Innovator dalam Pertunjukan Opera [2-J]

1304 Words
“Bayu san, jangan makan yang seperti itu kalau tak mau kesehatanmu sampai terganggu,” beritahu sekaligus nasihat Yukiko dengan suara yang sangat lembut tidak seperti biasa. Bayu mengangkat tangannya dengan wajah bingung.“Eeehh! Kan yang minta Kanbara. Ya ampun, kalo aku mah sukanya minum wedang jahe sama bajigur. Di sini nggak ada, kan?” balasnya dengan nada sok meledek. Yukiko terkikik kecil. “Yang aku maksud bukan seperti itu…” Di depan televisi, Kanbara merutuki sikap Bayu yang malah asyik ngobrol. Bukannya cepat-cepat menghidangkan milkshake madu favoritnya. Genti ia lihat Shun yang memasang raut wajah tak kalah sepat. “Shun kun, jiwa sister complexmu keluar lagi, ya,” canda Kanbara kala melihat Shun yang kesal adiknya malah didekati oleh laki-laki lain yang mana biasanya ia tak akan lakukan hal semacam itu. Shun langsung mencekik leher Kanbara. “Jangan pernah sebut aku kayak gitu!” “Hweahaha, tenang saja. Sampai Bayu melakukan hal mencurigakan pada Yukiko chan, bakal aku hukum dia,” kata Kanbara tak serius. “Dia kan permatanya Shun yang berharga.” Tak lama kemudian Yukiko menghampiri keduanya. Sambil mengarahkan jempolnya ke arah Bayu ia berkata, “Bagaimana kalau kita liburan ke villa keluarga di Fukushima?” “Bayu yang beri usul?” tanya Kanbara. Yukiko hanya menggelengkan kepala lantas menjawab, “Iie. Tidak. Itu pikiranku sendiri dan Bayu san hanya menyetujuinya. Aku pikir menyenangkan untuk melepas penat bersama teman-teman. Ayolah, ini akan menyenangkan.” Bayu datang bersama minuman yang paking disukai oleh Kanbara. Berat nafas ia berkata, “A, aku akan selalu menjaga keselamatan Tuan muda.” Kanbara dan Shun memikirkan hal yang sama; pasti dia tak benar-benar setuju. Kanbara mau pergi keluar rumah saja Bayu sudah sangat khawatir seperti ini. Apalagi kalau harus melalui perjalanan jauh sampai ke Fukushima. Kembali ke rumah, orang tua Kanbara melihatnya lecet, he will die! “Dasar cewek tidak waras. Apa kamu nggak bisa liat semua situasi ini? Apa yang dipikirkan kok liburan mulu,” ucap Shun kesal. Kenapa yang diberitahu duluan malah Bayu sij? Kakaknya kan dia. Yukiko mengangkat jari telunjuk ke udara dengan semangat berkata, “Oh iya, Touki san dan Kanon san juga akan ikut. Mari untuk sejenak kita lupakan saja semua hal tentang masalah Ceaen Treated dan perang. Mari kita having fuuunn!!!” ucapnya ceria. “Intinya bukan itu,” kata Bayu sambil melihat ke luar jendela. Di kejauhan sana ada teriakan dan tangis yang tak terdengar. Ingatannya selama masih menjadi tentara begitu melekat dalam sanubari. “Kita pasti masih bisa melakukan sesuatu.” ... Kesalahan Yukiko yang utama adalah, lokasi liburan mereka berada di luar dinding. Tak ayal perjalanan menuju villa tidak dilalui dengan having fun sesuai rencana. Supir keluarga Shihara berjuang keras karena harus mencari wilayah yang bisa dilewati. Perjalanan yang harusnya hanya memakan waktu selama beberapa jam membuat mereka sampai malam hari. DUAKBUKK! Suara penumpang yang melempar koper mereka ke sembarang arah. Bayu terjatuh di lantai sambil memegangi pinggang. Sholat di perjalanan membuat pantatnya kram. Shun juga mabuk kendaraan. Yang masih tenang hanya Kanbara yang biasa naik jet. “Onakasuita... laper banget nih…” ucap Kanbara sambil memegangi perutnya yang sangat keroncongan. Yukiko tersenyum geli melihat ulah kakak dan para temannya. Pengurus villa pasti sudah menyiapkan makan malam untuk mereka. Di ruang makan, Touki dan Kanon telah sampai lebih dulu. Saat semuanya masih sibuk memuaskan hasrat lapar dan dahaga mereka, Bayu menyelesaikan makan malamnya dengan tenang. Diamatinya Kanon yang tak memberi respon mencurigakan. Mungkin hanya pikiranku saja yang berlebihan, pikirnya. Malam berakhir dan Yukiko sudah menyiapkan setumpuk kegiatan untuk mereka mainkan besok. Saat malam buta, diam-diam ia pergi menemui Kanon. Ia berterima kasih atas usulannya untuk mengadakan acara ini. * Keesokan harinya. Yukiko membangunkan semua orang bak sedang di barak militer. Bermain bak latihan wajib. Yang tak bersedia bangun akan dilempar ke kolam renang. Dan orang s**l itu adalah Bayu. Karena takut Subuh kesiangan, sejak malam ia hanya berdzikir. Begitu selesai sholat Shubuh ia malah tidur bak orang mati. BYUURR!!! Suhu air di penghujung musim gugur bukanlah sesuatu yabv nyaman dan menyenangkan untuk seorang warga tropis. Alhasil Bayu menarik tubuh Shun masuk kolam. Saat memiting lehernya, Kanbara seenak udel terjun menubruk tubuh mereka. “Kalian berisik banget. Kedengeran tahu sampai dalam!” sewot Yukiko yang baru saja keluar. Ia bersama Touki tampak sangat manis dalam balutan bikini bercorak warna-warni. Membuat semua cowok di sana keblinger. Lain dengan Bayu yang mengangkat kedua tangannya sambil berkomat-kamit, bukan mukhrim, bukan mukhrim, bukan mukhrim! “Yukiko san, Touki sama, kalian nggak kedinginan apa pake baju kayak gitu?“ tanya Bayu mulai menggigil. Saat ia ingin naik, Kanbara malah menarik lagi tubuhnya, byuurr! “Hwaatsyimm!!!” “Sebenarnya ini villa musim panas. Karena musim panas tahun depan kayaknya gak asik, aku ingin menggunakannya sekarang,” jawab Yukiko. Ia takut tahun depan villa peninggalan ayahnya ini sudah hancur karena terkena dampak perang yang kian meluas. “Tapi berenang di musim ini ide gila,” kata Shun membela Bayu. Ia sendiri tahu suhu di Indonesia itu kayak padang pasir. “Yaah, kita juga gak mau berenang, kok. Mau pamer bikini baru saja,” kata Touki nyelonong masuk villa. Keempat cowok itu memandang kepergian mereka tak percaya. “Kesel, kesel, kesel!” amuk mereka sambil menyiprat-nyipratkan air. Di ruang keluarga villa yang hangat. Yukiko dan Touki tengah asyik bermain kartu dan menyesap cokelat panas. Waktu makan malam yang ditunggu semuanya akhirnya tiba juga. Selain sebagai pelayan Kanbara, Bayu pernah menjadi asisten koki saat masih wajib militer di negaranya. Tak heran ia bersama Kanon berkolaborasi membantu para koki. ... Saat di ruang makan. Touki kesal melihat Shun yang duduk bersisian dengan Yukiko mengobrol asyik dan malah mengacuhkannya. Ia yang duduk bersisian dengan Kanbara juga diam saja sejak tadi. Perasaannya rumit untuk ditafsirkan. Ia tak tahu harus membicarakan apa dengan Kanbara. Ia berencana menjadikan liburan ini sebagai ajang PDKT dengan Shun. Tampaknya gagal total. “Touki chan, bagaimana pelajaranmu?” tanya Kanbara lembut. “Golongan kedua nggak usah sok nanyain kegiatan golongan pertama. Kau ingin meledekku?” jawab Touki sewot sambil membuang wajah. “Aku membetulkan Innovator yang digunakan oleh Shun kun. Aku pikir dia hebat sekali, bisa mengendalikan Archipelagia yang legendaris. Kira-kira dia bisa apa lagi?” kata Kanbara sambil memandang tangannya di atas meja. Touki merasakan getar aneh dari ucapan Kanbara. Apakah ia cemburu? Bagaimana cara mengatakan bahwa ia tak mencintainya tanpa menyakiti hatinya. Touki tak ingin mengecewakan siapa pun. Ia masih percaya, pemuda yang duduk di hadapannya mencintainya. “Makanan datang!” teriak Kanon membuyarkan konsentrasi semua orang. Ia bersama Bayu yang mengenakan pakaian pelayan menghidangkan semua yang mereka masak. “Kalian yang memasak ini semua? Sugoi!” takjub Yukiko, "Hebat sekali." Bayu menggaruk belakang kepalanya grogi, “Kami hanya membantu beberapa. Bukan semua buatan kami juga.” “Masakan Kanon kun juga enak, lho,” beritahu Touki. “Sayang Bayu tak bisa melakukan sebaik Kanon,” kata Kanbara tertunduk. “Kalian jangan menyudutkan aku ya!” amuk Bayu sambil menjejalkan tempura ke mulut Kanbara. Acara makan malam mereka yang damai sentausa pun dimulai. Bayu membandingkan kehidupan warga dalam dinding dengan yang di luar. Bisa-bisanya mereka masih memikirkan liburan. Suasana perang tak terlihat dalam keharmonisan ini. Kenapa wilayah elit harus tercipta di dunia? Saat dunia berperang, seharusnya semua orang berperang. Ia malah enak-enakan memegang pisau dan garpu. Bukannya senapan atau pedang. “Bayu, jangan ngelamun kamu!” sentak Shun. “Tolong ambilkan ebi katsu,” pinta Shun. Bayu langsung mengantarkan piring ebi katsu ke bagian Shun. Eh, ada yang aneh dengan pegangannya. “Rasanya makanan ini lebih berat ketimbang saat aku goreng tadi,” katanya menghentikan seluruh aktifitas meja itu. “Shun, kenapa kau ingin memakan makanan ini?” “Karena aku rasa hanya itu yang belum aku coba,” ia menjawab dengan nada sangsi. Semua orang melihat Bayu dengan tatapan aneh tak mengerti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD