpat. Sementara Retha, cuma bisa pasang muka cengo, karena tidak tau harus menanggapi seperti apa. Retha kini melengos, tidak peduli banyak, dan langsung berdiri, ingin memesan sesuatu. "Rik, spagetti kan? Minumnya mau apa? Biar gue pesenin," tanyanya. Rika mendongak, "Minumnya milk tea bubble aja," balasnya, kemudian Retha mengangguk dan segera ke tempat pemesanan. Meninggalkan Rika yang mulai sibuk nyerocos, berkenalan dengan Dafi dan juga yang lainnya. Saat baru akan melangkah ke tempat pemesanan, dari pintu masuk, cowok tampan melangkah tenang, bersama gadis cantik di sebelahnya. Cewek itu Denta. Tangan keduanya terlihat saling menggenggam, entah karena mereka itu akan menyebrang atau karena apa. Retha tak peduli. Di belakang mereka, tiga sosok gadis cantik lainnya menyusul. Yang satu cewek dengan prawakan tinggi dan penampilan macho-nya. Lalu gadis cantik berkulit putih, dengan rambut bob hitamnya, dan yang terakhir, ada sosok mungil, dengan wajah babyface yang cantik. Yang Retha tau, ke-empat gadis itu adalah sekumpulan cewek-cewek hits dan populer dari sekolah ini. Lihat saja, saat mereka masuk ke sini, semua pasang langsung menatap ke empatnya tanpa berkedip. Apalagi, si Denta Kalla Nayyira--yang di gadang- gadang sebagai queen bee-nya sekolah swasta elite ini. Tapi Retha mencium aroma-aroma tukang bully dan labrak dari wajah masing-masing anggotanya. Terlebih, Denta dan gadis macho yang memiliki tinggi lebih jangkung dari Denta. Pembawaan mereka terkesan angkuh, seperti layaknya geng-geng antagonis di serial drama Korea. Lihat saja sekarang, banyak siswa maupun siswi yang terlihat langsung segan, saat mereka datang. Apalagi, ada Karrel Davian Andara di antara mereka. Siapa yang tidak mengenalnya? Big bos utamanya SMA Cendrawasih. Si penguasa sekolahan. Sejak awal, sudah di kasih tau, bahwa dia adalah perwakilan bosgeng dari sekolah swasta di Jakarta Selatan, yang paling berbahaya. Terlalu berbahaya, sampai tidak ada yang berani mencari gara-gara sama cowok itu. Termasuk Jayden. Gara-gara Karrel tidak terima, Jayden yang jadi ketua OSIS-nya. Karena saat pemilihan ketua OSIS, Karrel ikut membantu kampanye, saat Vian-- sahabatnya jadi kandidat calon ketua OSIS. Namanya juga anak politikus terkenal, soal kampanye, dia jagonya. Iya, terlalu jago, sampai semua orang tidak ada yang memilih Vian. YA IYALAH NGGAK ADA YANG MILIH. Kalau di lihat dari visi misinya saja, sudah tidak meyakinkan. 1) Sekolah di buka hanya untuk hari Rabu dan Kamis. Sisanya libur. Biar kalian puas rebahan! 2) Siswa akan di ajarkan caranya untuk memanjat pagar yang baik dan benar supaya tidak tercyduk anggota penegak disiplin. 3) Akan di adakan lomba karaoke satu kali dalam sebulan. 4) Jam istirahat tidak lagi setengah jam, tapi lima jam. Biar puas jajan! 5) Murid di wajibkan demo, apabila di hukum oleh guru. 6) Merokok di sekolah, di perbolehkan. Kurang lebihnya, itu adalah visi misi Vian, atas komporan Karrel. Bahkan rencananya, Karrel akan menyuruh Vian membangun organisasi perang, untuk siswa-siswa nakal. Tapi sayangnya, Vian gagal. Hanya 50 murid yang memilihnya. Itupun karena di sogok oleh Karrel. Itulah yang jadi dasar, Karrel tidak suka sama Jayden. Dia benar-benar cowok b***t. Namun, dia semata-mata tidak di kenal hanya karena bejatnya saja. Cowok itu juga atlet basket, dan atlet karate dari sekolahnya. Nama cowok itu selalu mengharumkan nama baik sekolah. Saking harumnya, SMA Cendrawasih sampai terancam di blacklist dari turnamen RIPU Cup tahun ini, karena tahun lalu, dia tidak bisa menahan emosi, dan malah menggebuki Gasta, yang saat itu jadi lawannya, ketika bertanding basket. Sementara itu, Retha kini mengerjap, ketika Denta berdiri di sampingnya. Cewek itu hendak memesan sesuatu. Yang membuat Retha agak mendelik adalah, Denta tersenyum padanya. "Lo mau pesen?" tanya Denta pada Retha, sambil tersenyum ramah, "Ya udah, pesen duluan aja!" kata Denta langsung mempersilakan. "Ah? Ng...nggak. Lo pesen aja dulu kalau emang mau pesen. Gue nunggu lo selesai aja," kata Retha jadi ramah, membuat Denta mengangguk. "Oke. Thanks ya!" Retha melongo, saat Denta sudah tidak lagi menatap ke arahnya, dan sibuk mengucapkan pesanannya. Ini cewek, baik juga ya? Mana senyum nya gula banget. Ck, pantes aja Karrel naksir ni cewek. Padahal, kesan pertama yang Retha tau adalah Denta tukang labrak. Tapi bisa ramah juga padanya. "Retha!?" panggil seseorang, yang berhasil membuat Retha menoleh. Melebarkan mata saat sosok Melody berdiri di sampingnya. "Kenapa?" "Gue mau ngomong sama lo," kata Melody tidak terlihat lemah lembut seperti kemarin. "Ya udah ngomong aja," balas Retha seakan tak peduli. "Nggak di sini." "Ribet lo. Gue sibuk," balas Retha tak kalah judes. Melody menarik nafasnya panjang, kemudian mendengus jengkel. "Dengerin gue ya!!? Karena gue cuma ngomong ini sekali," Melody menjeda sebentar, "Lo, nggak usah caper sama Karrel! Dia cowok gue. Nggak malu apa lo, nempel-nempel mulu sama Karrel?" katanya angkuh. Denta diam-diam melirik ke belakang. Melody sepertinya tidak sadar, kalau ada Denta di sini. Retha mendecih dengan sengak. Walau sebenarnya bingung, Karrel kok dulu mau sih, pacaran sama cewek gesrek kayak Melody??? Retha melengos, "Karrel temen gue. Lo mau apa? Lagian, jadi cewek punya malu dikit, Karrel udah enek sama lo. Masih aja maksa," kata Retha membalas angkuh, "Kasihan banget yang mantan gamon," ejeknya, membuat Denta diam-diam menahan senyum melihat keberaniannya. "Jaga ya mulut lo!!!!" desis Melody sudah akan naik pitam, "Lo siapa ha, berani ngomong gitu sama gue?" kata Melody menantang, dengan suara pelan, takut ada yang mendengar. "Lo sendiri, ada hak apaan ya, larang- larang gue buat temenan atau deket sama Karrel? Emaknya? Bapaknya? Nenek buyutnya?" tantang Retha. "Lo--" "Tolong ya, nggak usah kecentilan sama semua cowok. Nggak Gasta, nggak Karrel, lo embat semuanya. Muka lo pas-pasan Mel, nggak cocok jadi pelakor," potong Denta dengan segera, membuat Retha dan Melody sama-sama melebarkan mata, karena sahutan cewek ini. Denta bergerak maju, mendorong bahu Melody kasar, "Pakek skincare sama make up dulu sana!! Jerawat lo kemana-mana tuh. Eww!" ejek Denta sambil menunjuk jerawat Melody yang ada di jidat dan pipinya. Retha merapatkan bibir, menahan tawanya yang hendak meledak. "Elo nggak usah body shaming dong anj--" kata Melody melotot, "Jangan mentang-mentang lo cantik, seenak jidat ngata-ngatain fisik gue," lanjut cewek itu, sudah ingin mengamuk. Denta melengos, "Lah, emang gue cantik. Perawatan gue mahal. Mau apa lo?" balasnya balik nantang. "b*****t. Gue aduin lo ke Gasta!" kata Melody yang sudah mencak-mencak. "Dih, apa-apa ngadu, apa-apa ngadu. Bocil ya lo?" julid Retha, Melody jadi kicep seketika. Denta menyeringai, "Sebelum ngadu ke Gasta, adu jambak dulu sini sama gue. Berani nggak?" tantangnya maju. Melody agak gemetar. Apalagi saat Retha juga ikutan maju. "Nta, kenapa?" Gasta mendekat dan berhasil membuat Denta mendecih. "Gas, mereka mau keroyok aku," adu Melody, membuat Denta dan Retha reflek melotot. "Dia yang cari gara-gara duluan," kata Retha langsung naik pitam. Membuat Gasta menoleh pada cewek itu. "Enggak Gas. Aku mau mesen makan. Retha nyerang aku gara-gara dia suka Karrel. Terus Denta bantuin," kata Melody dengan wajah sok polos. "Nta--" Denta tertawa tak habis pikir melihat kejadian ini, "Sumpah ya. Apa banget deh ni cewek. Nggak usah munafik lah! Lo tuh tersangka, tapi mental lo mental korban. MAJU SINI, LAWAN GUE. NGGAK USAH GEDEIN BACOT LO AJA!!" amuk Denta, sudah ingin maju menerkam Melody, tapi di tahan duluan oleh Gasta. "Denta udah, jangan emosi!" kata Gasta lembut, berusaha menahan. "Ya muka lo kayak nggak percaya gitu sama gue," kata Denta melotot pada pacarnya, yang kini menahan tubuh dia dari belakang. "Iya-iya, gue percaya kok sama lo," bisik Gasta, membuat Melody jadi tersentak. "Dia ini kayak anjing Gas! Sumpah kek anjing beneran. Dia yang nyari gara-gara duluan sama Retha. Ya gue belain dong," katanya jadi sewot. "Pergi lo! Nggak usah cari gara-gara di sini!" usir Gasta pada Melody. "Gas, kok gitu?" tanyanya polos. "Hidup lo kurang perhatian banget ya Mel? Cari sensasi amat?" kata Retha tak habis pikir. Melody yang kesal, langsung pergi begitu saja. Meninggalkan ketiganya. Tak tahan di pojokkan terus. "Lepasin!" kata Denta galak pada Gasta. "Lo jadi cowok b**o ya? Melody tuh masih suka Karrel. Tapi dia di tolak sama Karrel. Makanya nempelin lo mulu," kata Denta langsung sewot. "Nta, gue sama Melody nggak ada apa- apa," kata Gasta menjelaskan. "Halah taek," sahutnya sewot. Retha diam-diam menahan senyum, ketika melihat Gasta yang bukannya tersinggung, malah kini mengacak- acak rambut Denta gemas, sukses membuatnya melotot sebal. Couple ini sangat ajaib menurut Retha pribadi. "Hai, lo Retha kan? Temennya Karrel yang waktu itu?" tanya Denta ramah, tidak emosi seperti tadi. "Yang waktu itu?" Retha bingung. "Yang di koridor. Ahh, lo pasti lupa. Kenalin ya, gue Denta. Cewek paling cantik di sekolah ini," katanya pede, mengulurkan tangan pada Retha. Gasta diam-diam, menahan senyum geli, melihat pacarnya tak berubah. Pedenya selalu tingkat dewa. "Retha," balas Retha ramah. "Lo tuh...benci Melody ya? Sama ihh, gue juga," kata Denta mulai gosip. Retha mengangguk, "Kemarin, dia tuh ngejar-ngejar Karrel di koridor, waktu Karrel lagi sama gue. Mana bilang masih sayang gitu. Najis nggak sih??" "Ih, najis banget itu. Terus gimana? Di katain nggak sama Karrel? Parah sih, kalau nggak di katain sama Karrel." Gasta hanya pasrah di samping dua cewek yang lagi gosip. "Iya, di katain. Malah sama Karrel, di suruh balik ke Surabaya juga." "Ah, tega banget ya Karrel. Tapi gue suka sih, mulut-mulut cowok kayak dia. Berkarisma. Ketimbang si Gasta, nggak pernah tega sama tu cewek. Manis mulu bawaannya. Semalam aja ya, gue di tinggalin gara-gara Melody nyasar. Gue tebak, cuma pura-pura." Gasta tersentak, saat Denta langsung menyindirnya tanpa saring. "Yang, lo sendiri yang nyuruh gue buat nyusulin," kata Gasta protes. "Dih-dih," julid Denta. Retha jadi ikut tertawa melihat wajah melas Gasta. "Mending, lo jadian sama Karrel aja. Dia kan naksir sama lo," kata Retha tanpa dosa, membuat Gasta melotot. "Nggak usah kompor," ancam Gasta, membuat Retha mendelik. "Mata lo biasa aja. Nggak usah nakut- nakutin Retha!" kata Denta galak, lalu menoleh pada Retha, "Sebenarnya, gue mau sama Karrel. Ganteng gitu njir anaknya. Tapi sayang, gue udah punya pawang. Gue nunggu aja sih, waktu yang tepat buat mutusin." "Kok gitu?" protes Gasta lagi, di balas delikan tak suka oleh Denta. "Ini...roti bakarnya mau rasa coklat di campur keju kan ya?" Pertanyaan itu berhasil membuat Denta dan Retha kompak menoleh. "Di tambah rasa sayang dan setia bisa? Cintanya di banyakin. Masa lalunya di pisahin. Masa depannya di campur aja. Di bungkus ya mas, nggak pakek selingkuh!" kata Denta dengan senyum manis, membuat Gasta jadi diam, merasa terindir. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD