Bab 11 - Semakin dekat

1177 Words
“Lo udah baikan, Nda?” tanya Arka ketika mereka melakukan jalan pagi yang masih termasuk ke dalam jadwal LDKS mereka. Amanda mengangguk. Iya, gue udah baikan tapi lo nggak bakal tahu gue semaleman dikerjain sama kak Atha. Ia membatin. “Gue mau nemenin lo semalem, tapi nggak boleh sama kak Atha.” ujar Arka kesal, “Gue kan juga ngeri lah, lo diapa-apain sama dia.” tambahnya. “Nggak diapa-apain kok.” jawab Amanda. “Nggak usah ngobrol.” Layaknya seorang mata-mata yang bisa tahu seseorang membicarakannya, Atha muncul dari balik badan seorang anak laki-laki tinggi di belakang Amanda. Amanda ingin sekali rasanya menarik Arka pergi dari sana, hanya saja mereka masih ada di acara jalan pagi dan jika mereka memisahkan diri, mereka akan mendapatkan hukuman. Tapi, Atha yang nyebelin ini terus menerus mengikuti Amanda. Mereka tidak melanjutkan obrolannya ketika Atha ada di sebelah Amanda. “Pantes aja kuping gue gatel dari tadi, ternyata ada yang ngomongin gue.” kata Atha, menyindir Amanda dan Arka.  “Nggak ngomongin kak, pede banget.” ujar Amanda, keceplosan karena sudah kesal dengan kakak seniornya yang satu ini. “Lo berani sama gue? Mau gue cabut jabatannya?” Amanda terkekeh, ia berhenti melangkah dan melirik ke arah Atha yang kebingungan. “Jangan ngerjain lagi deh, kak.” sungutnya. Atha menahan tawanya, ia pikir Amanda akan marah kepadanya. “Ambekan.” katanya, lalu pergi meninggalkan Amanda. Arka yang sudah lebih dulu jalan kembali ke Amanda dan menarik tangan cewek itu, “Nggak usah dengerin deh, Amanda. Buang-buang waktu, tau?” Iya, berbicara dengan Atha memang membuang-buang waktunya sejak tadi. Padahal, kakak senior di depan sedang menjelaskan suatu materi yang nantinya akan dijadikan pertanyaan di kegiatan selanjutnya. Oke, Amanda baru menyadarinya. “s****n kak Atha! Kita jadi ketinggalan materi tau!” ucapnya kesal. Arka langsung menepuk dahinya, “s**t!” umpatnya yang baru saja menyadarinya.     *     Selesai LDKS, ini saatnya Amanda untuk menepati janjinya kepada Arka. Yup, pergi ngedate dengan cowok itu. Amanda mengerjapkan matanya perlahan, dilihatnya jam dinding yang berada di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Padahal, biasanya ia tidak bangun sesiang ini dan selalu berolahraga di pagi hari. Cewek itu menguap, lalu mengulat dengan malas. Ia bangkin dan segera berjalan menuju kamar mandi. Amanda berdiri tepat di depan cermin dan mendapati dirinya sangat berantakan. “Ini hari apa ya?” tanya Amanda bingung, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Amanda segera mengambil smartphonenya, “Ah, minggu.” gumamnya. Sedetik kemudian, cewek itu tersadar. “Minggu?! Astaga! Arka!” Setelahnya, Amanda bergegas untuk mandi dan membersihkan dirinya. Tidak lupa, ia membuka lemarinya dan memilih baju yang cocok untuk ia pakai hari ini. Amanda berdecak, “Ck! Kenapa si mau ngedate sama Arka aja gue mesti ribet? Kan dia udah sering liat gue pake baju jelek.” ujarnya pada diri sendiri. Namun, sedetik kemudian ia kembali berubah pikiran. “Eh nggak, nggak. Arka harus liat gue versi cantik!” Akhirnya, Amanda memilih sebuah dress di atas lutut berwarna putih, dan sepatu conversenya. Amanda memilih converse lantaran cewek itu tidak tahu Arka akan mengajaknya ke mana. Jadi, sepatu tersebut aman untuk medan apa pun. “Mau ke mana?” tanya Azriel yang entah sejak kapan, bersandar di ambang pintu kamarnya. Amanda yang kini tengah memoleskan lip tint di bibirnya terkejut mendengar ucapan abangnya barusan. “Mau main.” jawab Amanda, yang sengaja tidak mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin pergi ngedate. “Ke mana? Sama siapa? Mau dianter nggak?” tanya Azriel lagi.  “Mau main aja sama Arka, nggak usah kak.” tolak Amanda. “Rumah arka di mana?” “Komplek garuda deket rumah Excel.” “Kita se arah nih, beneran nggak mau dianter?” Amanda berdecak, ia berbalik lalu memandang Azriel kesal. “Nggaaakk!”     *     Amanda tersenyum saat mengetahui bahwa Arka membawanya ke sebuah taman terpencil yang benar-benar tidak pernah ia duga berada di Jakarta. Arka hanya mengatakan bahwa ia sering mengajak Dea ke taman ini dulu. Dan hanya orang-orang tertentulah yang ia ajak ke taman ini. “Sori ya, nggak spesial-spesial amat. Tapi sejujurnya taman ini spesial banget bagi gue.” kata Arka, ia mengajak Amanda untuk duduk di pinggir danau, “mana jalannya susah banget ya? Hehe sori ya.” “Ini taman apa sih, Ka? Kok gue nggak tau taman kayak gini ada di Jakarta? Lo tau dari mana tempat ini?” tanya Amanda. “Nggak tahu ini taman apa, yang jelas Mama dulu sering ngajak gue dan kakak gue ke sini.” jawab Arka. “Terus kenapa lo cuma ngajak orang tertentu ke sini? Berarti, gue termasuk ke dalamnya dong ya?” canda Amanda, gadis itu meluruskan kakinya akibat berjalan kaki terlalu lama. “Gue ada dua tiket nonton basket loh.” kata Arka, mengalihkan pembicaraan begitu saja dan itu cukup membuat Amanda kesal. Meskipun Amanda kesal dengan sikap Arka, ia mencoba tidak terlalu mempermasalahkannya dan memilih untuk mengikuti apa yang cowok itu mau. “Basket?” tanya Amanda. Meskipun menyukai basket, Amanda belum pernah menonton pertandingan basket secara langsung. Dan, Excel juga tidak pernah mengajaknya untuk menonton pertandingan. “Iya, basket. Lo pasti suka.” kata Arka antusias. “Oh.” kata Amanda singkat. Setelahnya, sempat lama sekali Amanda dan Arka tidak berbicara sepatah kata pun. Namun, diam-diam Amanda tersenyum tipis sambil memandang danau yang ada di depannya. Meskipun sejak tadi tidak ada pembicaraan di antara mereka, Amanda merasakan nyaman. Berbeda saat ia masih berpacaran dengan Excel dulu. Excel selalu membuatnya kesal dengan sikap kekanakannya.   Berbeda dengan Arka, jika ia pergi ke tempat ini ia akan memejamkan matanya dan menikmati suasana yang ada di sini. Karena sejak kecil, Arka memang selalu menyukai udara dan suasana di sini. Efeknya pun masih terasa hingga sekarang, saat umurnya sudah menginjak tujuh belas tahun. “Arka lo tau nggak, selama ini gue nggak pernah sekalipun mikirin Excel lagi, kenapa ya?” kata Amanda tiba-tiba, membuka pembicaraan di antara mereka berdua. “Ya, tandanya itu lo udah move on.” Sebenarnya, Arka agak bingung kenapa Amanda membahas tentang Excel yang di mana ia tidak menyukainya. “Ya gitu, deh. Belakangan ini ada seseorang yang lebih dominan gue pikirin disbanding rasa sakit hati gue kepada Excel.” “Seseorang?” tanya Arka bingung, kedua alisnya mengerut dan ia kini menatap Amanda. Amanda mengangguk, “Iya, seseorang.” “Siapa?” tanya Arka penasaran. “Gue ya?” Amanda mendengus kesal, ia membulatkan matanya dan tidak segan-segan memukul Arka saat itu juga. Ya walaupun jawaban Arka benar, tapi tetap aja gue sebel! Masa nggak bisa romantis barang sedikit aja?! Batin Amanda. “Tauk ah.” kata Amanda kesal. Arka tertawa menanggapi Amanda, “Mancing yuk!” ajaknya, ia bangkit dari duduknya lalu berlari kecil menghampiri tempat penyewaan alat memancing yang ada di taman tersebut. Sementara Amanda dibuat bingung, “Mancing? Emang ada ikannya ya?” tanyanya bingung. Tak lama kemudian, Arka kembali dengan sebuah alat pancing lengkap dengan beberapa kail dan umpan. Amanda bergidik ngeri ketika melihat Arka memasang umpan tersebut di kail. “Mauu?” tanya Arka, sambil memegang cacing tersebut dan mendekatkannya pada Amanda. Karena pada dasarnya Arka adalah cowok paling iseng di antara teman-temannya, cowok itu melempar cacing tersebut hingga membuat Amanda menjerit karena ketakutan. “Arka!!! Sumpah, gue bakal bales!” pekik Amanda kesal. “Bales aja kalo berani.” tantang Arka, yang sama sekali tidak takut dengan ancaman cewek itu. Oke, Amanda tidak berani membalas Arka lantaran sejak kecil cewek itu sudah sangat takut dan jijik dengan hewan kecil menggeliat itu. Oke, hewan apa pun yang menggeliat, Amanda tidak menyukainya! Akhirnya, sambil menunggu Arka memancing, Amanda duduk jauh dari cowok itu sambil mengerucutkan bibirnya. Namun setelahnya, cewek itu tertawa. Menertawakan tingkah mereka berdua yang kekanakan.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD