Kebusukan [3-A]

1305 Words
Satu minggu pertama wajib militer sesi kedua telah terlewati dengan lancar dan sukses tanpa satu orang pun korban jiwa. Seluruh Enchancer mulai terbiasa dengan latihan berat mereka tidak peduli yang berasal dari golongan Calmanac mana. Selama seminggu tak ada hal buruk terjadi. Semua orang percaya bahwa ini semuaka akan berjalan dengan mulus dan baik-baik saja. Itu kenapa mereka mulai menurunkan kewaspadaan untuk sejenak beri diri waktu untuk menghirup udara segar seolah berpikir tak ada masalah tersisa di dunia. Walau sebenarnya juga itu hanya liburan sekejap mata yang mana jika gerbang keadaan bahaya kembali terbuka maka mereka akan kembali siap untuk bertempur dengan sekuat tenaga. Di sela waktu untuk pelatihan militer melelahkan dan memakan banyak waktu serta tenaga yang tengah berjalan, para siswa kelas ketiga dan kedua berhak mengikuti kegiatan untuk pengembangan diri. Tujuannya sendiri adalah untuk menghindarkan munculnya kejenuhan dalam proses pendidikan mereka yang mana dikhawatirkan bisa akibatkan berkurangnya performa di aspek lain seperti hal yang lebih penting. Shun sendiri sebagai seorang setto kaichou alias ketua OSIS memutuskan hal ini begitu melihat raut loyo yang aktif bertengger di nyaris semua wajah siswa lain. Namun, yang terjadi di lapangan malah kegiatan ini pada akhirnya membawa konflik dari diskriminasi berat antara pihak sekolah dan pihak trainer. Kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuk. Yang lebih buruk dari p*********n mendadak Jerman. Karena itu pihak trainer mengusulkan latihan tambahan bagi siswa yang Calmanac-nya sedikit. Waktu luang digunakan untuk terapi peningkatan. Sedangkan kelas kedua dan ketiga digunakan untuk mempertajam kemampuan tempur. Tak ada waktu untuk pengembangan diri. Mental akan berkembang sendiri selama jalannya pelatihan. Semua anak harus berada dalam mode siap tempur kapan pun itu. Keringanan bisa menyebabkan turunnya ketajaman intuisi. Di minggu kedua wajib militer sesi kedua, semua kedamaian itu lenyap. Shunlah manusia yang menanggung beban terberat. Kedamaian yang sempat ia rasakan menguap seperti asap kopi. Setiap pagi dikejar latihan bersama Archipelagia. Malamnya harus menyesuaikan jadwal untuk rapat dengan para trainer. Tak ada sedikit pun waktu kosong. “Aku nggak mau jadi pilot Archipelagia...” keluhnya sambil menjatuhkan diri. Sepulang rapat di kamarnya telah terdiam dua pemuda kurang orientasi. “It’s easy, Shun kun,” jawab Kanbara sok kebulean. “Ngancem bunuh diri saja kalau mereka masih memaksamu. Lagian Archipelagia belum dibutuhin juga.” “Belum dibutuhin mbahmu!” balas Shun kasar. “Perang belakangan ini jadi semakin ganas dan tak kenal ampun. Sejak meletus isu mengenai Calmanac Barbara, semua negara berlomba mencari para Sar. Peneliti percaya kekuatan mereka berhubungan dengan bangkitnya daya Ceaen Treated.” “Siapa si yang udah memicu isu seperti itu?” tanya Bayu. Sewajarnya, penderita Calmanac Barbara yang disebut Sar merahasiakan kemampuan mereka. Jika sampai jadi isu global, dipastikan ada yang salah. “Seorang Sar di Portugis. Ia ditangkap karena bisa membakar suatu objek hanya dengan melihatnya. Ia lari saat ingin diperiksa. Berakhir membakar dirinya dan semua pengejarnya,” jelas Shun mencoba menirukan penjelasan Rinji. “Kenapa hal kayak gitu bisa memicu konflik global?” tanya Bayu. Shun menjawab, “Tubuhnya diperiksa para ilmuwan. Calmanac Barbara yang awalnya dianggap sebagai dongeng rupanya benar-benar ada.” Di labolatorium penelitian Portugis. Seorang ilmuwan bersorak melihat penemuan mereka, “Tuhan!” Penderita Calmanac Barbara adalah pemilik kekuatan Calmanac super akibat radiasi atom Ceaen Treated yang dipancarkan melalui obelisk Ceaen Treated. Pengendalian Sar diperkirakan masih berskala 1 banding 1000 dengan siapa pun yang bisa membangkitkan Ceaen Treated seutuhnya. “Itu tidak mungkin…” Kanbara tertunduk lesu. Kehidupan remaja easy going-nya lenyap karena perang. “Buat apa sih benda kayak gitu ada di dunia ini?” tanyanya dengan tatapan hampa. Shun telah bertekad dalam jantungnya. Suatu saat nanti akan ditemukannya jawaban dari pertanyaan itu. Negara memberikan imbalan yang sangat besar pada siapa pun yang bisa menyerahkan Sar. Namun enggan dikatakannya hal itu. Ia tak mau Bayu bertindak gegabah. Bayu dengan pikirannya sendiri. Keberadaannya bisa menuai bahaya bagi banyak orang. Sampai statusnya terbongkar, bisa terjadi hal yang lebih buruk ketimbang perang. Sekarang ia berada di negara orang. Jika tertangkap dan dieksploitasi oleh Jepang, demi Tuhan ia tak ikhlas. Tapi ia juga tak ingin dimanfaatkan oleh negaranya sendiri yang dikuasai para tikus berdasi bertampang basi. “Lebih baik aku nyolong roket dari NASA dan pindah ke Mars. Kali energi bumi (Ceaen Treated) gak bisa dipakai di sana,” celoteh Bayu gloomy. “Emang kamu bisa ngendarain roket, Bayu?” tanya Kanbara. Lagi-lagi pertanyaan bodoh, pikir Shun geli. “Ya bisalah, Kanbara kun. Pilot Innovator juga disiapkan sebagai pilot dari kendaraan luar angkasa kalau sampai ke depannya nanti bumi udah jadi planet jadi gak layak huni.” “Penemuan Calmanac memberi banyak solusi bagi keterbatasan bahan bakar bumi,” sambung Bayu. “Kita nggak harus pakai bahan bakar fosil buat gerakin apa pun di dunia ini. Semua teknologi sudah disesuaikan dengan eksistensi Calmanac.” “Berarti manusia yang memiliki Calmanac tinggi adalah yang paling beruntung di dunia,” kata Kanbara datar. “Arimasen! Sama sekali enggak! Kau bisa menghindar dari tugas yang mempertaruhkan nyawa dengan Calmanac sedikit. Dengan kekayaanmu, kurasa Calc. sedikit paling cocok. Sayang harta kalau yang punya mati, kan?” kata Bayu coba menghibur. Ia sendiri muak dengan Calmanac-nya yang overmassive. Mungkin itu kenapa kebanyakan orang miskin yang punya banyak Calmanac. Wujud keadilan Tuhan. Right? Kanbara mendorong pundak Bayu sampai terjatuh. “Itu karena Calmanac-mu banyak! Kau tak tahu perasaan kami yang direndahkan karena Calc. sedikit. Dianggap tak berbakat atau hanya kaya saja.” Bayu menundukkan kepalanya.“Maafkan aku.” Kanbara genti melihat Shun. “Berada di antara dua Enchancer paling baik hanya jadi buat aku merasa muak. Kalian sangat angkuh, deh.” Jadilah ia meninggalkan kamar Shun dan Bayu dengan membanting pintu sekuat tenaganya. Bayu mengerti reaksi penolakan Kanbara. Ia juga orang miskin yang diinjak-injak saat masih ada di negaranya. Diskriminasi sosial memang tidak enak. Dilihatnya Shun yang tak tahu perasaan itu. “Dunia memang tak pernah terlihat sebagai suatu tempat yang adil. Tapi aku yakin Tuhan tak akan bermain dadu,” kata Shun seolah memahami perasaan Bayu. Dilanjutkan obrolan sebelum tidur mereka dengan masalah klub dan fasilitas penunjang yang akan mulai dibangun dalam camp pelatihan. Bayu memiliki hasrat tersembunyi untuk coba mendalami olahraga tradisional Jepang. Ia ingin bergabung dengan klub tradisional seperti merangkai bunga (ikebana) atau catur Jepang (shogi). Sementara Shun miliki tekad dan semangat untuk tetap bergabung dengan klub karate yang telah ia geluti selama lima tahun terakhir dan hal itu nampaknya tak akan berubah. “Asahlah kekuatanmu juga dalam pengembangan diri,” beritahu Shun dengan nada meledek. Catur dan merangkai bunga terdengar sangat lemah dan hanya seperti kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan saja di telinganya. “Asahlah otakmu kalau mau kuat. Seperti kata pepatah, yang kuat belum tentu menang. Tapi siapa pun yang berhasil menang itu nyaris sudah pasti merupakan pihak yang lebih kuat dari yang kalah di mana kuat di sini bisa diartikan dalam banyak hal seperti dari segi taktik atau yang lain,” jawab Bayu tak mau kalah bacotan. “Biar aku beritahu saja ya seluruh kegiatan klub di Shihara Gakuen akan menggunakan penyaringan untuk tiap calon pesertanha. Sebelum mendaftar pastikan kau punya semua dasar yang diperlukan. Agar tak sampai buat malu saja,” jawab Shun sambil menutup kepala dengan selimut. Sekaligus salah satu ritual yang ia percaya mampu buat tidurnya jadi semakin lelap dan berkualitas. Tidak seperti saat biasa di mana ia selalu merasa harus tetap sadar bahkan jika itu saat ia sedang beristirahat. Ia ingin merasa tenang walau hanya sebentar saja dan itu tidak masalah. Karena di era seperti ini waktu yang sangat sedikit pun bisa jadi sangat berharga. Bayu terlonjak kaget begitu mendengarnya, “Uso! Semua itu pasti tidak benar! Aku nggak ngerti apa pun soal itu semua. What should I do? A... apa yang harus aku perbuat?" Shun hanya merespon dengan sikap tidak peduli racauan anak remaja yang sedang ada di dekatnya itu dan tetap setia menutup mata. Oyasumi! Selamat tidur, semua!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD