"Jadi Han Byul anak Kang Hyo Yeon? Anak angkatmu?"
Kepala Gong Yoo mengangguk, membenarkan ucapan Nara. Han Byul adalah dari Hyo Yeon, anak angkatnya. Ia dan mendiang istrinya bertemu dengan Hyo Yeon 20 tahu lalu, saat itu Hyo Yeon baru berusia 7 tahun dan baru beberapa menit yang lalu mengalami kecelakaan.
Ayah dan ibu Hyo Yeon meninggal di tempat, sementara Hyo Yeon menjadi satu-satunya yang selamat dari kecelakaan tragis itu. Hyo Yeon tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini setelah kedua orang tuanya meninggal, maka ia dan istrinya memutuskan untuk mengangkat Hyo Yeon sebagai anak.
Meski Hyo Yeon hanya anak angkat dan ia tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Han Byul, Gong Yoo tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bagi ia dan mendiang istrinya, Hyo Yeon adalah anak kandung mereka dan Han Byul adalah cucu mereka. Perlakuan antara anak kandung dan anak angkat tidak pernah ia bedakan, keduanya mendapat kasih sayang yang sama.
"Ternyata kau bisa baik juga." Ucap Nara dan memancing lirikan tajam Gong Yoo.
"Apa maksudmu? Aku ini memang baik, kau saja yang tidak tahu!"
Ucapan Gong Yoo seketika membuat Nara berdecak, sebab tidak mengerti kebaikan apa yang sudah diperbuat oleh Gong Yoo sejak dulu. Selalu nyaris membuat ia tuli, itukah yang disebut kebaikan?
"Lebih baik aku bermain dengan Han Byul, daripada mendengar ocehanmu." Nara bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri Han Byul yang sedang bermain gelembung sabun.
Sedangkan Gong Yoo nampak kembali melirik Nara dengan begitu tajam, sebab sudah berani mengatakan kalau ia telah mengoceh. Memang ia perempuan yang begitu suka mengoceh? Terkadang, wanita bisa menjadi begitu menyebalkan, khususnya Nara.
****
Usai bertemu dengan Tuan Park Jung Il untuk membahas proyek pembangunan sebuah hotel, Kyuhyun kembali fokus bersama Na Na, anjing kesayangannya. Kyuhyun dan Na Na asik bermain di dalam ruangan khusus Presdir, membuat Jiwon geleng-geleng kepala melihat kelakuan Kyuhyun.
Siapapun tahu bahwa ini kantor, bukan taman yang biasa dijadikan tempat bermain bersama hewan peliharaan. Memang tidak ada aturan di Hanyoung Group, kalau Presdir tidak diperbolehkan membawa hewan ke kantor. Tapi, seharusnya Kyuhyun tahu tempat untuk bermain dengan Na Na, lagi pula jadwalnya cukup padat hari ini dan si Annoying Boss malah sibuk bermain dengan seekor anjing.
"Presdir?" Jiwon mencoba memanggil Kyuhyun, sebab sebentar lagi harus menghadiri sebuah pameran seni yang bertujuan untuk amal, dimana hasil yang didapatkan akan disumbangkan kepada anak-anak kurang mampu.
"Sebentar lagi." Kyuhyun menyahuti karena tahu arah pembicaraan Jiwon. Ia tidak mungkin lupa tentang jadwal, sebab Jiwon baru mengatakan jadwalnya tadi pagi.
Sekarang, Jiwon hanya bisa menunggu saja sambil menghela napas berat. Sembari menunggu si Annoying Boss selesai bermain dengan Na Na, ia membuka sebentar ponselnya dan tersenyum saat melihat pesan dari Sehun. Bukan pesan khusus, tapi hanya sebuah emoji hati. Manis, bukan?
Dengan penuh kegembiraan Jiwon akan membalas pesan Sehun, tapi Annoying Boss tiba-tiba berulah. Tanpa sebab yang jelas, Kyuhyun tiba-tiba saja merebut ponselnya dan ekspresinya seperti orang jijik saat melihat pesan Sehun.
"Presdir ...."
"Kita berangkat sekarang!" Kyuhyun menyela ucapan Jiwon, kemudian berjalan lebih dulu tanpa mengembalikan ponsel Jiwon.
Kedua tangan Jiwon seketika mengepal dan andai terlihat, sekarang sudah ada 2 tanduk merah di atas kepala Jiwon. Apa-apaan Cho Kyuhyun itu? Apa merebut ponsel sekretaris merupakan tugas dari seorang Presdir? Apa mata Kyuhyun terganggu melihat ia bermain ponsel meski tidak di saat waktu bekerja? Benar-benar menyebalkan!
"Dasar, Evil!" geram Jiwon, sebelum ia mengikuti langkah Kyuhyun dengan penuh emosi.
Begitu sampai di luar, Kyuhyun kembali melihat pesan dari Sehun dan kali ini tatapan sangat berbeda. Tidak lagi jijik, melainkan marah. Ia bahkan menghapus pesan Sehun tanpa berpikir lebih dulu, kemudian memasukkan ponsel Jiwon ke dalam saku celananya.
****
Kini, Presdir dan Sekertaris itu sudah berada di dalam mobil dan duduk bersebelahan. Kali ini Kyuhyun tidak menyetir seorang diri, ia memanggil seorang supir, juga menaiki mobil yang berbeda. Meski mobil ini tidak semewah mobil yang biasa Kyuhyun bawa ke kantor, tapi Jiwon tetap merasa terpesona. Wanita cantik itu bahkan mulai menebak-nebak berapa banyak mobil yang dimiliki oleh si Annoying Boss.
Selama perjalanan yang memakan waktu sekitar 45 menit, Kyuhyun dan Jiwon tidak terlibat dalam sebuah pembicaraan. Kyuhyun enggan bicara pada Jiwon setelah tadi melihat pesan Sehun, sementara Jiwon tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak mungkin, kan Jiwon meminta ponselnya kembali? Ia hanya bisa menunggu Kyuhyun mengembalikannya, sebab mungkin ia akan terancam kembali potong gaji jika meminta.
Setelah 45 menit berlalu, Kyuhyun dan Jiwon telah sampai di tempat pameran. Kyuhyun terlihat menyapa beberapa orang yang ia kenal, sementara Jiwon selalu setia menemani Kyuhyun. Tidak hanya menemani Kyuhyun, namun Jiwon juga melihat-lihat lukisan yang dipamerkan.
Jiwon begitu ingin membeli salah satu lukisan itu untuk membantu anak-anak yang membutuhkan, namun uangnya tidak akan cukup. Jadilah ia hanya melihat-lihat sembari terus berharap kalau Kyuhyun akan membeli lebih dari 1 satu lukisan, agar bisa membantu lebih banyak anak-anak dan sekaligus berbuat baik setelah terus menerus menjadi evil.
Sudah hampir 10 menit Jiwon dan Kyuhyun melihat-lihat berbagai lukisan, kini pandangan mereka tertuju pada sebuah lukisan indah yang menggambarkan sebuah keluarga, yaitu ayah, ibu dan seorang putri kecil mereka. Nampak begitu nyata dan pastinya berkesan di hati Jiwon, hingga membuat ia tersenyum juga bergumam.
"Cantik sekali," gumam Jiwon dan terdengar sampai ke telinga Kyuhyun.
"Kau menyukainya?"
Jiwon menoleh pada Kyuhyun, yang baru saja bertanya padanya kemudian mengangguk pelan. "Ya. Ini mengingatkanku pada mendiang Ayah. Dulu, aku, Ayah dan Ibu seperti menghabiskan waktu bersama. Tapi, sekarang tidak bisa lagi." Tanpa sadar Jiwon telah menceritakan sedikit kisah hidupnya yang penuh kehangatan pada Kyuhyun, si Annoying Boss.
Kyuhyun mengalihkan pandangan dari Jiwon dan diam-diam tersenyum getir karena mendengar sedikit cerita Jiwon. Tidak jauh berbeda dengannya sebab ia juga telah kehilangan salah satu orang tua, yaitu sang ibu.
"Kau ingin membelinya?" Kyuhyun kembali bertanya, bersamaan dengan ia melirik Jiwon, yang terlihat mengangguk.
"Ingin, tapi uangku mungkin tidak akan cukup. Mungkin aku akan membantu anak-anak dengan cara lain," jawab Jiwon, lengkap dengan senyuman manis.
Senyuman Jiwon bukan hanya sekedar rasa hormat pada Kyuhyun, atau topeng untuk menutupi rasa kesal pada Kyuhyun seperti yang biasa ia lakukan. Namun kali ini senyuman Jiwon benar-benar tulus, dan Kyuhyun pun merasakannya.
"Benarkah? Aku kira kau hanya pemalas yang tidak bisa berbuat baik." Baru saja Kyuhyun bicara baik-baik, sekarang ia sudah kembali membuat Jiwon kesal dan setelah itu ia pergi begitu saja.
Tatapan menyala Jiwon kembali terlihat, kedua tangannya pun telah mengepal dengan sempurna. Lihat? Kyuhyun seakan terlahir hanya untuk membuat ia kesal, marah dan memunculkan jiwa setan dalam dirinya.
"Aku sangat ingin melempar orang itu ke Antartika!" geram Jiwon, kemudian mengikuti ke mana Kyuhyun pergi.
Tapi baru beberapa langkah Jiwon berjalan, ia malah menabrak seseorang. Bukan orang biasa yang ia tabrak, melainkan Ibu Sehun yang sekarang sudah memberikan tatapan tajam padanya.
•••••
bersamvumg ...