Innovator dalam Pertunjukan Opera [2-I]

1481 Words
Glek! “Kanbara sama, tolong hentikan apa yang Anda lakukan!” Bayu akan memanggil Kanbara dengan honorifiks sama (digunakan untuk orang yang dihormati) saat sedang jadi pelayannya. “Anda tidak boleh bekerja terlalu keras. Nanti Anda kelelahan saat masuk jadwal wajib militer selanjutnya,” cegah Bayu dengan tampang khawatir. Alasannya sendiri lebih karena takut dimarahi oleh orang tua Kanbara sampai mereka tau anak kesayangannya sampai kenapa-napa. Kanbara langsung memasang dua matanya dalam mode memicing ke arah Bayu yang ia anggap terlalu berlebihan padahal baru juga ia angkat jadi pelayan, “Nggak usah sok sopan deh kamu. Pokoknya kita akan bersenang-senang saja hari ini, oke.” “Bayu kun, kamu nggak memikirkan perasaanku apa?” ratap Shun dengan pengki di tangannya. “Lagian emang kalian ini cewek? Ngapain piknikan segala. Norak banget.” Tubuh Kanbara terjatuh. Ia menatap bekal makanan buatannya dengan mata berkaca-kaca. “Aku hanya ingin membahagiakan kalian…” “Kanbara sama, Kanbara sama, aku mohon bertahanlah! Shun kun, beginikah wujud apresiasimu akan kebaikan hati Kanbara sama? Dasar pecundang!” ucap Bayu dengan tatapan meyakinkan. Seolah Shun memang sungguhan seorang pecundang rendahan. Praak! Ia banting semua alat bersih-bersih yang tengah ia pegang. “Kau itu NGGAK PUNYA HAK untuk ngatain aku kayak gitu, ya. Yang paling capek di sini itu juga aku. Kalian malah datang bawa masalah. Sampai Yukiko ngadu aku bisa modar.” “Oh,” jawab kedua anak remaja laki-laki itu bersamaan. Singkat padat jelas terpercaya. Setelah melewati serangkaian perdebatan panjang, akhirnya Shun setuju untuk biarkan Kanbara dan Bayu membantu pekerjaan rumah kewajibannya. Yaa, walau tak banyak yang ia harapkan dari orang-orang kayak mereka. “Aiiiahahaha!” tawa Kanbara sambil bermain dengan selang. Ia berusaha menciptakan pelangi di bawah sinar matahari. Bayu sampai kewalahan mengejarnya. “Kanbara sama, hati-hati. Kalau rumputnya licin, kau bisa terjatuh.” Shun menatap woles dengan pengki dan sapunya. Mereka itu sebenarnya datang mau apa, sih? “Ah, Shun kun!” panggil Bayu sambil menyeret tubuh Kanbara yang masih kerajingan main selang. “Coba mendekat denganku.” Bayu mengangkat tangannya ke hadapan halaman belakang rumah Shun yang berantakan. Shun dan Kanbara melihatnya yang super pede. Dari telapak tangannya seperti muncul seberkas sinar. Kedua mata mereka terbelalak tak percaya ketika melihat tanaman merapikan dirinya sendiri. Alat-alat kebersihan bergerak sendiri. Semua kotoran dan ketakberaturan lenyap. Kini hanya tersisa halaman indah. “Apa yang baru saja kau lakukan?” takjub Shun. Kanbara tak kalah cengoknya. “Calmanac Barbara buat aku mampu mengendalikan Calc. dari benda-benda di sekelilingku. Aku juga mampu menyerap Calc. dari mereka maupun mengirimkan Calc. milikku ke orang lain. Tapi resiko penolakannya besar,” terang Bayu. “Jadi itu yang buat kamu bisa menjalankan rencana nggak masuk akal seperti itu?” tanya Shun. “Ah, sou, sou. Waktu itu aku dengar Bayu kun memerintahkan pembentukan formasi di sekeliling musuh untuk mengusir mereka. Bagaimana caranya?” tanya Kanbara. Bayu beri penjelasan, “Aku berusaha untuk menyambungkan sirkuit Calc. milikku ke dalam Innovator mereka. Jika mereka membuat sirkuitku berjalan di antara Innovator musuh, aku bisa menekan keberadaan mereka sampai block out.” “Rencana gitu pasti butuh Calc. dalam jumlah yang gede kan. Apa kau nggak apa-apa? Nggak merasakan apa pun?” tanya Kanbara dengan raut lumayan cemas. Bayu menggaruk pipi seraya tersenyum. “Ehehe, aku pernah mengeluarkan Calc. dalam jumlah yang jauh lebih besar sebelumnya. Tenang saja.” Shun memegang dagu seraya tanpa sadar berpikir, seperti Ceaen Treated, ya. “Shun kun, jangan salah paham! Calmanac Barbara memang kelainan yang muncul setelah obelisk Ceaen Treated muncul. Tapi sejauh ini aku belum pernah melihatnya,” ucap Bayu seolah bisa menebak apa yang sedang salah satu temannya itu pikirkan. “Menyebabkan ketakstabilan Calc. dalam tubuh. Makanya tidak boleh didekati warga sipil,” beritahu Kanbara, “Tiga belas obelisk tumbuh di lautan. Satu tumbuh di Polandia. Yang satunya lagi…” “Di Jepang, kan?” kata Shun dengan mata berbinar. Dua temannya tak mengerti apa yang ia pikirkan. “Aku akan menyelidiki pengaruh tumbuhnya obelisk-obelisk itu dengan kematian ayahku. Dan semua keanehan yang muncul setelahnya.” “Jika bisa menemukan drive Ceaen Treated, aku ingin menanyakan alasan apa Tuhan meninggalkan daduNya di dunia ini,” kata Bayu sambil menatap Shun dengan keteguhan. “Apakah semesta ini benar-benar sedang bermain dadu?” tanya Kanbara. Dari dalam ruang keluarga yang berhubungan dengan halaman belakang, Yukiko melihat kedua teman kakaknya dengan mata sinis. Apa pun alasan Tuhan bermain dadu, sama sekali tak ia pikirkan. ... Di hari pertama minggu kedua liburan wajib militer sesi pertama. Mengetahui perjuangan berat Shun selama liburan, harus membersihkan rumah gedong sebesar itu seorang diri sekaligus berhadapan dengan adiknya yang semena-mena seenak sendiri jadi buat Kanbara inisiatif menginap di rumah Shun saja sampai libur usai. Hal yang sebenarnya tak begitu mereka setujui. Sebelum berangkat ke rumah Shun, ia bingung hendak membawa apa saja. Peralatan masak, peralatan kemping, sarana outbond,... Bayu melihat Kanbara yang tengah berkemas cemas. “Tuan muda Kanbara, libur sebaiknya Anda gunakan untuk istirahat yang berkualitas. Saya hanya khawatir sampai...” Kanbara malah mengepalkan tangan, semangat menonjok udara. “Justru karena ini liburan!” Bayu hanya menundukkan kepala pasrah. Otak anak ini benar-benar tak ada dalam frekuensi perang. Hanya senang senang mulu yang dia pikirkan. Tak bisa dibayangkan kalau dia harus terjun langsung ke medan perang. Lagian bawaannya, dia mau liburan atau pindahan? Sampai terjadi sesuatu padanya selama liburan, lehernya bakal disembelih orang tua Kanbara. “Kanbara sama, apa yang Anda ketahui soal Kanon san?” tanya Bayu di perjalanan mereka menuju rumah Shun. “Tak mungkin waktu itu ia menyerang Shun san tanpa alasan.” Dari jok bagian belakang Kanbara beri jawaban, “Kanon sendiri adalah pelayan pribadiku sebelum aku serahkan untuk jadi pelayan keluarga Shihara. Yaah, berbakti sama calon mertua nggak apa-apalah, hwahaha!” “Apa kau yakin cewek bernama Touki itu juga menyukaimu?” tanya Bayu berusaha jujur saja dan ia harap hal itu tak akan menyakiti orang yabg sedang ia ajak bicara. Kanbara menaruh kedua tangannya di belakang kepala. Matanya memandang keluar jendela dengan hati sesak. “Nggak tahu juga. Lihat saja nanti.” Bayu memandang ke kaca mobil yang terbentang lebar di hadapannya. Ia mengamati masih begitu banyak kedamaian di dalam dinding. Sangat bertolak belakang dengan pemandangan yang selalu ia lihat dulu. Dari saat matahari terbit sampai matahari terbenam semua yang nampak di hadapan mata hanya kehancuran dan kesedihan tiada dua. “Inti dari pertolongan sendiri adalah komunikasi. Kau tak akan bisa melakukan apa pun pada seseorang jika tak bisa bicara dan bertukar informasi dengannya,” kata Bayu. “Apa itu ada hubungannya dengan perang?” tanya Kanbara sedikit penasaran. “Aku berusaha mempelajari banyak bahasa sejak aku bisa mengingat. Aku harap bisa berkomunikasi dengan baik dengan setiap orang yang ingin aku tolong. Semakin dewasa aku sadar bahwa semua tidak akan sesederhana itu,” ucap Bayu sedikit bercerita tentang apa yang sebenarnya ia rasa. “Bahasa Jepang yang kau gunakan cukup bagus, Bayu kun. Aku kaget kau bisa belajar secepat ini," puji Kanbara. “Kalian adalah bangsa pembohong. Seburuk apa pun bahasa Jepang yang aku gunakan, kalian akan tetap bilang bagus, kan?” ia melirik nakal ke arah Kanbara “Aku menghormati semua usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai suatu bahasa. Selain itu, aku tak suka k*******n,” jawab Kanbara. k*******n yang dimaksud adalah kata-kata tajam yang tak membangun. “Ada bahasa hati di mana tak perlu bicara untuk mengatakan sesuatu. Bahasa hati itu bagaimana kita mencoba memahami apa yang tak orang lain katakan,” terang Bayu. Semenjak bertemu pandang dengan Reika, sepanjang liburan gadis itu cukup sering menghubungi dirinya. Beberapa kali mereka jalan dan makan di luar bersama. Dari ia jugalah Bayu jadi mengenal gadis yang digosipkan sedang menjalin hubungan istimewa dengan setto kaicho Oozaki, sekaligus tunangan dari Kanbara. Ini akan jadi cinta persegi ribet yang hanya akan buat sakit kepala, pikirnya sambil memangkukan dagu di pinggiran jendela. Mobil sudah berhenti di depan rumah Shun. Ia dengan tampilan pekerja kerasnya tengah merapikan semak. ... Di ruang tamu rumah Shun beberapa saat kemudian. Yang habis bekerja keras Shun, tapi yang terlihat sangat lelah malah Kanbara. Dengan santai ia rebahkan sekujur tubuh di atas futon atau kasur lipat ala Jepang yang nyaman sambil menunggu milkshake buatan Bayu selesai diracik. Shun langsung mengamati Yukiko yang berada satu ruangan dengan mereka. Reaksi yang ia tunjukkan ketika melihat Bayu sepertinya biasa saja. Apa dia tidak merasa curiga untuk sesuatu? Apa harus ia tanyakan secara langsung? Padahal ia sudah khawatir sampai Yukiko tahu soal hal itu yang mana mungkin akibatkan hal tidak menguntungkan terjadi. Gadis itu beranjak dari kursi temoat ia duduk sebelumnya untuk menuju dapur untuk membuat segelas minuman hangat. Pandangan mata Yukiko dan Bayu auto bertemu. Kenapa Shun jadi merasa kesal, ya? Yukiko itu punya sikap yang sangat galak selangit kalau sama laki-laki. Walau memiliki wajah cantik nan rupawan jangan berharap banyak, para jones. Termasuk diri DIA sendiri~~~...........!!!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD