11 | Mantan

1061 Words
Turnamen RIPU Cup adalah salah satu turnamen olahraga tahunan yang di nantikan semua murid, di seluruh SMA swasta di Jakarta Selatan. Suasana lapangan indoor SMA Dharma Wijaya, semakin heboh ketika olahraga basket regu putri lah, yang menjadi pembuka dalam turnamen kali ini. Pinggiran lapangan basket, sudah ramai sesak di penuhi ratusan suporter dari masing-masing sekolah. Suara riuh ramai oleh nyanyian yel-yel dari masing-masing sekolah terdengar saling bersahutan, membuat suasana lapangan bertambah panas dan berisik. Apalagi, saat sekarang sang tuan rumah yang bertanding melawan SMA Ganesha. Sekalipun belum mendapatkan giliran untuk bertanding, suasana tribun tempat suporter dari SMA Cendrawasih, juga sudah ribut tidak karuan, tak kalah ramai seperti area tribun SMA Dharma Wijaya. Retha dan Karrel--keduanya juga ada di antara mereka. Duduk bersebelahan, dengan pompom di tangan masing-masing. Karena hanya tinggal itu tempat yang kosong. Sebab mereka terlambat datang, seusai menemui pak Andreas guru mereka, bersama Rika. Savita sengaja memilih tempat ini, agar bisa dekat dengan Azka. Walau Rika sempat memprotes keras, gara-gara harus duduk bersama mantannya si Vian. Sesekali, Karrel terlihat melirik ke arah selatan. Dimana Denta yang, dengan semangat menggelora empat lima, lagaknya sudah seperti presiden yang lagi bacain teks proklamasi, menjadi pemimpin suporter dari sekolahnya. Cih, cewek itu memang paling demen urusan beginian. Dia saja di gadang-gadang sebagai ratunya ribut SMA Dharma Wijaya. "Rel-Rel, pujaan hati lo tuh," celoteh Tilo sambil menunjuk-nunjuk Denta. Bukan hanya Karrel yang menoleh, Azka, Vian dan lainnya pun ikutan menoleh juga. Azka terlihat mengulum senyum, merasa gemas melihat Denta sang mantan yang ceria begitu. Dari SMP, Denta memang sangat aktif dan juga cerewet. Tidak ada tandingnya. "Hm, cantik ya?" Karrel menyeringai. Retha di sebelahnya tidak peduli banyak, melanjutkan aktivitasnya. "SMA....!!!!" teriak Denta heboh setengah mati dari tempatnya berdiri. "MANTAP!" sahut suporter SMA Dharma Wijaya, membeo kompak. "DHARMA WIJAYA!!!" pekik Denta lagi, kali ini lebih nafsu teriaknya daripada tadi. "JAYA-JAYA LUAR BIASA, HUUU!!" balas semua murid semangat. "KELUARKAN SEMANGAT KALIAN TEMAN-TEMAN!! SIAPA KITA????" "DHARMA WIJAYA!!" "SIAPA KITA???" "DHARMA WIJAYA!!" Tangan kiri Denta bergerak bebas ke atas, seolah memberi aba-aba melalui kode jari, meski mulutnya tetap terbuka, dengan megaphone juga. Tidak lagi memperhatikan Denta, pandangan Karrel teralih pada gadis yang duduk di sebelahnya. Cewek itu sejak tadi sibuk, menghafalkan gerakan t****k sederhana bersama Tarisa, yang duduk di sebelah kanan cewek itu. "Tha!" Karrel memanggil, membuat Retha langsung menoleh, "Tadi, kata pak Andreas, yang anak basket---" Karrel spontan berhenti. Mendelik dan terkejut setengah mati, melihat Retha memicingkan mata ke arahnya, lagaknya sudah seperti adegan pada film horor, ketika si pemain mulai kerasukan arwah. Aura cewek itu benar-benar sangat menyeramkan kini. Seperti tidak suka di ganggu. "Lah, apaan dah?" tanya Karrel cengo, bingung sendiri. "Cih." Retha mencibir sinis. Karrel ternganga, "Gue manggil lo baik-baik loh. Bukan mau ngajak adu urat lagi," katanya memprotes sewot sambil melotot. "Ya elo manggil gue, pas gue lagi bikin t****k. Ngulang lagi nih," sahutnya jadi protes juga. Lagi- lagi, dia harus mengulang gerakan, karena menoleh spontan tadi. Tarisa sudah ngamuk-ngamuk sambil merengek tak karuan, karena sudah capek, berkali-kali salah. Dasarnya ratu drama. "Ya salah elo nggak bilang," bantah Karrel tak mau kalah. "Ya elo, punya mata sehat, emang nggak lihat? Burem ya? Ke dokter s***p sana." Kali ini Tarisa malah ikut-ikutan. Retha merapatkan bibir, merasa ada yang salah dengan kalimat Tarisa barusan. Karrel mengumpat, kemudian berdiri. Tidak mengerti mengapa semua cewek ribetnya setengah mati. "Eh, mau kemana Rel?" tanya Retha tiba-tiba. "Nyamperin Denta. Kenapa?" balas Karrel dengan dagu terangkat, seolah tengah menantang. Retha mencibir sinis, "Ayo-ayo, bubar barisan!!! Ini turnamen RIPU Cup ya, bukan ajang cari jodoh," katanya jadi mengulang kalimat Karrel tadi. "Dih, mainnya nyindir," sahut Karrel yang sempat mendelik tadinya. "Dia nyindir elo Rel?" Vian langsung menoleh begitu saja pada Retha. "Kenapa haa?" tantang Retha pada Vian, mengangkat wajah angkuh. "Muka lo biasa aja dong! Nggak usah ngeselin gitu. Selow nyet, SELOW!!" balas Vian jadi nge-gas, lalu melotot sambil berdiri, "NANTANGIN GUE LO? MAJU SINI LAWAN GUE!! NGGAK BERANI KAN LO?" lanjutnya masih menggebu-gebu. Karrel dan yang lain jadi ternganga. Berbeda halnya dengan Retha yang malah mengumpat, dan menipiskan bibir sambil memicingkan matanya, melompat maju ke arah Vian, lalu mencekik cowok itu, membuat Vian jadi terbatuk-batuk, dan meronta mohon ampun. Tak mau kalah, Vian pun balas mencekik Retha. Akhirnya, mereka saling cekik. Dengan Retha yang memimpin, karena cewek itu bisa menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Vian. Azka bahkan sampai tak habis pikir melihat Retha yang jadi macho begini. Padahal, biasanya cewek itu selalu pendiam dan misterius di sekolah. Rika, Savita, Zheta sampai Eva, memilih bodo amat, dengan lanjut makan gorengan. Tarisa masih sibuk cari pencahayaan yang bagus untuk tiktoknya. Tilo dengan tampang tak berdosanya, justru merekam aksi keduanya sambil tertawa geli, melihat Retha yang hari ini keluar tanduk. Bisa Tilo tebak, hal itu tidak jauh-jauh dari suasana hati cewek itu yang lagi tidak bagus, tapi si Vian malah mencari gara-gara. Sementara itu, Karrel diam-diam menghela nafas jengah. Kalau di pikir-pikir, Retha tak ada bedanya dari Denta. Tukang nge-gas, sewotan, walau Retha masih masuk kategori cewek jutek, tidak secerewet Denta. Tak berlama-lama, Karrel maju, lalu melepaskan tangan Retha dari leher dan juga rambut Vian yang di jambak cewek itu. Cowok itu sudah merengek dengan lebay, sambil terbatuk-batuk akibat cekikan Retha. Walau tangan Vian masih berusaha menjambak rambut panjang Retha yang di ikat ekor kuda tinggi-tinggi. "Ck, udah woy!" lerainya, menarik tangan Retha mundur, kemudian mendorong wajah Vian dengan sebal, "Damai aja, damai! Jangan bikin malu!" katanya lanjut mengomeli. "Ya temen lo nih," tunjuk Retha pada Vian, sambil merapikan rambutnya. "PMS lo Tha?” Vian menggerutu. "Dih, elo nantangin duluan," balasnya dengan wajah sinis. "Dah-dah, diem! Mingkem! Nggak usah bertingkah lo berdua." Karrel kemudian mendudukkan Retha, yang kali ini menurut walau wajahnya masih bersungut. Apalagi ketika matanya dan mata Vian saling bersitubruk. "Lah, gitu doang Tha? Tambahin lagi dong jambaknya! Masih kurang greget yang tadi," kata Tilo mengompori, "Si Vian belum sampek botak tuh," lanjut cowok itu, membuat Vian mendelik. "Gue baru sampek loh. Udahan aja berantemnya. Ayo dong berantem lagi! Gue lihatnya dari jauh tadi," seru Agam tidak kalah kompor seperti Tilo, tapi di tabok duluan oleh Karrel. Ke-duanya memang baru kembali dari toilet. Melihat Vian dan Retha saling cekik, saat keduanya melangkah hendak kembali ke tribun. Tapi saat sampai, keduanya sudah berdamai. "Diem lo bertiga!" sentak Karrel. Tilo dan yang lain jadi kicep. Azka tidak peduli, melanjutkan nonton basket regu putri, sekolah Dharma Wijaya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD