Selamat membaca.
---
Ternyata aku salah, kupikir setelah hubungan kita berakhir, hidupku akan menjadi seperti neraka yang menyeramkan, ternyata tidak, aku baik-baik saja, sepertinya.
Percayalah, kalimat di atas adalah kalimat yang mempunyai kadar dusta paling tinggi yang pernah aku katakan di dunia ini.
---
Andre terdiam di ujung kasurnya, apa yang ia katakan tadi? Ia mengajak Aluna unuk benar-beanr mengakhiri hubungan dengannya? bodoh, kenapa Andre sempat terbawa emosi seperti ini, ah! Siaalan, benar apa yang dikatakan oleh Aluna, mereka sudah seperti ini sebanyak lima kali, Aluna meminta putus sudah sering sekali, tapi Andre sama sekali tidak menyadari bahwa kesalahannya ada dirinya, harusnya, sejak awal, Andre tidak mengikuti apa yang disarankan oleh Aluna, harusnya ia mengtakan kepada dunia bahwa Aluna adalah pacarnya, orang yang ia sukai, orang yang ia sayangi, tidak menyembunyikan perempuan itu, hingga semua ini tidak perlu terjadi, dan hubungan mereka akan baik-baik saja.
Andre memejamkan matanya, ini semua sudah terlanjur terjadi, ia dan Aluna sudah terlanjur putus juga, jadi mau bagaimana lagi? Lagian kan ini semua kemauan Aluna sendiri bukan karena Andre yang meminta mengakhiri hubungan mereka, Andre pun akan siap selalu untuk menuruti kemauan Aluna, dan juga melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini putus bukan lah menjadi jalan yang buruk tentang hubungannya dan juga Aluna, ia dan Aluna harus memiliki ruang tersendiri, mereka sudah terlalu lama bersama, dan semoga ini adalah pilihan yang tepat yang mereka ambil.
Toh, Andre juga tidak suka dengan sifat Aluna sekarang, satu tahun lebih Aluna begini, Aluna selalu minta putus dengan Andre sudah lima kali, tapi masih bisa ditoleransi olehnya, masih bisa dima’afkan oleh Andre, hubungannya masih bisa diselamatkan. Tapi sekarang, berbeda, Aluna sudah benar-benar kembali seperti Aluna yang dulu, Aluna yang suka marah-marah, ngambek dan selalu minta mengakhiri hubungan mereka, jadi, sudahlah, masih banyak ikan di lautan, mungkin ia dan Aluna sudah benar-benar tidak cocok lagi.
***
"Menangis, tidak menyelsaikan masalah Aluna," kata Avi saat ia membawakan nampan berisi air dan buah-buahan ke kamar Aluna. Avita Valencia, sepupu Aluna yang malam ini memang sengaja menginap di rumah Aluna karena berniat menemani Aluna kin mengelus pelan punggung Aluna yang sedang naik turun mengikuti alunan tetes air mata di wajahnya, orangtua Aluna masih berada di luar kota, di keluarga mereka, memang Aluna dan Avi seumuran, lebih tepatnya hanya berbeda dua bulan saja, jadi untuk curhat dan segala macam memang terasa lebih menyenangkan, karena mereka nyambung karena mereka seumuran.
"Sudah Al," ucap Avi pelan, sambil memeluk Aluna yang masih saja menangis. "Nanti besok mata lo bengkak gimana? Ketahuan Andre nanti kalau lo nangisin dia." Avi kembali mengingatkan, kali ini Avi menyertai alasan yang semoga menyentil ego dan gengsi Aluna agar secepatnya untukn behenti menangis.
Aluna menatap Avi dengan mata yang masih berair, benar apa yang dikatakan Avi tadi, kalau ia terus menangis matanya besok pagi akan membengkak, dan Andre akan menanyakan itu semua, mungkin menanyakan keadaannya, mungkin juga Andre akan tidak peduli padanya, dan Aluna sama sekali tidak bisa menebak apa yang akan terjadi besok, hari pertama ia dan Andre benar-benar berpisah.
Aluna tidak mau kalau Andre tahu ia menangisinya, tapi rasa sakit saat hubungan mereka berakhir membuat air mata itu terus saja jatuh dari kelopak matanya, ia sungguh tidak menyangka hubungannya dengan Andre benar-benar sudah berakhir seperti ini. "Tapi gue sayang dia Vi," jawab Aluna masih dengan suara tangisnya yang kencang.
Avi menganggukan kepala ia tahu dari awal hingga akhir jalan cerita Aluna dan Andre yang bersemi. Avi juga tahu Aluna dari dulu memendam perasaan kepada Andre, tahu dia tahu semuanya, tapi Avi tidak mau terlalu mencampuri hubungan mereka berdua, Avi hanya orang luar di sini, semua keputusan berada di tangan Aluna dan Andre tentang hubungan mereka berdua.
***
Aluna memasuki mobil hitam yang membawanya pergi ke sekolah, hari ini dan seterusnya Aluna harus siap untuk tidak satu mobil mau pun satu motor lagi bersama Andre, semuanya telah usai di sini. Aluna menarik napas, walau tenggorokannya terasa tercekek saat melihat Andre dengan motornya di depan rumahnya saat Aluna tidak sengaja menatap rumah Andre, saat Aluna melewati rumah laki-laki itu.
"Non, bareng sama Den Andre?" Tanya supirnya kala itu.
"Enggak pak, terus aja ya," jawab Aluna, supir yang ada di depan Aluna pun menganggukan kepala dan menjalankan apa yang dikatakan oleh Aluna.
Andre menghembuskan napas pelan, saat melihat mobil yang biasa ia gunakan dengan Aluna berlalu begitu saja, melewati rumahnya, yang Andre yakin ada Aluna di dalamnya, ya setelah berakhirnya hubungan mereka, jelas saja ia dan Aluna tidak akan satu mobil lagi, mereka akan berpisah.
Banyak kenangan di mobil itu, dari Aluna yang memukulnya karena sudah menunggu Andre yang kelamaan, di mobil itu juga Andre mengeluskan d**a karena Aluna menjahilinya, dari menukul lengan Andre, hingga memencet hidungnya. "Ah, Aluna, sesakit ini kah bila kita berpisah?" Lirih Andre lalu menjalankan motornya, menempuh perjalanan panjang menuju sekolahnya tanpa Aluna bersamanya.
***
Aluna memasuki kelasnya, banyak murid yang sudah datang, tapi Aluna berjalan tidak ke arah mejanya tetapi menuju di mana meja Rama berada, di mana laki-laki itu yang tengah tertawa terbahak-bagak dengan Indra, Hari dan Agus.
"Indra, kita tukeran ya, lo duduk sama Andre dari sekarang," kata Aluna tiba-tiba.
Indra menaikan alisnya lalu memandang Agus, Hari dan Rama bergantian, setelahnya ia menatap Aluna lagi, bingung dengan perktaan Aluna yang tiba-tiba itu.
"Tolong," kata Aluna lagi.
Mau tidak mau Indra mengalihkan duduknya, ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke meja asal Aluna dan Andre, membiarkan perempuan itu kini menduduki kursinya.
"Kenapa lo mau pindah duduk?" Tanya Rama yang melihat Aluna sudah duduk di sampingnya.
Aluna menatap Rama, ia tersenyum lalu kembali menatap ke arah depan, tidak menjawab apa yang dikatakan Rama, Aluna tidak bisa mengatakan bahwa ia ingin menghindar dari Andre, tidak mungkin ia mengatakan hal itu, mengatakan bahwa ia tidak bisa lagi duduk di dekat laki-laki itu.
"Heh," teriak Rama yang mengundang tatapan murid ke arah mereka.
Aluna juga ikut menatap Rama, dan memukul Rama pelan. "Berisik ah," katanya.
"Ya, lo juga kenapa enggak jawab pertanyaan gue?"
Aluna melongos, membalikkan wajahnya perempuan itu memilih menatap ponselnya, putus dengan Andre, berpindah duduk dari tempatnya ke tempat Rama ternyata semakin membuat Aluna stress, sungguh, tapi menurut Aluna ini adalah jalan terbaik, ia dan Andre benar-benar harus berpisah, setidaknya hubungan mereka harus merenggang dulu, maksudnya agar ia dan Andre tidak bersama dulu.
"Al," panggil Rama lagi.
Aluna yang kesal, akhirnya menendang kaki Rama, sedangkan Rama hanya terkekeh, Aluna tidak tahu saja, dibalik ketawa Rama yang manis itu, Rama sungguh menahan sakit yang terdapat di kakinya.
"Diem ih," kata Aluna menatap Rama galak, Aluna sedang kepanasan, di kelas Aluna hanya terdapat lima kipas angin, iya kipas angin, bukan AC, karena AC hanya ada dua di kelas ini, dan kadang-kadang tidak dihidupkan.
Kipas angin yang terbagi lima itu ada di, yang nomor satu dan dua terdapat di tengah-tengah kelas. Tiga, empat terdapat di ujung kanan dan kiri, serta ke lima terdapat di atas kepala Aluna, tapi sialnya kipas angin yang di atas kepala Aluna itu rusak, membuat Aluna harus memakai kipas manual.
Andre memperhatikan Aluna dalam diam sejak ia masuk ke dalam kelas, ia sudah menebak, Aluna pasti akan kabur dari tempat duduk mereka, karena ya, itu lah Aluna, perempuan dengan sifat dan sikap manja serta mau menang sendiri, jujur saja, Andre yang memperhatikan Aluna, sungguh tidak tega saat Aluna benar-benar kelihatan sangat gerah, perempuan itu memang mudah kepanasan, Andre akhirnya berdiri dari duduknya, ia melirik Aluna sebentar dan meninggalkan kelasnya.
"Aluna, kok lu pindah sih?" Tanya Hanna dari tempat duduknya yang sekarang harus berjarak dua buah meja dari tempat Aluna duduk.
Aluna hanya menggeleng sebagai jawaban lalu tersenyun, ia tidak mungkinkan mengatakan bahwa ia baru saja putus dengan Andre, dan mencoba menjauhi laki-laki itu, tidak mungkin dong.
Rama menepuk bahu Agus dan Hari setelah beranjak dari duduknya, "nyusul Andre yuk," katanya lagi.
***
"Ya mang ujang, di kelas itu kipas anginya rusak, kesian teman saya kepanasan," pinta Andre kepada laki-laki yang kerap dipanggil Mang Ujang itu.
Ia baru saja mencari Mang Ujang, orang yang sering memperbaiki kursi atau meja yang patah, bahkan mang Ujang juga bisa memperbaiki komputer yang sedang error, multitalenta sekali Mang Ujan ini, sekolahnya sungguh sangat beruntung memiliki Mang Ujan ini.
"Iya, nanti Mang Ujang ke kelas kamu," kata mang Ujang menyelesaikan minum kopinya.
Di tempat lain Aluna semakin menggerutu sebal karena kipas anginnya benar-benar tidak mau hidup, Aluna sungguh kepanasan, sialan malah di tempat asalnya kipas anginya baik-baik saja, tapi tidak mungkin sekali Aluna berpindah ke sana, Aluna tidak mungkin duduk bersama dengan Andre lagi. "Eh, ada Mang Ujan," kata Aluna saat melangkah ke luar kelas, berniat mencari angin.
"Iya, Amang mau perbaikin kipas angin, tadi kata Pak Indra kipas angin di kelas ini ada yang rusak."
Aluna menganggukan kepala dengan antusias mendengar apa yang dikatakan oleh Mang Ujang, mukjizat sekali kedatangan Mang Ujang ini, ia tidak perlu bergerutu sebal lagi karena masalah kipas angis.
Lima meter di belakang mang Ujang dan Aluna berdiri, Andre tersenyum puas saat melihat bibir Aluna kembali terangkat, setidaknya inilah yang bisa ia lakukan kepada Aluna, Andre rela melalukan semuanya demi Aluna walau diam-diam seperti ini, ya, ia dan Aluna memang sudah tidak punya hubungan apa pun lagi, selain mantan pacar, dan mungkin juga mantan sahabat, tapi, dibalik itu semua, tidak mungkin Andre tidak memperhatikan perempuan itu, tidak mungkin Andre tidak menolong Aluna, tidak mungkin Andre membiarkan Aluna kenapa-kenapa.
"Kenapa lo sama Aluna, berantem lagi?" Tanya Agus yang sekarang malau menyeret laki-laki yang terlihat aneh sejak pagi itu ke kantin, sebenarnya bukan hanya Andre yang terlihat aneh pagi ini, Aluna pun sama, dan menurut Agus serta yang lainnya, ada sesuatu yang terjadi diantara mereka.
Andre menaikan bahunya, lalu berucap, "Gue putus sama dia."
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Agus dan Hari tidak bisa menyembunyikan raut bahagiannya di masing-masing wajah mereka, akhirnya mereka mendapatkan kebenaran bahwa Aluna dan Andre memang menjalin hubungan, tapi sialnya hubungan itu sudah berakhir, dan mereka baru tahu tentang hal itu.
"Yasudah, udah putus jugakan yaudah selow aja lah," kata Hari yang langsung mendaptkan jitakan dari Andre.
Seenak jidat memang orang itu mengatakan kalimat yang sangat tidak manusiawi itu, Hari pikir melepas Aluna seenak memakan permen milkita, tidak! Hubungan Andre dengan Aluna tidak sebentar walau tidak terlalu lama juga, tapi kenangannya itu loh, apalagi mereka bersahabat dari kecil, dan hampir melakukan apa pun bersama, belum lagi rahasia hidup mereka, mereka seolah melewati banyak tantangan hidup bersama, dan kali ini, Andre merasa kehilangan, ia merasa masih memiliki perempuan itu, mereka seolah masih bersama hanya saja dengan situasi Aluna yang menjauh, tapi tidak, bukan begitu, Andre harus sadar bahwa hubungan cinta mereka sudah beanr-benar berakhir.
"Yaudah, move on," kata Rama ikut menabahkan.
Andre diam saja, ia tidak tahu harus membalas dengan apa perkataan teman-temannya, tapi satu yang dipastikan oleh Andre, berpindah hati dari Aluna ke perempuan lain, tidak semudah yang dikatakan ke tiga temannya tadi.
----