Tatapan tajam Nyonya Oh masih ada dan masih dikhususkan bagi Jiwon. Tatapan yang sangat menakutkan, seakan ingin melenyapkan Jiwon saat itu juga. Tapi, Jiwon berusaha untuk tetap tenang bahkan melempar senyuman tipis pada Ibu Sehun.
Yang diberi senyuman justru tersenyum sinis, kemudian mendekati Jiwon dan membisikkan sesuatu di telinganya. "Kalau sampai Sehun kembali hanya untuk menemuimu atau kau berani mendekati Sehun, maka bersiaplah menerima akibatnya!" bisik Nyonya Oh, sebelum ia pergi dengan langkah angkuhnya.
Meski sejak tadi terus mencoba tenang, ekspresi takut tetap tidak bisa disembunyikan dari wajah Jiwon. Jika boleh jujur, Ibu Sehun tidak hanya menakutkan, tapi juga menjengkelkan dan bahkan jauh melebihi Kyuhyun. Dia hanya bisa mengancam, lalu menggunakan uangnya untuk menyingkirkan siapapun yang tidak disukainya.
Seburuk itukah terlahir dalam keluarga sederhana? Ataukah perempuan kaya raya sudah pasti pantas untuk Sehun?
Jiwon sungguh tidak bisa memahami pemikiran Nyonya Oh, yang seperti tidak pernah berada dibawah. Ia yakin tak seorangpun terlahir dengan kekayaan melimpah, semua berasal dari kesederhanaan sebelum menjadi kemewahan.
"Wanita tua itu bicara apa padamu?" ucapan Kyuhyun seketika membuyarkan lamunan Jiwon. Tadi Kyuhyun melihat pertemuan antara Jiwon dengan seorang wanita paruh baya yang ia kenal sebagai istri dari seorang pengusaha bernama Oh Jae Yoon.
"Eee ... tidak. Dia tidak mengucapkan apapun." Jiwon menjawab pertanyaan Kyuhyun dengan kebohongan.
"Oh." Kyuhyun membalas dengan sangat singkat, meski ia bisa melihat kalau Jiwon sedang berbohong.
Bodoh namanya kalau tidak mengatakan apa-apa, namun ekspresi terlihat seperti orang ketakutan. Tapi ya sudahlah, Kyuhyun sadar ia belum punya hak untuk meminta Jiwon jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya akan bertanya sewajarnya, tanpa di lebih-lebihkan apalagi melakukan pemaksaan.
****
Hari yang melelahkan telah kembali Kyuhyun lewati dan sekarang ia sudah berada di rumahnya, duduk di sofa empuk sembari menatap Han Byul yang sedang menonton tv. Kyuhyun melonggarkan dasinya, sebelum mendekati Han Byul dan mengusap sisa s**u di sudut bibirnya.
"Kau belum bisa bersih, ya? Apa ibumu sudah datang?" tanya Kyuhyun dan ia mendapat gelengan dari Han Byul.
"Ibu bilang masih mencari Ayah." Jawaban Han Byul sangat menyesakkan hati Kyuhyun, sekaligus membuat pria itu marah.
Jika kalian berpikir kalau Hyo Yeon adalah seorang janda atau sudah bersuami, tapi ditinggal pergi oleh suaminya, maka itu kesalahan besar. Kenyataannya adalah Hyo Yeon tidak memiliki suami dan Han Byul lahir tanpa sosok seorang ayah, karena pria yang sudah menghamili Hyo Yeon pergi entah ke mana. Maka dari itu Han Byul memanggil Kyuhyun dengan sebutan ayah, semata-mata agar Han Byul tidak merasa berbeda dengan anak-anak lain.
"Hyo Yeon masih yakin pria itu ada di Korea, jadi biarkan saja." Seseorang datang dan langsung berbicara, seakan tahu isi pikiran Kyuhyun. Orang itu adalah Cho Gong Yoo, ayah Cho Kyuhyun.
Gong Yoo duduk di sebelah Kyuhyun dan memberikan tatapan sebagai isyarat agar Kyuhyun menghilangkan ekspresi marahnya. Bukan apa-apa, Gong Yoo hanya tidak ingin Han Byul ketakutan karena ekspresi Kyuhyun. Ini bukan sekedar omong kosong, melainkan memang Han Byul sempat menangis karena ekspresi marah Kyuhyun saat meminta Hyo Yeon berhenti mencari keberadaan ayah Han Byul.
"Aku akan mandi." Kyuhyun memilih untuk pergi, sebab ia sangat tidak bisa langsung berhenti marah setelah mengetahui kelakuan Hyo Yeon.
Kyuhyun bingung kenapa Hyo Yeon masih saja mencari keberadaan pria yang sudah jelas meninggalkannya, bahkan sebelum Hyo Yeon mengetahui kehamilannya. Bagi Kyuhyun, pria seperti itu sangat tidak pantas untuk diberi cinta ataupun dicari keberadaannya. Jika sudah menghilang tanpa alasan, maka kode keras bahwa dia bukanlah orang baik.
Tapi, Hyo Yeon masih saja berpikir kalau pria itu adalah pria baik. Hingga sampai detik ini terus mencari keberadaannya tanpa mengenal lelah ataupun putus asa, bahkan Hyo Yeon seakan sudah mengabaikan Han Byul.
Begitu sampai di kamar, Kyuhyun tidak langsung ke kamar mandi melainkan malah membaringkan tubuhnya di ranjang dan mencoba menenangkan diri setelah kejadian tadi. Ketika meraba saku celananya, Kyuhyun jadi mengingat sesuatu, yaitu ia belum mengembalikan ponsel Jiwon.
"Kenapa aku bisa lupa? Kembalikan besok saja," ujar Kyuhyun seorang diri dan ketika ingin meletakkan ponsel Jiwon, telepon malah masuk ke ponsel yang dimiliki oleh si pemalas.
Nama Sehun terpampang jelas di layar ponsel Jiwon, lengkap dengan emoji hati. Benar-benar membuat Kyuhyun memutar bola mata dengan malas, tidak menyangka kalau Jiwon akan berlebihan seperti ini.
Tanpa berpikir panjang lagi, Kyuhyun langsung mematikan ponsel Jiwon dan masa bodoh dengan telepon Sehun. Ia juga tidak peduli bagaimana kelanjutan hubungan Sehun dan Jiwon setelah ini, mungkinkah mereka akan putus? Kyuhyun sungguh akan bersorak jika itu sampai terjadi.
"Rasakan kau!" ucap Kyuhyun sembari menunjukkan smirk andalannya, sebelum beranjak ke kamar mandi.
****
"Yak! Kenapa Jiwon tidak menjawab teleponku? Apa karena Annoying Boss itu?" Sehun menggerutu kesal, sebab untuk pertama kalinya Jiwon tidak menjawab telepon.
Ketika di telepon lagi, ponsel Jiwon malah tidak aktif. Ini sungguh mencurigakan, membuat Sehun berpikir kalau ini mungkin ulah annoying boss. Ia bukan menuduh, tapi hanya beranggapan saja. Ayolah, orang menjengkelkan bisa melakukan apa saja yang bisa membuat orang di sekitarnya kesal dan mungkin ini salah satunya.
"Tapi, mungkinkah ponsel Jiwon ada di tangan Annoying Boss?" Sehun bergumam, sembari mengetukkan jari-jarinya di atas meja.
Pria bermarga Oh itu berpikir selama beberapa saat, kemudian meraih kunci mobil dan keluar dari kamar. Langkah Sehun terlihat terburu-buru, hingga ia sampai mengabaikan panggilan ayahnya yang baru saja kembali dari kantor.
"Sehun!" Tuan Oh kembali memanggil sang anak, namun tetap saja tidak dipedulikan oleh Sehun.
Sehun terlalu fokus pada tujuannnya, sampai tidak ada waktu untuk bicara dengan orang yang sudah membuat ia berada jauh dari Jiwon. Ia mungkin akan dimarahi nantinya karena pulang tanpa memberitahu terlebih dulu dan sekarang mengabaikan panggilan yang seakan berasal dari neraka. Tapi masa bodoh dengan kemarahan ayahnya, ia merasa sudah dewasa untuk menentukan kehidupannya sendiri.
****
Di kediaman Nara dan Jiwon, aroma masakan memenuhi rumah sederhana itu dan sudah pasti membuat siapa saja langsung merasa lapar. Termasuk Jiwon, yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Aku lapar sekali," gumam Jiwon, sembari berjalan ke arah meja makan dan duduk di salah satu kursi.
"Kalau begitu, cepatlah makan." Nara menyahuti ucapan Jiwon, bersamaan ia duduk dan mulai mengambil makanan untuk Jiwon.
Jiwon sudah pasti makan dengan lahap karena merasa sangat lapar setelah seharian bekerja, belum lagi gajinya harus dipotong sebanyak 30 persen. Mungkin hanya ia yang punya bos menjengkelkan seperti Kyuhyun, yang melakukan semua sesuka hati dan sampai sekarang belum mengembalikan ponselnya. Sungguh menjengkelkan!
Saat sedang asik makan, mata Jiwon menangkap sesuatu yang baru, namun tidak asing terpajang di dinding rumahnya. Jiwon ingat itu lukisan yang ia lihat saat di pameran bersama Kyuhyun, tapi kenapa sekarang bisa ada di rumahnya?
••••
bersambung ...