Keterdiaman Aluna (10)

1579 Words
                                                                                __                                                                 Selamat membaca.                                                                              ----                                                 Saranghe, i love you, Ik hou van jou, Te Amo, Aishiteru, ya intinya, aku mencintai kamu.                                                                             ----             Aluna tersentak kaget saat tangan itu memegang bahunya, ia tidak tahu apa yang dipikirkan laki-laki itu sekarang hingga ia bisa berada di sini, di kamar Aluna yang tengah gelap-gulita, hanya lampu yang berada di depan Aluna sekarang yang menjadi pencahayaan satu-satunya, bahkan bintang dan bulan pun tidak memberikan cahanya melalui jendela untuk Aluna malam ini.             Aluna masih terisak karena perlakuan fans Andre tadi siang di sekolah, ia dikatai bahwa ia tidak pantas dengan Andre, hahahaha apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka, kenapa orang-orang itu seenaknya mengatakan Aluna tidak pantas untuk Andre, hanya karena melihat luarnya saja? Apa salahnya sebenarnya ia bersama dengan Andre, berteman dengan laki-laki itu apa melanggar norma yang ada di sekolahnya? Kenapa jadi kakak kelas itu bisa mengatakan hal yang tidak-tidak kepadanya hanya karena Aluna menjadi teman dekat Andre.             Ayolah, ini sudah tahun 2021, menjad plakor dan pembullyan di sekolah itu sudah tidak jaman, sangat tidak bisa ditoleransi. Bahkan jujur rasa sakit hati yang dikatakan oleh Kakak kelas tadi kepada Aluna masih teriyang-iyang di telinga Aluna, ia dikatai jelek, hitam, tidak cantik, tidak pantas untuk Andre, mereka benar-benar menurunkan harga diri Aluna di tengah murid baru.             Aluna masih sesegukan menangis, ternyata sangat menyakitkan saat ia menjadi bahan pembullyan, apakah Kakak kelas itu benar-benar merasa sempurna hingga ia menginjek-injek harga diriAluna seperti ini, dan seenak jidat diinjek-injek begini, dan apa sebenarnya yang mereka lihat di diri Andre, apakah karena Andre terlihat tampan jadi ia tidak bisa berhak berteman dengan perempuan seperti dirinya?             "Aluna," panggil Andre lembut. Andre dapat melihat Aluna membalas tatapannya, mata Aluna yang berair benar-benar membuktikan bahwa perempuan itu benar-benar terluka.             "Seburuk itukah aku, Andre?" Tanya Aluna dengan sesegukan masih ada di tenggorokannya. Matanya penuh air, begitu pula dengan hidungnya penuh lendir, suaranya tercekak dengan rasa kesedihan.             Andre menjawab cepat dengan gelengan di kepalanya. "Enggak, kata siapa kamu buruk? Kanu itu cantik, kamu itu baik," ucap Andre meyakinkan, jelas saja itu salah, Andre sendiri pun sebenarnya tidak tahu apa motif Kakak kelasnya mengatai Aluna seperti ini.             Aluna kembali melemparkan pertanyaan. "Tapi kenapa mereka bilang aku enggak cocok sama kamu?!" Suara Aluna meninggi, hingga akhirnya Aluna kembali terisak lagi, rasanya benar-benar menyakitkan, orang-orang tidak tahu apa yang sudah Andre dan Aluna lalui hingga ke titik ini, orang-orang hanya mengomentari di luarnya saja, tanpa tahu apa yang terjadi di dalamnya.             "Yaudah, kamu mau gimana? Aku labrak mereka? Aku buat mereka minta ma’af di kaki kamu?" Pertanyaan Andre sungguh membuat tangisan Aluna berhenti seketika, tapi, Andre benar-benar tidak main-main dengan apa yang dikatakan barusan, ia benar-benar berniat melakukannya kalau Aluna menginginkan itu.             "Beneran Ndre?" Tanya Aluna dengan penuh mata berbinar, ya, Aluna kadang hidup penuh dengan pengakuan, Aluna ingin dilihat, Aluna ingin diakui, kadang Aluna bisa saja membuat hal-hal buruk dan mengerikan agar ia bisa diakui, dan mungkin merengek kepada Andre adalah salah satunya. Senyum Aluna terbit, bibirnya mengembang, matanya berhenti mengeluarkan air, sungguh kata-kata Andre benar-benar menghangatkan hati Aluna.             Aluna berdiri, ia menyapu air mata yang sedari tadi ada di bawah matanya, ia memeluk Andre dangat erat, tapi perkataan Aluna selanjutnya membuat Andre mengatupkan bibir dengan rapat. "Tapi, aku enggak mau Ndre, mendingan kita kasih tahu mereka kita sudah putus, biar mereka enggak bisa ganggu kita lagi."                                                                                 ***             Andre mengetukkan jarinya, ia bingung sekali, bagaimana ini, kalau dia masuk ke rumah Aluna, Andre takut Aluna akan membuunuhnya di tempat, bagaimana bisa ia tidak pulang sampai jam pelajaran selesai, bahkan motor Andre masih berada di sekolahan saat itu, dan jangan lupakan tas Andre, katanya juga tidak ada yang membawa pulang, termasuk Aluna sendiri, tas laki-laki itu masih berada di dalam kelasnya, di kursinya.             "Den, enggak masuk?" Kata Pak Anang yang masih melihat Andre berada di depan pintu rumah Tuannya, tapi Andre masih belum masuk, bahkan mendorong pintu besar itu saja untuk terbuka, belum.             Andre tidak menjawab tentang pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Anang, ia malah berbalik bertanya. "Aluna, ada kan Pak?" Tanya Andre lagi.             Pak Anang menganggukan kepala, ada, anak Tuannya itu ada di dalam rumahnya.             "Andre berantem sama dia Pak, Andre takut Aluna bakal ngebuunuh Andre Pak," lirih Andre pelan, mengeluarkan keluh kesahnya kepada Pak Anang.             Seketika Pak Anang tertawa terbahak-bahak, bagaimana bisa teman anak Majikannya ini berkata seperti itu, menangnya Aluna seorang pembunuh, jadi dia bisa membunuh orang, atau bisa menerkam orang. "Masuk aja Den, Pak Anang jamin Non Aluna enggak bakal ngapa-ngapain Den Andre,” kata Pak Anang disertai dengan tawanya. ***             Tempat yang pertama Andre tuju saat masuk ke dalam rumah Aluna adalah dapur, karena dapur dan kamar, adalah tempat terfavorit Aluna, dan sering sekali Aluna berada di dua tempat itu. "Bi, ada Aluna?" Tanya Andre saat melihat Bi Ijah yang sedang memasak di sana.             Bi Ijah berbalik, ia menampilkan seulah senyum di hadapan Andre, saat mengetahui ada anak laki-laki itu di sana. "Ada Den, di ruangan keluarga, masuk aja," kata Bi Ijah, memberikan informasi di mana Aluna berada.             Ruang keluarga, derap langkah Andre kini menuju ruang keluarga rumah Aluna. Ia sekali lagi meletakan tangannya di depan pintu ruang keluarga Aluna, ia tidak bisa, tangannya mendadak tidak bisa menekan knop pintu itu, hingga sesuatu dalam hatinya bergemuruh untuk tetap melanjutkan langkahnya, Andre menekan knop pintu itu, terbuka, terlihat seorang perempuan yang sedang menatap benda di depannya dengan tatapan yang hampa, seorang diri. Andre pun dengan pelan mendekati Aluna yang tetap diam, seolah tidak terusik dengan kedatangan Andre di sana.             Sebelum berbicara kepada perempuan itu, Andre ikut duduk di dekat Aluna, ia juga ikut menonton acara yang tersiar di telivisi, tidak ada suara yang terdengar di antara dua anak manusia itu. Sunyi senyap keadaan di dalam ruangan itu, hanya ada suara benda pecah yang ada di depan sana, karena Aluna sedan menonton kartun Tomn and Jerry, seharusnya mereka tertawa karena kartun itu sedang menampilkan adegan yang sangat lucu, tapi suasana di sana benar-benar sepi.             Andre melirik Aluna yang masih diam, tanpa mau menyalurkan suara, begitu juga dengan Andre, menurut Andre kehadirannya di sini dengan memakai seragam sekolah mampu membuat suasanan mencair, yang berarti Andre masih belum pulang ke rumahnya dan mendahulukan Aluna di atas segala-galanya, tapi di satu sisi, kedatangan Andre dalam keadan seperti itu semakin memancing kemarahan Aluna, karena tanpa sadar Andre baru saja pulang dari rumah Gresy, dan itu membuat Andre semakin terlihat mengingkari janjinya yang mengatakan bahwa ia akan langsung kembali ke sekolah setelah mengantar Gresy.             "Non," panggil Bi Ijah dengan membawa nampan berisikan mi yang diminta Aluna tadi.             Aluna masih diam, dengan menampilkan senyuman perempuan itu memberikan kode kepada Bi Ijah agar menaruh semangkok mi itu di atas meja.             "Den, mau Bi Ijah bikinin makan?" Tanya Bi Ijah kepada Andre, yang masih memperhatikan gerakan-gerakan dari Aluna.             Andre menggeleng sebagai jawaban, ia tidak bisa makan sekarang, melihat Aluna seperti ini benar-benar membuat beban di kepala Andre, ya walau Andre sendiri tahu bahwa kesalahan ini memang ia sendiri yang membuatnya, dan Andre harusnya menerima balasannya.             Aluna masih diam, seolah di sana dia masih sendiri, padahal Andre sedari tadi sudah bergerak gelisah karena perilaku Aluna seperti ini. Aluna menghabiskan air minum  di gelas itu, seterusnya perempuan berdiri, dan mematikan telivisi, bermaksud untuk meninggalkan Andre sendirian, lebih tepatnya bermaksud untuk meninggalkan ruangan yang penuh kesepian itu, Aluna juga tidak sanggup untuk berada di sana lama-lama, karena ia sungguh marah dengan laki-laki itu, ia sungguh sebal dengan Andre saat ini.             "Aluna, aku minta ma’af," suara itu membuat Aluna berhenti berjalan, tubuh dan tatapannya sudah menghadap ke arah pintu, berniat untuk pergi secepatnya dari ruangan ini.             "Sudah gue ma’afin," balas Aluna, tanpa mau menatap Andre yang masih berada di belakang punggungnya.             "Al, kok pakai ‘gue elo’?" Tanya Andre dengan bingung.             Sungguh bilamana Aluna sudah menggunakan ‘Gue-Elo’ maka Aluna benar-benar sedang marah, ya, dan Andre memang tahu itu semua, Aluna tengah marah.             "Ayo kita putus, Ndre,” kata Aluna selanjutnya dengan suara yang terdengar tidak ada keraguan sedikit pun di sana.             Saat itulah rasanya Andre kehilangan pegangangan, satu tahun lebih ia bersmaa Aluna, dan ini sudah kali ke lima kalinya Aluna mengatakan hal menyakitkan itu padanya, dan rasanya Andre sudah tidak sanggup lagi kalau Aluna mengatakan hal itu lagi, terus-menerus, Andre menyukai Aluna, Andre menyayangi perempuan itu, Andre benar-benar tidak main-main saat mengatakan bahwa Aluna adalah pilarnya yang selama ini ia pegang, tapi, Aluna tetap saja tidak percaya dengan apa yang ia katakan, Aluna seolah menganggap kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak bisa dipercaya, padahal Andre bersungguh-sungguh dengan kalimat itu.             "Kenapa? Karena aku nganterin Grasy dan enggak pulang lagi ke sekolah?" Tanya Andre sambil menarik lengan Aluna, untuk tidak pergi sebelum pembahasan mereka selesai.             Tubuh Aluna terbalik ke belakang, tepat di hadapan ada Andre, syukur-syukur mangkok yang dipegang Aluna tidak jatuh. "Iya! Iya karena gue cemburu sama Grasy!" Balas Aluna dengan suara yang tidak kalah lantang, tidak kalah tegas.             "Aduh Aluna, kita sudah melakukan ini lima kali, dan lo kenapa enggak ngerti semua cewek yang ada disekitar gue itu cuman teman!" Suara Andre meninggi bahkan ia mengganti kata "Aku-kamu" menjadi "Gue-lo"             "Karena lima kali itu juga lo enggak sadar bahwa gue cemburu? Bilang bahwa kita cuman teman, dan lo bisa sama cewek lain, itu sakit, Andre," air mata Aluna kini keluar, pipinya sudah basah dengan semua air yang berlomba-lomba turun dari matanya.             Saat itu juga Andre mengacak rambutnya, ia sayang sama Aluna, tapi bukannya Aluna sendiri yang minta merahasiakan hubungannya, jadi di mana salah Andre, sebenarnya? "Oke, mau lo apa? Putus? yaudah, mari kita putus."                                                                                 ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD