When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Brak Pintu ditutup dengan kasar, hingga membuat Zeva berjingkrak karena terkejut. "Tu-Tuan!" Lirih Zeva terkejut "Nikmat sekali hidupmu. Bangun tidur, makan, lalu tidur lagi, santai. Begitu terus jalan hidupmu." Kata Wijaya sambil menc3kik leher Zeva kuat, hingga Zeva merasa kesusahan untuk menelan air liurnya sendiri. Brug Wijaya melempar tubuh Zeva kasar, hingga jatuh ke lantai dan terbentur ke pojokan sofa. Wijaya kembali mendekati Zeva, dan mencengkram kuat lengan Zeva, hingga Zeva mengaduh kesakitan. "Saya tidak berharap menjalani kehidupan yang seperti anda sebutkan tadi. Kalau bukan karena perintah putra anda, saya juga tidak Sudi hidup seperti penjara." Zeva menanggapi ucapan Wijaya dengan tak kalah sengitnya. "Jangan berlagak bodoh. Kau bisa memanfaatkan perasaan puteraku.