Bab 9 - Kemenangan Arka

1068 Words
Arka terpaksa menunggu di luar ketika Atha masih berada di dalam ruang rawat Amanda. Alasannya, terasa canggung bila ia berada di dalam. Karena sebenarnya, jika jabatan Atha bukanlah ketua OSIS, Arka sudah menghajar cowok itu saking kesalnya. Setelah menunggu kurang lebih selama lima belas menit, Atha akhirnya keluar dan sempat melirik Arka sinis. Rasanya, Arka harus menahan kesabarannya karena ia adalah calon anggota OSIS. Arka tidak ingin menambahkan masalah lagi. Arka segera masuk ke dalam ruang rawat Amanda, dan cewek itu tersenyum lebar ketika melihat Arka masuk. "Gue kira lo nggak bakal dateng." kata Amanda. "Gue prepare buat pidato besok. Ngg... Jadi, lo gimana Nda?" tanya Arka bingung. "Apa kita ngundurin diri aja ya? Anggep aja kita gagal, soalnya lo harus dateng." Amanda menggeleng dengan keras, "Nggak, nggak boleh gitu! Gimana pun kita udah sampai di detik ini, masa ngundurin diri?" protesnya karena keputusan Arka barusan. "Lagian lo harus dateng, Nda. Gimana caranya? Lo aja belum boleh pulang." "Rekam! Rekam suara gue dari hape, dan setel besok waktu saatnya gue pidato." kata Amanda yang sudah mendapatkan ide. "Emangnya boleh ya?" tanya Arka bingung. "Gue rasa boleh, karena Atha bilang bagaimana caranya gue harus bisa pidato. Kan yang terpenting pidato gue, bukan muka gue." Arka tersenyum, perkataan Amanda barusan ada benarnya. Dirinya tidak harus hadir, yang terpenting Amanda tetap membacakan pidatonya dan mempromosikan dirinya. "Dan planning cadangannya, kalo Atha minta gue hadir, lo video call gue ya." tambah Amanda. "Siap kapten!" * Arka dan Adrian melihat Friska dari kejauhan yang sedang ditarik oleh ayahnya setelah keluar dari ruang kepala sekolah. Cewek itu cemberut, dan banyak mata yang kini tengah memperhatikannya dengan segudang pertanyaan. Desas desus mengenai Friska yang memang ketahuan berbuat perbuatan tidak senonoh di toilet sekolah sudah merebak. Dan hari ini, mereka melihat bukti konkrit dari gosip tersebut. Mereka semua menyimpulkan bahwa gosip tersebut adalah sebuah kebenaran yang terjadi. "Gila ya tuh cewek." kata Adrian yang juga tidak habis pikir dengan kelakuan Friska. "Jadi, dia di drop out?" tanyanya. "Mungkin." jawab Arka yang juga belum mendapatkan informasi dari Atha maupun pak Khadir. Jika Friska di drop out, Arka mengucapkan rasa syukurnya. Karena menurutnya, jika Friska masih berada di sekolah ini, hidupnya dan Amanda tidak akan bisa tenang. Ia pasti akan mengacaukan calon pemilihan calon anggota OSIS nantinya. "Friska beneran di drop out, Ka?" tanya Ervan, yang baru saja datang bersama Gabriel. Belum lama ini, mereka mulai dekat karena Adrian sering mengajaknya untuk berkumpul bersama Ervan dan juga Gabriel. "Belum tau, Van. Kayaknya sih, iya. Soalnya muka bokapnya keliatan banget kayak marah gitu." jawab Arka sekenanya. "Amanda gimana keadaannya? Hari ini kan, pembacaan pidato dan promosi? Habis itu juga bakalan diadain vote kan?" tanya Gabriel. "Hmm... Gue udah persiapin semuanya kok, suara Amanda udah gue rekam, dan kalau memang ada yang kurang, nanti Amanda ngomong lewat telepon. Untung aja sih, kak Atha sama pak Khadir memperbolehkan." "Untuk para semua siswa dan siswi SMA Adhi Bangsa, diharapkan untuk berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pidato para calon anggota OSIS. Setelahnya, kami akan mengadakan voting untuk mengetahui siapa sajakah yang menjadi anggota OSIS tahun selanjutnya." Pengumuman barusan cukup membuat semua siswa dan siswi berkumpul di lapangan serta berbaris dengan rapi. Adrian, Ervan dan juga Gabriel meninggalkan Arka yang harus menyiapkan dirinya untuk berpidato. "Good luck ya, Ka." kata Gabriel sebelum ia pergi, sambil menepuk bahu Arka. Arka membalasnya dengan senyuman, dan segera membaca kembali pidatonya untuk kembali mengingat apa saja yang akan ia sebutkan nantinya. Arka bersama para calon anggota OSIS lainnya berkumpul di depan ruang guru dan menunggu giliran untuk berpidato. Dan, seperti yang sudah Arka duga sebelumnya, namanya paling pertama disebutkan untuk membacakan pidato. "Untuk Arka Rahadian, silahkan maju ke depan untuk membacakan pidato." Arka langsung bergegas maju ke depan, dan menyembunyikan segala rasa gugupnya agar konsentrasinya tidak buyar. Setelah Arka siap, ia langsung membacakan pidatonya dengan lancar, tanpa kendala berarti. Pidato Arka selesai dengan mendapatka n sorak sorai dari seluruh siswa dan siswi SMA Adhi Bangsa. Pembawaan Arka yang luwes dan jiwa kepemimpinannya yang sangat tinggi mendapatkan apresiasi dari seluruh siswa. Nama Amanda dipanggil paling terakhir, dan seperti yang sudah Arka siapkan sebelumnya, ia akan menyetel rekaman suara Amanda. "Teman-teman, teman kita Amanda Agyna masih dirawat di rumah sakit dan tidak bisa hadir. Saya mengusulkan untuk merekam pidatonya dan menyetelnya di hadapan kalian semua." kata Arka, dan setelahnya, ia mulai menyetel pidato Amanda yang lebih panjang darinya. Setelah pidato milik Amanda selesai, seluruh siswa dan siswi ikut bertepuk tangan dan salut dengan kebaikan Arka. Kini Arka bisa menghela napas lega karena dia dan Amanda tetap bisa mengikuti acara pemilihan anggota OSIS dengan baik. Voting di adakan setelah pidato semua calon selesai. Butuh waktu sekitar dua jam untuk mengetahui siapa yang terpilih dan siapa yang tidak terpilih. Dan hasilnya langsung diberitahu saat itu juga. "Untuk Arka Rahadian, selamat anda terpilih menjadi Ketua OSIS selanjutnya. Dan selamat kepada Amanda Agyna yang terpilih menjadi wakil Ketua OSIS." Arka tidak bisa lagi menyembunyikan rasa gembiranya saat mendengar pengunguman tadi. Oke, menjadi ketua osis itu tandanya tanggung jawabnya untuk sekolah ini akan lebih besar. Tapi yang terpenting, Amanda juga terpilih menjadi anggota dan ia sangat senang. To : Amanda Nda, gue ketosnya dan lo wakilnya. Selamat ya! Send. Semenit kemudian, Arka langsung mendapatkan telepon dari Amanda. Mungkin cewek itu terkejut karena tidak menyangka hasilnya akan seperti ini. "Selamat ya Arka!!!" pekik Amanda dari balik telepon dengan suara yang cukup keras. Arka sampai-sampai harus menjauhkan telinganya dari ponselnya sesaat. "Jadi, yang menang gue ya." kata Arka sambil tertawa senang, "Gue bilang juga apa, pasti gue bakalan menang." "Iya, iya... Ditunggu ya, pizza nya. Tunggu gue keluar dari rumah sakit dulu, hehe." "Nggak usah, Nda." "Kok nggak usah? Terus lo maunya  apa?" "Ngedate aja ya sama gue?" tanya Arka, ia merasa jantungnya berdegup kencang ketika mengatakannya. "WHAT?!" "Iya, ngedate sama gue habis LDKS nanti." Amanda tidak menyahuti Arka. Sepertinya cewek itu sedang memikirkan permintaan Arka. "Lo nggak mau ya?" tanya Arka yang khawatir dan merasa permintaannya terlalu berlebihan. "Oke, gue mau." Setelah Amanda mengiyakan, Arka langsung berteriak senang dan memeluk Adrian yang sejak tadi berdiri tidak jauh darinya. Pengunguman pemilihan calon anggota OSIS sudah selesai sejak tadi, namun Arka baru berteriak kegirangan. "Ihhh apaan sih lo Ka? Telat tau! Aturan dari tadi lo girangnya, giliran udah kelar baru girang lo. Waras?" protes Adrian sambil mendorong tubuh Arka. Arka menutup teleponnya, ia masih kegirang lantaran ajakan ngedatenya diterima oleh Amanda. "Kayaknya Arka seneng bukan gara-gara kepilih jadi ketos deh." ujar Gabriel, anak yang detail, dan seakan-akan mengetahui segala hal. Arka tertawa, "Nggak kok, gue seneng banget bisa jadi ketos." bantahnya, padahal, ucapan Gabriel tadi seharusnya benar. "Yakin?" goda Ervan. "Iya yakin banget." jawab Arka sambil tertawa. Iya, yakin banget gue seneng karena gara-gara gue kepilih jadi ketos, Amanda mau ngedate sama gue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD