When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Sudah cukup keterkejutan Ibu. Sekarang aku butuh penjelasan nya. Jelaskan, Bu." Pinta Zeva dengan nada tegasnya, bersamaan dengan air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya. "Ze-zeva, kamu percaya kan sama ibu, Ibu adalah orang satu-satunya yang merawatmu, artinya kamu anak kandung Ibu. Kamu percaya kan sama Ibu, Nak?" tanya Ana dengan anda terbata, serta tangan yang gemetaran merasa tidak sanggup untuk menyentuh pipi Zeva. "Sejak kapan aku tidak pernah mempercayai Ibu, bahkan aku percaya dengan Ibu melebihi diriku sendiri. Tapi tidak dengan saat ini!" Ujar Zeva tegas, membuat Ana menghentikan tangisnya seketika, dan keterkejutan Ana sudah terlihat oleh Sera yang baru saja mendengar pembicaraan ibu dan kakaknya. Sera tidak percaya dan bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa