12. Taruhan

1658 Words
                                                                            Selamat membaca.                                                                                         ---                                         Terkadang hidupku sangat terasa berat, dan kamu adalah tempat yang paling nyaman untuku bersandar, untukku pulang.                                                                                         --- ·         Akhir semester empat bagi Aluna dan Andre             Andre tanpa semangat mengiring tiga orang laki-laki yang ada di depannya, tapi mau tidak mau Andre tetap harus melanglah ke depan, mengikuti tiga orang itu, yang lebih tepatnya menyeret dirinya untuk ikut mereka.             "Mau makan apa lo?" Tanya Rama kepada Andre saat mereka berempat sudah ada di meja kantin.             Andre mentapa Rama lalu mengatakan apa yang terlintas di otaknya hanya nasi goreng dan teh es yang ada di otaknya kali ini, sebentar, ditambah dengan Aluna, walau sudah berpisah sekitaran sembilan atau delapan bulan lalunya, Andre dan Aluna masih diam, menahan ego mereka masing-masing, ya, sejak saat itu, saat dimana Aluna ingin berpisah dengan Andre, dan Andre yang mengiyakan permintaan itu, hubungan mereka benar-benar tidak bisa dikatakan bahwa baik-baik saja.             Andre mau pun Aluna berlomba-lomba memasang wajah dalam keadaan baik-baik saja, Aluna dan Andre benar-benar berlomba untuk mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, awlau terkadang Andre tiba-tiba tak bergeming saat ia kembali mengingat Aluna, atau walau Aluna tiba-tiba menangis saat dirinya merindukan Andre, tapi nyatanya, mereka berdua bisa melewati waktu selama ini untuk sama sekali tidak berhubungan.             Rama menggangukan kepala, lalu bersama dengan Agus ia memesan makanan, meninggalkan Hari dan Andre yang ada di meja kantin.             Hari yang hanya tinggal berdua dengan Andre pun menatap laki-laki itu dengan banyak pertanyaan yang terlihat jelas di wajahnya. "Berapa lama sudah lo sama Aluna, Ndre?" Tanya Hari yang mulai kepo degan hubungan Aluna dan Andre, ya, permbahasan topic tentang Aluna dan Andre masih saja tidak ada habisnya, baik menurut Hari, Rama dan juga Agus, atau pun bagi Putri dan juga Hanna, pembahasan itu selalu saja mereka ungkit.             Mereka berdua sama-sama hebat dalam menutupi hubungan mereka, jujur, awalnya Hari tidak terlalu peraya bahwa mereka mempunyai hubungan khusus, karena ia pernah beberapa kali melihat Andre jalan dengan cewek selain Aluna, jadi menurut Hari, mungkin saja benar Aluna dan Andre itu hanya sebatas sehabatan, tidak ada hal lebih diantara mereka berdua.             "Satu tahun, mungkin," balas Andre ala kadarnya, sungguh Andre sekarang benar-benar tidak ada gairah lagi, rasanya kegairahannya sudah hilang entah ke mana, rasanya Andre hanya merasa kehampaan selama ia berpisah dengan Aluna, tidak bisa dipungkiri, nyatanya seluruh hati Andre masih berada di Aluna, nyatanya Andre masih belum sepenuhnya melepas kepergian laki-laki itu.             "Beh lama ya?" kata Hari lagi, dan Andre hanya menganggukan kepala, menjawab pertanyaan Hari.             "Sudah, jangan galau gitu, mending kita main," ucap Agus yang datang membawa nampan berisi pesanannya dan Hari, setelah sampai di meja yang tadi ditunguin oleh Andre dan juga Hari.             Sedangkan tak lama dari itu, Rama datang dengan membawa napan yang berisikan pesananya dan pesanan Andre.             "Permainan? Games?" tanya Hari yang diangguki oleh Rama dengan cepat, tadi, saat ia dan Agus pergi meninggalkan Andre dan Hari, Agus memiliki ide untuk mengajak Andre bermain, tujuannya hanya membuat laki-laki itu agar lupa dengan apa yang sudah terjadi padanya, pada hubungannya dengan Aluna.             "Permainannya satu kali jalan doang, siapa yang terpilih, dia harus nembak cewek sebanyak tiga kali, kalau enggak dia harus neraktir kita sampai lulus, gimana?" Tanya Rama, menjelaskan cara bermainnya.             Andre yang merasa ia harus segera move on dari Aluna pun hanya mengiyakan apa yang dikatakan dan diajak oleh teman-temannya, mungkin ini salah satu cara agar ia bisa cepat melupakan Aluna, dan semoga ini menjadi langkah yang tepat, yang tidak akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri, yang tidak akan menimbulkan masalah bagi mereka.             "Yaudah sini, gue puter sendok aja ya, siapa kena ujungnya dia yang harus nembak tiga cewek," kata Andre mengebu-ngebu, memikirkan permainan ini, ternyata asik juga, ternyata menantang juga, walau dipikir lagi ini semua mengerikan, laki-laki itu mengambil sendok di tempat sendok yang tersedia di mejanya.             Setelah menatap temannya satu persatu, laki-laki itu mulai memutar sendoknya, entah Andre harus mengatakan ini kesialan atau keberentungan, ujung sendok itu sendiri malah mengarah kepadanya, tanpa ada kecurangan, tanpa disengaja oleh Andre, bahkan ke tiga temannya benar-benar melihat sendok itu berputar dengan semestinya. Tatapan mata Rama, Hari dan Agus pun menusuk ke manik mata Andre.             "Gimana?" Tanya Rama, memastikan, sebenarnya ia juga merasa ngeri dengan permainan ini, walau sebenarnya tujuannya memang untuk membuat Andre terkena permainan ini, nyatanya Rama juga jadi khuwatir tentang hal ini.             Andre menatap satu persatu temannya itu lalu menganggukan kepala kecil, bagaimana lagi, toh ia sudah setuju permainan ini dari awal, jadi sebagai laki-laki, ia harus memegang omongannya kan, laki-laki kalau tidak bisa dipegangan omongannya, lalu apalagi yang bisa diharapkan dari laki-laki? "Yaudah, orang udah terlanjur, " kata Andre seterusnya. Andre tidak berpikir lagi, bagaimana perasaan Aluna jika ia tahu bahwa Andre akan mencari pacar baru, Andre ingat sekali, ia pernah mengatakan bahwa hanya Aluna yang ia inginkan diseluruh dunia ini, nyatanya, janji itu tidak sampai lima tahun, sudah ia langgar, ia menjilat sendiri ludahnya.             "Satu cewek aja deh Ndre, enggak usah tiga, nanti kesian lo," kata Rama selanjutnya, yang disertai anggukan dua temannya yang lain, jujur saja Rama tidak menyangka bena-benar bahwa sendok itu akan mengarah kepada Andre, dan semoga dengan adanya permainan ini, Andre bisa sedikit terhibur, bisa sedikit melupakan kejadian, kesedihan yang sudah lama ia alami bersama dengan Aluna, tapi, nyatanya laki-laki itu terlihat masih terjebak dengan Aluna, terlihat dengan sangat jelas.             Kini Andre hanya bisa menghembuskan napasnya, entah ini jalan yang benar atau tidak, tapi semogalah ini adalah jalan yang benar, yang tidak akan menyakiti hati siapa pun.             "Lo, tembak itu cewek," kata Rama menunjuk salah satu perempuan yang masuk ke dalam kantin. "Kemarin gue ketemu dia, orangnya welcome banget."             Tatapan mata Andre, Hari dan Agus mengikuti tatapan mata Rama, jujur saja, tadi saat disuruh nembak satu cewek, entah perasaan dari mana, Andre ingin mencoba bersama dengan Gresy, tapi mengingat bagaimana ia dan Aluna berpisah karena perempuan itu membuat Andre mengurunkan niatnya, Andre yakin kalau ia memilih Gresy, semuanya akan semain kacau, ia dan Aluna pasti akan benar-benar merasakan sakit karena hal itu, dan akhirnya, ia membuktikan bahwa ia benar-benar menjadi laki-laki yang berengseek kalau bersama dengan Gresy.             “Sylena maksud lo?” Tanya Hari saat melihat perempuan yang dimaksud oleh Rama.             Rama mengangguk, beberapa waktu yang lalu ia berkenalan dengan Sylena, orangnya benar-benar ramah, benar-benar welcome, dan Rama lihat perempuan itu begitu banyak teman laki-lakinya.             “Ya, dia baik sih, emang welcome anaknya, tapi kayak ngeri gitu enggak sih?” Tanya Agus lagi, dia juga memang kenal dengan Sylena, dulu ia menjadi anggota OSIS yang melakukan MOS kepada angkatan Sylena, dan ya memang, Sylena terkenal ramah, terkenal boboroknya juga dan mudah bergaul memang.             “Lo pastiin aja dia ada cowok atau enggak, ya asal jangan bikin rusak hubungan orang aja sih, toh ini juga buat senang-senang kan, ngeri juga gue kalau kita bikin hubungan orang kacau,” kata Rama lagi, ada sedikit ketakutan di hatinya tentang permainan ini sejujurnya, mereka kan hanya ingin bersenang-senang, tidak ingin melakukan hal yang buruk, niatnya.             Andre menganggukan kepalanya mengerti, pasti, itu adalah hal yang pasti Andre lakukan setelah ia mendapatkan nomor perempuan itu, Andre juga akan melakukan pendekatan, layakanya orang yang benar-benar akan jatuh cinta.                                                                                     ---             Andre yang biasanya jam-jam seperti ini berada di kamar Aluna, kini hanya bisa duduk di depan kamarnya sendirian, tapi tetap saja ia melihat kearah seberang kamarnya, kini ia melihat kamar Aluna yang terang benerang. Sedetik kemudian Andre bisa melihat pintu kaca yang ditutupi horden itu terbuka, terlihat Aluna yang tengah memakai piayama panjang itu juga menghadap kearahnya, lebih tepatnya menghadap ke kamarnya, dan jelas saja Andre yang sedari tadi duduk di terasnya, akhirnya bersitatap dengan perempuan itu dengan jarak yang lumayan jauh, tak lama dari itu, tak lama dari tatapan itu nyaring ponsel Andre membuat ia mengalihkan pandangnya, menjauh dari tempat duduknya, ia jelas akan memilih melihat ponselnya, ia tidak akan bisa menatap Aluna dengan sedalam itu lagi, dengan senyaman itu lagi, dan juga bisa saja kan Aluna yang berada di sebrang sana merasa risih saat mata Andre menatapnya dengan dalam.             Saat Andre masuk ke dalam kamarnya, melihat ponselnya yang berbunyi, ia melihat dengan jelas, ada notifikasi dari Sylena Hermawan, targetnya yang dituju atas taruhannya tadi siang bersama dengan teman-temannya. Andre membalikan kembali badannya, menatap kearah seberang kamarnya, tapi sayang, Aluna yang tadi berdiri di depan kamarnya kini sudah tidak ada lagi, bahkan kamar perempuan itu berubah menjadi gelap-gulita, tidak biasanya memang Aluna jadi seperti ini, tidak, maksudnya tidak biasanya bahwa Aluna tidur secepat ini, tidak biasanya kamar perempuan itu menjadi gelap seperti ini.             Saat ingin membalas pesan dari perempuan itu, tangan Andre rasanya sedikit kaku, sejak kemarin, sejak hubungannya dengan Aluna berakhir, ia memang tidak terlalu memegang ponselnya, Andre benar-benar ingin menenangkan diri, tapi saat ini, saat ia memegang ponselnya dan berniat membalas pesan Sylena, mata laki-laki itu menatap wallpaper ponselnya, fotonya bersama Aluna, ya, ia ingat sekali, foto itu diambil saat mereka tengah berada di salah satu mall di Banjarmaisn, tengah makan siang bersama, sekitar lima belas bulan yang lalu, atau enam bels bulan yang lalu, saat itu pun Aluna sendiri yang mengganti wallpaper Andre yang sebelumnya gambarnya bersama dengan ke dua orangtuanya, Andre ingat seklai, Aluna mengatakan bahwa ia tidak ingin Andre sedih setiap kali membuka ponselnya, setiap kali laki-laki itu melihat foto ayah dan Ibunya yang sejak kejadian itu selalu bertengkar, yang sejak kejadian itu selalu saja membuat rumahnya bak neraka.             “Nah, aku ganti ya wallpapernya pakai foto kita, biar kamu senyum terus karena lihat aku,” kata perempuan yang baru saja memasukan kentang ke dalam mulutnya itu.             Andre yang tersadar dengan lamunanya menggeleng pelan, tangannya berat sekali untuk mengubah foto layar depan ponselnya, tapi Andre juga tidak bisa terus-menerus memasang foto perempuan itu di ponselnya, bukankah ia dan Aluna harus berjalan masing-masing sekarang ini, tak lagi boleh bersangkut paut, agar hati Aluna tak lagi kesakitan, agar Aluna akan baik-baik saja.             Hembusan napas Andre menggema di kamarnya, ya, ia bisa, ia dan Aluna pasti bisa dengan keadaan seperti ini, mereka hanya memerlukan waktu, mereka hanya harus menemukan kebaisaan baru tanpa ada dari masing-masing mereka, di samping.                                                                                     ___
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD