Innovator dalam Pertunjukan Opera [2-K]

1237 Words
Bayu telah memikirkan hal ini dengan keras hingga ia sampai pada satu kesimpulan, tata letak meja. Pasti ada sesuatu yang dimasukkan dalam ebi katsu ini oleh seseorang yang entah siapa dan entah juga dengan niat buruk macam apa. Posisi makanan di meja sendiri diatur secara diagonal untuk menjauh dari posisi di mana Shun berada. Meja dengan bentuk persegi panjang dengan dua sisi yang terisi di semua sisi. Shun, Yukiko, dan Kanon ada di sisi satunya. Sementara Touki, Kanbara, dan Bayu ada di sisi yang lain lagi. Posisi ebi katsu paling dekat dengan tempat di mana Bayu berada. Hal itu sendiri jadi begitu memang karena Bayu punya alergi cukup parah pada segala macam jenis makanan laut terutama yang berbentuk seperti uang atau lobster. Hewan yang seperti punya rongga begitu. Posisi letak ebi katsu di piring ini pun pasti diatur sedemikian rupa dan penuh dengan perencanaan. Bukan sesuatu yang ada begitu saja tanpa disengaja. Kadang memang berpikir kalau semua hal memang seperti "itu" adanya adalah hal yang sangat ceroboh. Seseorang bisa jadi hanya akan jatuh ke lubang yang sangat dalam apabila ia sampai lengah berpikir bahwa masih ada jalan solid di hadapannya padahal ia sendiri sedang ada dalam kegelapan total di mana sebaiknya memang mengkhawatirkan segala hal dan berjalan secara meraba dan penuh kekhawatiran saja. Semua itu sangat penting untuk ia pahami. Terlebih saat harus hidup di dunia ini di mana segala situasi memang nyatanya sangat gelap, tak bisa ditebak. Setiap orang harus selalu berhati-hati dengan hal apa pun yang ingin mereka putuskan. Demi kebaikan masa depan juga. Karena apabila sesuatu telah terjadi maka tak ada ada cara walau seseorang ingin mengulangnya lagi untuk memperbaiki. “Kau kenapa, Bayu san? Apa yang terjadi padamu?” tanya Yukiko melihat wajah Bayu yang malah tampak cukup pucat pasi tak menentu sendiri. Kanbara malah nyelonong mengambil ebi katsu di tangan Bayu. “Aha, itu pasti karena dia pengen ngehabisin ini sendirian!” ia comotlah sebuah ebi katsu. Bayu langsung memukul tangannya sampai makanan itu terjatuh. “Jangan kamu makan!” Daripada terus buat semua orang merasa bingung, Bayu ingin membuktikan kecurigaan yang ia miliki. Ia ajak semua orang menuju bagian belakang villa. Seekor kucing liar datang setelah mendengar suitan Bayu. Disodorkan makanan itu pada si kucing. Kucing itu menggeleng dan menggaruk leher dengan kakinya. “Kenapa kucing nggak mau makan masakannya Bayu? Apa rasanya nggak enak?” kelakar Kanbara. “Ebi katsu itu pasti sudah diracuni atau dicampur dengan sesuatu yang mencurigakan,” lanjut Touki. “Siapa yang berani lakukan semua ini di tengah acara liburanku?” tanya Yukiko tak percaya hendak terjadi kasus pembunuhan dalam acaranya. “Seseorang yang ikut menyiapkan masakan ini dan menghidangkannya di meja,” jawab Kanon percaya diri. “Tapi yang melakukan keduanya hanya Bayu san dan Kanon san,” jawab Yukiko tergidik ngeri. Mereka langsung menengok Bayu curiga. “Shun kun akan mati kalau aku tak menghentikan dia. Kenapa kalian melihat aku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bayu begitu menyadari sikap aneh para temannya. “Kanon san tak mungkin ingin membunuh Shun kun,” bela Touki. “Mungkin Bayu san ingin menghidangkannya pada kita semua. Tapi Kanon san mengecilkan resiko itu dengan menaruh piringnya di ujung meja.” “Teman-teman,” teriak Kanbara sekembalinya dari dapur. “Sudah aku tanyakan pada koki. Tak ada yang menyentuh ebi katsu itu sampai di atas piring.” Pandangan mereka pada Bayu menguat. Ini nggak masuk akal. Seharusnya mereka ingat kalau yang menghias masakan di piring adalah Kanon. Lagipula yang mengatur tata letak makanan di atas meja juga dia. Seharusnya semua mudah. Kanon yang sejak awal ingin membunuh Shun. Bayu memang curiga dengan keturutsertaannya ke acara ini. Pasti dia merencanakan sesuatu. Makanya setiap waktu ia amati pergerakannya dan Shun. Kenapa jadi begini? Kenapa jadi dia yang tersudut? “Aku tak percaya kau melakukan ini,” kata Kanbara. Dilihatnya Shun yang hanya terdiam. Yukiko, Touki,… Praank! Terdengar bunyi kaca pecah yang membuat semuanya terdiam. Tak ada yang bergerak. Waktu seolah berhenti. Hanya dirinya dan Kanon yang bergerak dalam ruangan itu. Bayu terjatuh ketakutan. Ia berusaha melindungi dirinya dari Kanon yang beranjak mendekat. “Jangan dekati aku! Siapa kau sebenarnya?” “Kenapa kau mengacaukan rencanaku?” tanya Kanon datar. “Kau selalu datang untuk mengacaukan semuanya. Sepertinya ini saatnya kau dapat hukuman.” Bayu mulai dapat mengendalikan pikirannya. Kanon pasti bukan manusia biasa. Sama sepertinya. “Siapa kau sebenarnya?” “Aku hanya mengacaukan medan Calc. di sekitar sini sehingga mereka berhalusinasi,” jawabnya menguak kemampuan yang ia dapat setelah tumbuhnya obelisk Ceaen Treated. Meski itu bukan kekuatan awet yang bisa dipakai berkali-kali. “Kenapa kau ingin menghabisi Shun kun? Aku takkan membiarkannya.” Bayu bangkit dari posisinya, siap melempar meja ke Kanon. “Bayu san, aku tak punya urusan denganmu. Jika aku lanjutkan cerita ini, mereka akan percaya kaulah yang ingin membunuh Shun san. Permintaanku hanya,” kata Kanon sambil menaruh telunjuk di bibirnya, “jangan pernah halangi aku lagi.” Suara kaca pecah yang tak nampak itu kembali terdengar. Semua orang sadar dari ilusi yang menjeratnya. Mereka sepakat tak membahas kejadian ini lagi. Melapor ke polisi pun tampak akan percuma. Liburan berusaha mereka lanjutkan seolah tak ada yang terjadi. Bayu dan ingatannya sendiri tak bisa membayangkan, mereka bersikap begitu karena pengaruh kekuatan Kanon. Ia sangat berbahaya. ... Tiga hari liburan terburuk dalam hidup, itulah kesan Bayu terhadap liburan having fun Yukiko. Pernafasannya seperti tinggal berada di kerongkongan. Melihat Kanon, membuat jiwa setannya keluar. Jika ia tak bisa melakukan apa pun, mungkin bisa saja bersikap tenang seolah tak ada yang terjadi. Tapi ia dihadapkan dengan kemungkinan kematian sahabatnya. Ia tak ingin kehilangan lagi, begitulah hati berkata. Ia tak mau beroposisi dengan orang yang pernah jadi sahabatnya. Bayangan Hienritze muncul dalam benaknya yang berkabut. Apa semua ini terjadi karena dirinya? Ialah yang sudah memfitnah Bayu sehingga berakhir harus diusir dari Jerman. Ia juga yang telah buat ia berpisah dari seorang gadis yang pernah mengisi hampir seluruh bagian dari relung hatinya paling dalam. Hienritze yang telah membuat persahabatan menjadi sesuatu yang begitu ambigu untuk Bayu. Untuknya dan kekuatan aneh yang ia miliki. Sekarang ia malah berhadapan dengan seorang pemilik Calmanac Barbara lain yang ingin kembali rebut arti sahabat untuknya. “Bayu kun, aku sedang lewat dekat sini saat mendengar kamu berteriak. Ada apakah gerangan?” tanya Kanbara sehabis mencari cemilan di dapur. Bayu langsung berlari dan memeluk pangkal betis Kanbara. Seperti ia habis melihat seorang setan saja. Hantu Jepang nggak ada yang lebih seram jika dibanding dengan leak atau kuntilanak dan teman-temannya, bung! “Aku mohon, tolong berjanjilah padaku, jangan pernah tinggalkan aku... Tomodachi, teman, aibou. Jangan pernah berbohong atau khianati aku,” pinta Bayu dengan raut memelas penuh harapan. Kanbara menurunkan tubuhnya melihat Bayu ramah. “Kenapa kau sekhawatir itu? Aku tak akan pernah melepas satu-satunya orang yang bisa aku percaya.” “Apakah itu benar?” tatap Bayu lumayan terpana. Pengkhianatan sendiri sudah jadi seperti bagian dari separuh atau bahkan lebih dari jiwanya. Hampir semua yang ia lakukan untuk orang lain hanya akan berujung jadi sebuah pertentangan tanpa makna. Mendengar itu dan bagaimana ia melihat raut cemas tidak jelas di wajah Bayu Kanbara pun langsung memeluk erat bagian atas tubuh anak remaja itu dan dengan lembut anak remaja laki-laki itu berkata, “Tentu saja. Hanya orang bodoh yang akan mengkhianati orang seperti dirimu. Karena tempat kita hidup saat ini bukanlah sebuah panggung opera.” "..." -Innovator dalam pertunjukan opera: end-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD