Bab 16 - Bidadari.

1286 Words
Amanda benar-benar tidak tahu apa yang merasuki dirinya sampai-sampai ia mau menerima tawaran Atha untuk dijemput pagi ini. Karena semalam, ketika ia hampir tertidur, Atha meneleponnya. “Nda, besok pagi gue jemput ya?” tawar Atha dari balik telepon, suaranya terdengar sangat antusias dan berbeda dari biasanya. Amanda yang sangat mengantuk dan setengah sadar, segera mengiayakan ajakan Atha tersebut. Dan setelahnya, Amanda kembali tertidur dengan telepon yang belum dimatikan. Dan pagi ini, Amanda berdiri di depan pagar rumahnya setelah memberikan alamat rumahnya kepada Atha. Ia harus bersiap-siap lebih pagi karena harus menunggu cowok menyebalkan itu. Namun nyatanya, tidak perlu lama menunggu, cowok itu sudah muncul dari kejauhan dan tersenyum ketika ia sampai di hadapan Amanda. “Lo pasti udah nungguin gue banget kan?” tanya Atha sambil memberikan helm yang sengaja ia bawa kepada Amanda. “Iyalah, gue nggak mau telat tau.” kata Amanda yang segera memakai helm tersebut dan naik ke motor Atha. “Helmnya wangi banget, dikasih parfum ya?” tanya Amanda ketika ia menyadari helm yang dipakainya sangat wangi. “Enggak, itu punya Friska. Gue nggak ada helm lain selain itu, sori ya.” jawab Atha. “Oh, gak papa kok.” sahut Amanda, kini ia sibuk memikirkan bagaimana kalau Arka tahu bahwa ia berangkat sekolah bersama Atha. Arka tahu persis, bahwa ia sangat membenci Atha. Lalu, bagaimana cara ia menjelaskan kepada Arka nantinya? Sesampainya di sekolah, Amanda turun dan melepaskan helmnya, lalu memberikannya kepada Atha. “Gue duluan ya.” pamitnya kepada Atha. “Kenapa? Lo takut Arka tau ya? Bukannya emang itu tujuannya kita pura-pura pacaran?” Mata Amanda melebar, “Sssshh!!” Atha tertawa sinis, “Kalo lo mau misi lo berhasil, turutin apa mau gue. Kalo nggak, yaudah. Nggak usah berharap Arka bakal ngejauh dari lo.” Amanda menghela napasnya, lagi-lagi ia harus menghadapi semua kerumitan ini. “Oke, tapi inget ya. Kita cuma pura-pura!” ujar Amanda mengingatkan. “Jangan-jangan lo yang berharap lebih ya?” Goda Atha, sambil melemparkan pandangan menggoda kepada Amanda. “Ih, amit-amit!”     *     Amanda berkali-kali melepaskan tangan Atha yang sejak tadi terus melingkar di bahunya. Sepanjang Lorong sekolah semua murid yang berpapasan dengan mereka memperhatikannya, dan kebanyakan dari mereka melemparkan pandangan cibiran kepada Amanda. Lagi pula, siapa sih yang tidak mengenal Amanda? Bukan, bukan Amanda sok terkenal atau apa. Tapi semua tahu soal Amanda yang belum lama ini ditabrak oleh Friska, mantan pacar Atha hingga masuk ke rumah sakit dan harus berpidato secara virtual. Ditambah, Amanda juga sangat dekat dengan ketua OSIS, dan ia juga menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Cewek itu benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya dengan tingkah Atha ini. Cowok menyebalkan ini benar-benar terlalu berlebihan. “Kak, lepasin dong. Gue bisa jalan sendiri tau!” protes Amanda kesal, “Lagian kan, cuma ke kantin aja.” tambahnya. “Arka aja ngerangkul lo dengan bebas, gue kan sekarang pacar lo. Masa nggak boleh?” Astaga, rasanya ingin sekali Amanda menonjok Atha tepat di wajahnya. Bagaimana bisa ia menyamakan posisinya dengan Arka? “Ya itu semua beda, lo jangan sama-“ Perkataan Amanda berhenti ketika mereka berpapasan dengan Arka dan sahabat-sahabatnya di koridor menuju kantin. Dan terlihat sangat jelas bahwa mereka terkejut ketika melihat Amanda bersama Atha. Sementara Atha, cowok itu tersenyum merasa menang karena kini Amanda berada di sisinya. “Nda, lo udah siapin proposalnya?” tanya Arka, yang memecah keheningan di antara mereka semua. “Eh? Proposal? Oh, lagi gue persiapin kok Ka.” jawab Amanda, suaranya bergetar. “Oke, jangan lupa serahin ke gue dua hari lagi ya.” Pesan Arka, sebelum ia pergi dan ketiga sahabatnya mengikutinya dari belakang. Amanda menggigit bibirnya, ia merasa sangat bersalah kepada Arka karena melakukan hal ini. Sejenak, ia menoleh ke arah Arka yang sudah dirangkul oleh ketiga sahabatnya. Itu sudah jelas, Arka sakit hati karenanya. Maafin gue ya, Ka. Karena sudah terlanjur Amanda pergi ke kantin bersama Atha, ia meneruskannya. Atha menemaninya makan, meskipun pikirannya terbang kemana-mana. Ia terus memikirkan apa yang diraskan Arka saat ini.   *   “Kok bisa????” tanya Adrian yang sangat terkejut setelah apa yang dilihatnya tadi. Iya, Amanda bersama Atha. Dan, Arka tidak bisa menjawab pertanyaan Adrian barusan, tentu saja. “Kalian ada masalah ya? Kok tiba-tiba begini?” tanya Gabriel, sejak tadi ia sibuk mengobservasi apa yang terjadi dengan Arka dan juga Amanda. Arka menghela napasnya, “Gue nggak tau, dia kenapa.” ya, cuma itu saja yang bisa ia katakan saat ini. “Coba, lo ceritain apa yang terjadi dari awal.” kata Ervan, yang meskipun tidak ada pengalaman soal percintaan, ia sangat ingin membantu. “Gue nembak Amanda waktu itu.” jawab Arka. “Terus? Lo ditolak?” tanya Adrian. Arka menggeleng, “Dia belum jawab sampai sekarang, dan udah dua kali dia ngenalin gue ke temennya, entah apa tujuannya.” jelasnya. “Itu udah jelas dia nolak lo, buktinya sekarang dia malah rangkul-rangkulan sama Atha.” ucap Ervan memberikan kesimpulan. Gabriel menggeleng, “Nggak mungkin, Amanda itu jelas-jelas suka banget sama lo Ka. Cuma kayaknya dia punya sesuatu yang disembunyiin sampe-sampe dia sama Atha sekarang.” katanya, “Sebelumnya apa lo nggak ada masalah apa-apa sama Amanda?” Arka menggeleng, “Nggak ada, semua berjalan lancar-lancar aja. Kemarin gue ketemu sama temennya pun, temennya bilang dia nggak tahu apa alasan Amanda ngenalin gue sama dia.” “Ya jelas lah, Amanda lagi jadi mak comblang, biar lo ngelupain dia.” kini Adrian yang menyimpulkan. Apa pun itu, Arka tidak mengetahuinya, dan ia benar-benar harus menanyakan hal ini secara langsung kepada Amanda. Apa yang terjadi kepada cewek itu sampai-sampai Amanda terus saja menghindarinya? Dan bahkan lebih buruk dari itu. Arka tidak mengerti, dan tidak bisa mengambil kesimpulan apa pun seperti yang teman-temannya lakukan. Namun yang ia tahu pasti, Amanda menyembunyikan sesuatu.   *   “Lo ngapain sih kak masih ngikutin gue?” tanya Amanda ketika melihat Atha yang masih mengintilinya hingga ke kelasnya. Tentu saja, seisi kelas kini sudah memperhatikan Amanda dengan tatapan bingung. Oke, ini tentu saja tentang Atha. “Nggak apa-apa, biar lebih nyata aja.” sahut Atha sambil mengangkat bahunya. "Mending lo balik aja deh ya, kak. Gue mau belajar nih, kan sebentar lagi bel soalnya nanti ada ulangan fisika." kata Amanda, yang sejak tadi memikirkan alasan untuk membuat Atha pergi dari kelasnya. Atha tiba-tiba saja mencolek bahu seorang teman sekelas Amanda, itu adalah Darma. “Eh, tong, emang nanti ada ulangan fisika?” tanyanya kepada Darma. “Fi-fisika? Kan udah ulangan minggu kemarin.” jawab Darma gelagapan. Amanda berdecak, duh, b**o banget sih. “Oh, oke makasih tong.” sahut Darma yang buru-buru pergi dari hadapan Atha. Kemudian, pandangan Atha beralih kepada Amanda yang kini memandangnya kesal. Bel masuk berbunyi, dan Atha masih duduk di hadapannya. “Gue nggak nanggung derita kalo lo diomelin Bu Rita nanti.” kata Amanda, mengingat setelah ini adalah pelajaran fisika di mana Bu Rita akan mengajar. “Bu Rita doang? Gampang, lagian dia dukung gue waktu gue nyalonin jadi ketua osis waktu itu?” kata Atha menyepelekan. Amanda hanya mengangkat bahunya, ia tidak peduli dan tidak mau ikut-ikutan bila Atha diomeli oleh Bu Rita nantinya, karena Atha lah yang menginginkan ini semua. “Kak minggir dong mau duduk, nih.” kata Cia, teman sekelas Amanda yang duduk di depannya. “Cari tempat lain aja.” kata Atha, tanpa menoleh sedikitpun kepada Cia. “Nggak ada tempat lain, Kak. Kelas ini penuh.” kata Cia yang ikut kesal dengan perlakuan Atha. “Kak,” panggil Amanda, nada bicaranya mulai memohon kepada Atha. Belum sempat Atha luluh karena permohonan Amanda, Bu Rita masuk ke dalam kelas tepat waktu dan bingung ketika melihat Atha berada di kelas tujuh. "Kamu ngapain disini Tha?" tanya Bu Rita. "Mau nemenin bidadari Bu." "Apa? Siapa?" tanya Bu Rita lagi dengan bingung. Atha pun menunjuk ke arah Amanda, sementara Amanda tidak tahu harus apa. Cowok di hadapannya ini biang kerok, dan baru saja sehari mereka berpura-pura berpcaran, Atha sudah menimbulkan banyak masalah. "Astaga, Atha. Balik ke kelas kamu, sekarang. Kamu kan mantan ketua OSIS jadi harus mencontohkan yang baik!" "Tapi kan bu..." "Cepet keluar!!!!" "I-iya oke bu, saya keluar. Titip bidadari saya ya Bu." Saat itu juga, rasanya Amanda ingin sekali mengubur Atha hidup-hidup, mendorong Atha sehingga ia jatuh ke dalam jurang, atau menceburkan Atha ke dalam laut yang sangat dalam. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD