Bab 5 - Ditinggalkan

1464 Words
"Lo harus ikut gue sekarang ke klab, gue mau ngasih unjuk semua kebohongan Excel ke lo selama ini." ucap Aria heboh, ia baru saja membuka pintu kamar Amanda dan langsung berkata seperti itu. "Kemarin gue mau ikut malah nggak boleh!" sungut Amanda, ia berbalik dan membelakangi Aria. Aria menghampiri adiknya lalu mengguncang bahunya, "Heh! Kemarin kan gue ada acara penting, males banget kalo ngajak lo. Nanti kalo lo ribut di sana gimana?" tanyanya sebal. Amanda mencoba melepaskan bahunya dari cengkraman tangan kakaknya, "Yaudah gausah giniin gue juga kali, lebay." "Mau ikut nggak?!" tanya Aria yang sudah jengah dengan Amanda. "Niat gue baik nih, mau ngasih tau lo." Amanda bangkit dari duduknya, "Iya iya! Gue ganti baju dulu." "Pake baju yang bener! Jangan malu-maluin gue." Amanda mendengus kesal dan langsung mendorong Aria agar keluar dari kamarnya. Maksudnya apa sih? Memangnya bajunya jelek-jelek? Baju Amanda bagus-bagus kok, Mama dan Papa yang beliin. Dan intinya, baju-bajunya nggak ada yang kekurangan bahan kayak punya kakaknya! Amanda akhirnya memilih untuk memakai sebuah t-shirt garis-garis hitam dan putih, celana jeans berwarna putih dan juga jaket pinknya yang biasa ia pakai. Ia memeriksa dirinya di cermin, nggak ada yang salah kan?? Bajunya aman kok. Setelahnya, Amanda keluar dari kamar lalu ia berpapasan dengan Azriel. "Kamu mau ke mana?" tanya Azriel, matanya menyelidik memandang ke arah Amanda. Mampus gue, batin Amanda. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia ingin ikut dengan Aria hanya untuk memastikan info dari kakak perempuannya itu tentang Excel benar. Sudah pasti, Azriel tidak akan mengizinkannya. "Anu.. Mau ke..." "Amanda mau ikut gue." celah Aria, ia mengamit tangan adiknya. "Ke mana?" tanya Azriel. "Ke mana lagi?" kata Aria, padahal jelas-jelas cewek itu memakai pakaian khas klab malamnya. Azriel menggeleng, "Nggak," larangnya, "Amanda, masuk ke kamar sekarang." "Nggak usah ikut campur." kata Aria, yang langsung menarik tangan Amanda untuk pergi. "Gue nggak mau Amanda jadi kayak lo." kata Azriel sinis. "Diem lo, bocah. Ini nggak ada urusannya sama lo." ujar Aria ketus sambil melangkah pergi. Bagi Azriel, kakaknya Aria itu memabg sudah keterlaluan dan sangat tidak bisa diatur. Bahkan, Azriel sangat khawatir kakaknya akan terjerumus lebih dalam dari pada ini. Mama dan Papa pun sudah membebaskan Aria karena mereka sudah menyerah. Diam-diam Azriel menyesal karena ia dilahirkan setelah Aria. Ia bersumpah jika ia dilahirkan sebelum Aria, ia akan menjaga Aria agar tidak terjerumus terlalu dalam di dunia yang gelap. Maka dari itu, saat ini Azriel hanya bisa mengontrol dan menjaga Amanda, adik satu-satunya yang sangat ia sayangi. Ia tidak ingin Amanda menjadi seperti kakaknya. * Amanda menyipitkan matanya saat lampu yang berkedap-kedip khas klab malam menyilaukan matanya, ia juga mencoba bertahan untuk tidak menutup telinganya karena volume musik yang terlalu keras. Sementara Aria, berdecak sebal karena melihat Amanda yang terlihat seperti orang kampungan "Biasa aja sih, jangan malu-maluin." kata Aria sinis, ia menarik tangan Amanda untuk menuju tempat di mana Excel dan teman-temannya biasa berkumpul. Amanda kini bisa melihat dengan jelas Excel bersama teman-temannya sedang berbincang. Oh, tambahan, bukan hanya bersama teman-temannya, namun ia juga sedang bersama dua orang perempuan berpakaian minim yang duduk di samping kiri dan kanannya. "Nah, ketemu kan, samperin gih. Gue mau ke temen-temen gue dulu." Kata Aria, lalu meninggalkan Amanda yang sedang terpaku sendirian. Tentu saja Amanda rasanya ingin marah, bagaimana tidak? Karena selama tiga tahun ia mengenal Excel, cowok itu sama sekali tidak seperti yang ia lihat sekarang ini. Amanda merasas ia tidak benar-benar mengenal cowok itu. Dengan langkah gontai Amanda menghampiri Excel. Lutut gadis itu terasa lemas, dan lidahnya terasa kelu. Dalam beberapa saat, Excel langsung menyadari keberadaan Amanda di hadapannya. Cowok itu terlihat terkejut. "Amanda? Lo ngapain di sini?" tanya Excel, ia terlihat kikuk dan tidak pernah menyangka bahwa Amanda akan menemuinya di sini. "Mana istri lo?" tanya Amanda, "Cewek dua di belakang lo itu?" tanyanya lagi, sambil melirik dua cewek berpakaian minim yang sedang memandang mereka berdua dengan tanda tanya. "Gue bisa jelasin semuanya kok, semua nggak kayak yang lo pikirkan." "Bullshit, Excel. Selama tiga tahun lo bohongin gue." Ujar Amanda, cewek itu hampir menangis. "Kalo lo udah bosen atau udah nggak sayang sama gue, bilang aja. Nggak usah pake bohongin gue segala." "Gue sayang sama lo, Amanda. Tapi.." "TAPI APA?!" Excel menghela napasnya, "Gue ngerasa nggak pantes sama lo lagi, gue takut lo tau tentang gue yang sebenarnya." "Alah drama!" teriak Amanda, ia mendorong tubuh Excel lumayan kencang hingga cowok itu terjatuh. Setelahnya, Amanda berlari keluar dari klab malam tersebut dengan menerobos para pengunjunga yang baru saja berdatangan. Ia mengabaikan makian dari para pengunjung tersebut hingga akhirnya ia menabrak seseorang. Amanda mendongak untuk melihat seseorang itu karena ia tidak kunjung mengizinkannya lewat. "Kakak.." panggil Amanda yang menyadari bahwa yang ditabraknya adalah Azriel. "Jangan pernah ikut Aria lagi, sekarang pulang." Azriel sengaja mengikuti Aria dan juga Amanda karena ia merasa khawatir jika sesuatu yang buruk akan terjadi kepada Amanda. Aria? Tentu saja cewek itu tidak akan becus menjaga adiknya. Bisa ia tebak, kini Aria sudah dipengaruhi minuman keras dan bahkan tidak ingat bahwa ia membawa Amanda ke sini. * Setelah menghadiri acara pemakaman Dea tadi siang, Arka menyempatkan diri untuk sekedar membuka kotak berwarna merah yang sangat familiar itu. Keenan ingat saat ia memberikan kotak merah yang berisi sweater merah muda favorit Dea dihari ulang tahunnya yang kelima belas. Dan tidak ada yang bisa menyangka, ulang tahun kelima belas tersebut adalah ulang tahun terakhir Dea. Dan Arka merasa puas karena saat itu ia berada di sisi Dea. Arka membuka kotak itu, ia terkejut saat melihat isinya. Di sana ada sweater favorit Dea, jam tangan berwarna ungu, beanie berwarna hitam bertuliskan 'Beautiful Girl' dan sebuah buku diary yang terkunci rapih. Itu semua barang pemberian Arka. Dan tidak lupa, sepucuk surat dengan amplop berwarna pink terselip diantara barang-barang itu. Untuk Arka, orang yang aku sayangi. Hai Arka, apa kabar kamu? Aku dengar kamu masuk SMA Adhi Bangsa ya? Maaf ya, aku nggak bisa nemenin kamu di sana. Padahal, aku sendiri yang janji bakal masuk sekolah itu bareng kamu. Aku minta maaf ya, Arka. Aku minta maaf atas perlakuan aku selama ini. Aku egois, kasar, dan sama sekali nggak perhatian sama kamu akhir-akhir ini. Karena aku sibuk berobat sih, hehe. Aku juga minta maaf udah mutusin kamu dan ngerahasiain tentang penyakitku. Tentu aja semua bagi aku nggak mudah. Tapi aku harus begitu. Aku nggak mau kamu lihat aku sekarat. Aku nggak mau pikiran kamu terbebani karena aku yang penyakitan. Ah ya, aku sengaja mengembalikan barang-barang ini ke kamu. Kamu bisa ngasih ini semua ke orang-orang yang mungkin akan membutuhkannya. Karena aku nggak mau barang-barang ini cuma nganggur di kamarku yang mungkin aja, ketika kamu baca surat ini udah kosong. Maaf ya suratnya kepanjangan, padahal tangan aku udah nggak kuat. Aku sangat-sangat berterima kasih sama kamu, Arka. Terima kasih udah mau mampir ke hati aku, bahkan menetap di sana. Terima kasih untuk semuanya, waktu kamu, perasaan kamu, perhatian kamu... Terima kasih, Arka. -Dea Finona- Arka menghapus air matanya, ia melipat surat tersebut dan kembali memasukkannya ke dalam kotak merah tersebut. Rasa tidak rela masih ada meskipun ia terus berusaha menghilangkannya dan mencoba mengikhlaskan Dea. Cowok itu mencoba tidak lagi menangis, namun hatinya tidak bisa membohonginya. Nyatanya, Arka masih menangisi kepergian Dea, cinta pertamanya. * Pulang sekolah, Amanda sengaja meminta Azriel untuk mengantarkannya ke lapangan basket dekat rumah Excel. Ya meskipun males banget sih kalo sampe ketemu Excel lagi. Tapi, ia sudah janjian dengan Arka yang tidak hadir hari ini di sekolah. Amanda juga merasa penasaran kenapa Arka memintanya untuk datang kembali ke lapangan basket tersebut. Karena ia pikir, Arka benar-benar sudah sembuh dari sakit hatinya. Seperti dirinya, yang kini sudah lega karena mengetahui bagaimana Excel sebenarnya. "Makasih ya, kak. Nanti aku pulang sendiri aja." kata Amanda, setelah sampai di lapangan basket. "Naik apa?" tanya Azriel. "Naik ojol, mungkin?" Azriel tersenyum, ia merasa seharusnya tidak terlalu mengkhawatirkan adiknya karena Amanda sudah besar. "Yaudah, kalau ada apa-apa telepon aja ya." Amanda mengangguk, lalu melambaikan tangannya kepada Azriel yang beranjak pergi dari sana. Dan setelahnya, Amanda berbalik. Ia menemukan Arka yang tengah duduk di tengah lapangan, membelakanginya. Sedangkan bola basketnya berada jauh dari posisi Arka berada. "Arka?" panggil Amanda, ia perlahan mendekati Arka dan duduk di sebelah cowok itu. "Lo kenapa?" tanyanya. Arka masih merunduk, napasnya tidak beraturan dan tubuhnya dipenuhi keringat. Amanda menebak bahwa Arka baru saja bermain basket secara brutal. "Dea meninggal," jawab Arka lirih. Arka terdiam saat mendengar perkataan Arka barusan. Dea, mantan pacar Arka, kan? Dan tentu saja, cewek itu juga terkejut. Namun, buru-buru Amanda menaruh tangannya di bahu Arka. "Dia meninggal karena leukimia, dan gue baru tau sejak lo nyuruh gue untuk pergi ke rumahnya. Dia mutusin gue karena penyakitnya." Jelas Arka. Amanda menghela napas, ia mengeluarkan sebotol air minum yang baru saja ia beli di perjalanan menuju ke sini dari tasnya. Cewek itu buru-buru memberikan air minum tersebut kepada Arka. "Gue nggak bermaksud.. Tapi.." "Gue udah coba buat ikhlas, tapi hati gue nolak. Gue masih pengen dia ada disini," Amanda menghela nafas, ia mengeluarkan sebuah botol air minum yang baru saja ia beli saat pulang sekolah tadi san segera memberikanya pada Arka. "Lo minum dulu, terus ceritain semuanya ke gue." kata Amanda. Ternyata, bukan cuma gue yang tersakiti di sini. Kasus gue sama kaya Arka, walaupun gue tahu kasus Arka lebih berat dari pada gue. Dan intinya kita sama-sama ditinggalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD