Bab 15 - Jadian?!

1231 Words
Amanda memutuskan untuk datang ke tempat di mana Arka dan Tania bertemu. Semalam, Tania sudah menghubungi Amanda dan mengatakan ia akan menemui Arka di salah satu food court yang berada di sebuah mall. Amanda datang hanya untuk memastikan bahwa Arka datang, karena ia tidak ingin pada akhirnya Tania akan marah kepadanya dan menganggap bahwa dirinya berbohong. Namun, ternyata ketika ia melihat dari kejauhan, Arka dan Tania sudah asik mengobrol. Mereka bahkan sedang memesan makanan. Terbesit sebuah perasaan tidak terima di benaknya, hanya saja, jika Amanda terus menerus bersikap seperti itu, rencananya tidak akan berhasil sampai kapanpun. Pada akhirnya, Amanda melangkahkan kakinya mundur dan hendak memutar balik jalannya. Namun, saat itu juga ia menabrak seseorang. “Maaf.” ucap Amanda sambil merunduk, tidak berani melihat orang yang ia tabrak. “Ngapain di sini?” Amanda bertanya-tanya ketika seseorang yang ia tabrak justru bertanya kepadanya, dan saat itu juga ia memberanikan diri untuk kembali mendongak. “Kak Atha?” “Iya, lo ngapain di sini?” tanya Atha lagi. Amanda menggigit bibirnya, ia kembali menoleh ke belakang dan melihat Tania yang masih mengobrol dengan Arka. Mereka bahkan seperti tidak menyadari sekeliling. Apa kah Tania dan Arka secocok itu? Sama seperti dirinya yang langsung klop dengan Arka? “Kok Arka sama cewek lain? Oh gue tau, lo patah hati kan makanya sampe nabrak gue?” goda Atha, yang sama sekali belum menyadari kerapuhan Amanda. “Tha, ayo cabut.” ajak temannya, yang sejak tadi menunggui Atha. Tanpa menggubris godaan Atha, Amanda beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Sejenak hal tersebut membuat Atha mengerutkan dahinya, namun ia cepat-cepat menahan lengan Amanda. “Duluan deh, gue ada urusan.” kata Atha kepada kedua temannya yang sejak tadi menungguinya. Setelah kedua teman Atha pergi, Amanda melirik Atha dengan tatapannya yang tajam.  “Lepasin.” pintanya. Alih-alih melepaskan lengan Amanda, Atha justru tersenyum. “Ikut gue yuk, ceritain lo kenapa.” ujarnya. Perkataan Atha barusan membuat Amanda bingung, karena ini sama sekali bukan seperti Atha yang ia kenal. Atha yang jahil dan sering membuatnya sangat kesal, seperti perkataannya beberapa menit yang lalu. “Mau kan?” tanya Atha lagi untuk memastikan, dan pada akhirnya Amanda mengangguk. Amanda tidak berpikir panjang ketika mengiyakan ajakan Atha. Yang ia pikirkan adalah ia harus sesegera mungkin pergi dari tempat itu dan mengalihkan pikirannya dari Arka. Atha mengajak Amanda ke sebuah restoran cepat saji dan memesankan makanan serta minuman untuknya. “Nda?” panggil Atha yang ingin memastikan keadaan cewek itu. “Ya?” sahut Amanda. “Diminum sama dimakan nih, udah gue pesenin.” kata Atha sambil menyodorkan makanan dan minuman tersebut ke arahnya. “Makasih.” Atha tersenyum, dan hal itu membuat Amanda bingung. Atha rupanya memiliki sisi hangat juga, dan berubah menjadi tidak menyebalkan seperti biasanya. Apa ini benar-benar Atha? Atau Atha memiliki kembaran? Oke, pikiran Amanda kini sudah kemana-mana. “Jadi, lo kenapa?” tanya Atha yang rupanya menagih janji Amanda untuk bercerita. “Ceritanya sambil makan aja.” tambah Atha. Amanda pun mengangguk, “Jadi… Arka nembak gue belum lama ini.” ucapnya mulai bercerita, “Gue seneng banget sebelum gue tahu ternyata abang gue pacaran sama kakaknya Arka.” “Terus? Arka lo tolak?” Amanda menggeleng, “Belum, gue nggak tahu gimana cara nolaknya. Jadi, gue Cuma sibuk nyomblangin dia sama temen-temen gue. Untungnya dia nggak curiga sama sekali.” “Kata siapa dia nggak curiga? Arka pasti mulai bertanya-tanya kenapa lo melakukan ini semua dan dia pengen liat sejauh mana lo ngelakuin ini.” Amanda menghela napasnya, “Tapi gue nggak punya cara lain, Kak. Abang gue pasti kecewa kalau sampai harus ngalah demi gue dan Arka yang mungkin aja cuma lagi ngalamin cinta monyet.” “Lo mau gue bantu?” tanya Atha. “Bantu apa kak?” “Bantu nyari solusinya, tentu aja.” “Emang apa, solusinya?” “Lo jadian sama gue.”     *     “Oh ya, Amanda ke mana ya? Kok belum dateng.” kata Tania sambil meminum jus pesanannya. Arka mengangkat bahunya, “Nggak tau, coba lo telepon aja.” usulnya. Arka memang tidak berharap Amanda akan datang, karena ia tahu pasti inilah tujuan gadis itu untuk membuat dirinya hanya berdua saja dengan Tania. Dan, Arka masih mencari tahu alasan tersebut. “Hmmm… Kalo kita berdua aja gimana?” tanya Tania sambil tersenyum. Arka tersenyum kembali, “Boleh, tapi gue boleh nanya sesuatu nggak sama lo, Tan?” “Nanya apa?” “Amanda bilang mau ngenalin lo ke gue kan?” “Iya…” “Dia bilang soal alasannya nggak?” Tania menggeleng, “Dia ngehubungin gue, gue curhat soal mantan gue, lalu dia bilang mau ngenalin gue ke temennya. Dan itu lo.” jelasnya. Di sini, Arka semakin bingung. Amanda benar-benar hanya menganggapnya sebagai teman saja, tidak lebih. Lalu bagaimana dengan pengakuan perasaannya kepada Amanda waktu itu? Mengapa Amanda melakukan ini semua kepadanya?   *     “Lo gila kak?” tanya Amanda sambil membelalak kaget. “Lo mau bebas nggak dari Arka? Memangnya lo pikir dia enggak nunggu jawaban lo?” Ya, Amanda tahu, Arka pasti sangat menunggu jawabannya. Dan ia tidak bisa memberikan jawaban tersebut karena ia tidak ingin menyakiti hati Arka. “Besok, lo bilang ke Arka kalau lo nggak bisa pacaran sama dia. Terus, pulang sekolah bareng gue besok. Kita Cuma pura-pura jadian aja kok.” kata Atha, meyakinkan Amanda. “Beneran pura-pura doang, kan?” “Ya… Kalau cocok kenapa enggak pacaran beneran?” “Ogah.” Atha tertawa, ia senang sekali menggoda Amanda, dan ia merasakan perasaan yang hangat ketika melihat wajah gadis itu. “Yakin nggak mau?” Sekali lagi, Amanda menolaknya. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan keras, setelahnya tertawa meskipun matanya memandang Atha sinis.     *   Amanda mengusap wajahnya berkali-kali, mengacak-ngacak rambutnya, serta berkali-kali juga ia berdecak dan berguling di kasurnya. Kenapa gue bisa ngeiyain ajakan Atha buat pacaran sih? Gue udah gila apa? “Nda? Ngapain?” Amanda buru-buru membenarkan posisinya yang sejak tadi berguling-guling di kasurnya. Rambut serta pakaiannya berantakan. Sementara Azriel, abangnya, memandangnya dengan bingung dari ambang pintu kamarnya. “Nggak, nggak ngapa-ngapain kok.” sahut Amanda sambil merapikan dirinya yang berantakan. “Lagi ada masalah?” tanya Azriel sambil menghampirinya. “Nggak kok, nggak ada. Kenapa sih kak,? Tumben nanya-nanya.” “Mau nengokin ade sendiri, emangnya nggak boleh?” Amanda tertawa, “Ya boleh sih, tapi aneh aja tiba-tiba nyelonong masuk.” “Cuma mau mastiin aja, soalnya sekarang udah jarang liat kamu ketawa ketiwi sendiri karena chattingan sama Arka. Lagi berantem ya?” Amanda mengerjapkan matanya ketika Azriel menanyakan hal tersebut. Bagaimana bisa abangnya sendiri menangkap hal tersebut darinya? Yang jelas, Azriel tidak boleh mengetahui soal dirinya yang sudah mengetahui tentang hubungan kakaknya itu dengan kakak perempuan Arka. “Nggak kok, Arka akhir-akhir ini lagi sibuk. Jadi nggak bisa chat aku.” sangkal Amanda. “Ohh gitu, kirain berantem.” “Ih, aneh banget sih kak? Ada apa sih? Ada yang mau diomongin?” Azriel tersenyum, “Nggak ada apa-apa kok. Cuma mau nengokin adek sendiri aja.” katanya, “Kamu tidur gih, udah malem. Besok harus sekolah.” “Oke kak.” Amanda buru-buru berbaring di kasurnya dan menarik selimutnya, “Jangan lupa tutup pintu ya kak.” pesannya kepada Azriel sebelum cowok itu keluar dari kamarnya. Azriel keluar dari kamar Amanda tanpa mengatakan sepatah kata pun. Cowok itu merasakan hal yang ganjil ketika melihat sifat Amanda akhir-akhir ini. Adik perempuannya itu seakan-akan seperti menghindarinya, entah apa alasannya. Sementara Amanda, sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya dan kekhawatirannya jika kakaknya tahu tentang apa yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Ini sangatlah rumit. Kenapa harus dirinya yang dihadapkan dengan hal seperti ini? Apakah bisa ia melupakan seseorang untuk yang kedua kalinya? Perkara sakit hatinya karena Excel saja masih sangat membekas, dan sekarang giliran soal Arka. Amanda tidak yakin bisa melupakan Arka begitu saja, dan merelakan cowok itu pergi dengan perempuan lain. Tapi, ia harus bisa demi Azriel. Kakak laki-lakinya itu sudah mengorbankan banyak hal untuknya sejak ia kecil. Dan.. Oke, kenapa bisa juga ia menerima tawaran Atha untuk berpacaran dengan cowok menyebalkan itu?! Ya, meskipun Cuma pura-pura aja, tapi kan???? Amanda tidak yakin bisa menghadapi hari esok.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD