Bab 10 - LDKS

1342 Words
Bagian terberatnya adalah, Arka dan Amanda harus mengikuti LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. LDKS diadakan di daerah Bogor, tepatnya di kaki gunung Salak. Kalian tahu, kan, bagaimana dinginnya daerah tersebut? Arka dan juga Amanda sudah mempersiapkannya dengan matang. Hari ini mereka akan berangkat untuk mengikuti LDKS bersama anggota OSIS lainnya. Arka dan juga Amanda sudah diberitahu sebelumnya, bahwa jabatannya berjalan dua tahun, lebih lama dari biasanya. Ada banyak alasan yang membuat pak Khadir menjadikan jabatan mereka menjadi dua tahun, dan Arka juga Amanda tidak mengetahui alasan tersebut. Amanda turun dari motor Azriel sambil membawa tas ranselnya yang sudah penuh dengan segala perlengkapan untuk mengikuti LDKS. Ia sudah siap, dan sudah sembuh secara fisik. Hanya saja, luka-lukanya masih ada yang belum kering dan masih harus ditutupi oleh perban. Namun, ia tidak masalah dengan hal itu. "Nanti kalau ada apa-apa telepon kakak ya? Boleh megang hape, kan?" tanya Azriel. Amanda menggeleng, "Nggak boleh, kak. Paling nanti aku pesen ke kakak senior aja." "Arka juga nggak boleh megang hape ya?" "Kok Arka sih kak? Yaiyalah, dia kan sama kayak aku." "Iyalah Arka, dia pacar baru kamu kan?" Amanda menggeleng, "Nggak kak, cuma temen." Azriel tertawa, sebenarnya ia tahu bahwa Arka bukanlah pacar adiknya. Ia hanya ingin menggoda Amanda karena Azriel juga tahu bahwa adiknya sedang gugup akan mengikuti LDKS. "Yaudah kakak pulang ya, kamu hati-hati." pesan Azriel sebelum pulang meninggakan Amanda. Amanda mengangguk, "Mm... Makasih juga ya kak." "Siap bos!" Azriel pergi, dan sosok kakaknya itu tiba-tiba digantikan dengan sosok Arka yang baru saja muncul. Cowok itu di antar oleh ayahnya menggunakan mobil. "Lo sampe duluan ternyata," kata Arka, "Dianter Azriel?" Amanda mengangguk, "Iya, lo udah lengkap semuanya? Yang harus dibawa?" Arka tersenyum sambil tertawa kecil, "Udah dong." Amanda berjalan bersama Arka memasuki gerbang sekolah. Dilihatnya Adrian yanv juga ikut kegiatan LDKS sudah siap di pinggir lapangan dengan barang-barang bawaannya. Adrian mengikuti LDKS karena ia merupakan perwakilan dari ekstrakulikuler basket. "Duh, Ka, gue jadi takut deh." kata Adrian setelah Arka sampai di hadapannya. Arka mengernyit, "Takut kenapa?" tanyanya. "Iya, lo jangan pacaran dulu ya. Soalnya nanti gue jomblo sendirian lagi." Kini Arka dan Amanda tertawa bersamaan, padahal, mereka tidak berpacaran, kenapa Adrian sampai berpikiran seperti itu? Padahal, awalnya Arka berpikir bahwa Adrian takut mengikuti LDKS. Kenyataannya sunguh berkebalikan. Sebuah plot twist. "Makanya, jangan muka doang cakep tapi nggak laku!" cibir Arka sambil masih tertawa. Adrian bersungut-sungut, dan tidak membantahnya. Banyak yang menyimpan hati kepadanya, hanya saja ia tidak begitu tertarik untuk berpacaran.     Bus berangkat sekitar sepuluh menit lagi, dan semua siswa yang mengikuti kegiatan LDKS sudah siap di kursi masing-masing. Amanda duduk dengan Arka, sedangkan Adrian duduk dengan beberapa anak laki-laki di kursi belakang. Amanda melirik Arka yang sepertinya ingin bergabung dengan sekelompok anak laki-laki tersebut.   “Ka? Lo kalau mau gabung sama yang lain gabung aja, nanti tuker tempat duduk.” kata Amanda yang merasa tidak enak sejak tadi.   Arka menggeleng sambil tersenyum, “Nggak kok, gak apa-apa gue di sini.” tolaknya. Karena memang ia berniat untuk menjaga Amanda hingga LDKS selesai. “Beneran?”   Arka kembali mengangguk, dan kini ia sibuk dengan smartphonenya.   “Nanti ada jerit malam nggak ya? Lo tau kan, yang dikerjain sama setan-setanan itu.” kata Amanda khawatir, ia paling tidak suka dengan hal-hal berbau horror.   “Pasti ada, karena memang setiap tahun ada.” sahut Arka yang masih fokus dengan smartphonenya. Cowok itu memasang earphone di telinganya, lalu melirik Amanda di sebelahnya, “Mau ikut dengerin?” tanyanya.    Amanda melirik earphone tersebut sesaat dan berpikir  sejenak, setelahnya ia mengangguk lalu menerima earphone pemberian Arka.   “Apa nih? Imagine Dragons ya?” tanya Amanda.   Arka mengangguk, “Gue suka lagu-lagu mereka.”  “Lumayan..”  Amanda merasakan suatu perasaan hangat di hatinya. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.      *     Hampir semua teman-teman Amanda mengeluh akan kejamnya para senior dan juga peraturan-peraturan saat LDKS berlangsung. Namun, entah kenapa ia merasakan hal yang berebeda. Hari pertama di lewatinya dengan mudah, karena Arka selalu berusaha untuk berada di sampingnya, meskipun mereka berbeda kelompok. Amanda merasakan kenyamanan dan keamanan ketika ia berada di dekat Arka, sama seperti saat ia berada di dekat Azriel, kakaknya. Malam pertama harus mereka jalani. Inilah yang sejak tadi siang Amanda takuti, acara jerit malam. Para peserta diwajibkan untuk tidur terlebih dahulu sebelum acara jerit malam di adakan. Amanda berada di tenda perempuan sedangkan Arka berada di tenda laki-laki. Mereka semua diwajibkan untuk mengenakan jaket saat tidur karena suhu sangatlah dingin. Namun, baru sekitar dua jam Amanda memejamkan matanya, mereka semua sudah dibangunkan oleh para senior untuk berkumpul di luar tenda. Dan, lebih parahnya lagi mereka semua dilarang mengenakan jaket dan hanya diperbolehkan memakai baju berlengan panjang. “Lo kedinginan, Nda? Kalau kedinginan, gue minta keringanan buat lo.” tanya Arka yang sedikit khawatir dengan keadaan Amanda. Amanda menggeleng, “Nggak apa-apa kok gue, lanjut aja.” Amanda dan Arka kembali berpisah ketika jerit malam diadakan. Mereka diharuskan mengitari sebuah area untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh senior di setiap posnya. Untuk anggota OSIS inti diwajibkan untuk pergi seorang diri tanpa anggota, dan mereka semua terpaksa melakukannya meskipun Amanda sangat ketakutan. “Lo nggak apa-apa, Nda?” tanya Arka lagi untuk memastikan keadaan Amanda. Amanda tersenyum lebar, “Gue nggak apa-apa, Ka.” jawabnya. Arka pun mengangguk dan ia membiarkan Amanda mengikuti kegiatan hari ini. Amanda dipanggil terakhir kali sebelum Arka. Cewek itu memberanikan dirinya meskipun lilin yang ia pegang kini sudah bergetar. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menghalangi angin yang bisa memadamkan lilinnya. Di pos pertama, Amanda berhasil menjawab pertanyaan dari kakak senior, begitupun dengan pos kedua. Namun, betapa kagetnya Amanda dengan pos ketiga yang dijaga oleh Atha dan ia kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan cowok itu. Atha tersenyum sinis ketika melihat Amanda berpikir. Tangannya sudah bergetar, dan tubuhnya menggigil kedinginan. Awalnya, Atha sangat menikmati mengerjai Amanda. Namun situasi berubah ketika Amanda menjatuhkan lilinnya karena ia sangat kedinginan. “Amanda?” panggil Atha, ia sadar bahwa cewek itu kedinginan. Buru-buru Atha melepaskan jaketnya dan segera memakaikannya di tubuh Amanda. Cewek itu mengusap hidungnya yang sudah ingusan akibat kedinginan. “Hmmmm… Makasih kak,” kata Amanda, “tapi aku nggak tau jawabannya.” tambahnya. “Masa lo nggak tau? Coba dipik-“ Amanda terjatuh, dan ia kehilangan kesadarannya.   *   Amanda sadar ketika anak-anak lain sudah melanjutkan tidurnya. Ia berada di tenda darurat bersama Atha, hanya berdua saja. Sejenak ia mengerjapkan matanya, lalu tersadar dengan situasi yang sangat canggung ini. “Kak, kok di sini?” tanya Amanda bingung. “Ya tadi kan lo pingsan, gimana sih?” tanya Atha dengan kesal. “Iya maksudnya kok ada kakak doang di sini? Yang lain mana?” Atha menghela napasnya, “Lo nggak bersyukur ya, gue udah temenin? Yang lain tidur dan gue ngerasa gue yang harus tanggung jawab nungguin lo sampe lo sadar. Anggota gue juga kasian harus tidur karena besok masih ada kegiatan.” jelas Atha. Amanda menelan ludahnya. Jadi benar, Atha menemaninya sejak tadi. Tapi kan, ini Atha. Iya, Atha yang nyebelin itu. Yang ngatain dia ceking waktu MOS. “Kenapa? Lo nggak suka? Mau gue minggat aja dari sini?” tanya Atha kesal.  “Eh enggak kak, takut, hehe.” “Oh, jadi lo mau berduaan aja gitu di sini sama gue?” Amanda kembali menelan ludahnya, cewek itu tidak menyangka Atha bisa sangat semenyebalkan ini.  “Bukan gitu juga, kak. Yaudah aku balik ke tenda aku aja deh.” kata Amanda yang menemukan solusi. “Jadi lo nggak ngehargain gue yang udah nungguin lo dari tadi?” Amanda menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia sudah bingung bagaimana cara untuk menghadapi cowok di hadapannya. “Emangnya kak Atha nggak ngantuk?” tanya Amanda lagi untuk mengalihkan pembicaraan. Atha memang mengantuk, namun situasi seperti ini jarang terjadi. Ia berada di tenda hanya berdua saja dengan Amanda. Itu berarti, ia bebas mengerjai cewek itu tanpa diganggu oleh siapa pun. “Kenapa lo nggak bisa jawab pertanyaan tadi?” tanya Atha yang juga mengalihkan pembicaraan. “Berarti gagal ya kak?”  Atha mengangguk, “Iyalah, lo gagal, mau jabatan lo gue cabut lagi nanti?” katanya.  “Jangan dong kak, kan udah sejauh ini.”  Atha tiba-tiba tertawa dan itu mengagetkan Amanda. Ia mengerutkan dahinya, lalu menatap cowok itu bingung. “Kok ketawa?” tanya Amanda bingung. “Iyalah, abis lo polos banget. Mau aja gue kerjain dari tadi.” Dalam hati, Amanda terus menerus mencibir Atha. Kalau saja ia sudah sah menajdi anggota OSIS nantinya, ia tidak akan segan-segan membalas perbuatan Atha kepadanya nanti. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD