Innovator dalam Pertunjukan Opera [2-H]

2033 Words
... Beberapa hari lagi wajib militer menyebalkan ini akan mencapai k*****s. Akhir dari segala perjalanan dan rutinitasnya yang menyebalkan lagi membosankan. Para anak telah menjalani hari mereka dengan sebaik mungkin. Semua berjalan dengan sangat biasa dan bisa dipahami. Kecuali untuk dirinya sendiri. Shun sama sekali tak menghendaki daya luar biasa dari Archipelagia yang seperti miliki kemampuan maha kuasa. Ia bukan seseorang yang akan menginginkan semua hal semacam itu yang akan sulit untul diterima menggunakan akal sehat manusia tidak peduli di zaman apa ini. Mungkin ia memang akan butuhkan kekuatan besar, yang tidak sedikit, dan memiliki kualitas agar mampu beri perubahan bermakna pada dunia yang semakin gila dan semua orang yang ada di dalamnya. Tapi di saat sama juga ia tak begitu menghendaki semua kemampuan itu. Yang terlalu "hebat" ia rasa sampai rasanya tak seharusnya ia miliki. Calmanac-nya yang masiv ia pikir sudah jauh lebih dari cukup untuk mengembalikan kehancuran yang telah tanpa sengaja ayahnya ciptakan bertahun silam akibat semua penemuan yang terjadi. Sebagai kompensasi akan kemampuan itu, ia harus menjalani pelatihan yang jauh lebih intens timbang para anak lain. Menyebalkan jika melihat Bayu yang memiliki Calmanac Barbara saja masih bisa hidup biasa dan lebih santai dibanding dengan dirinya. Di sisi lain, Touki sangat senang karena apa yang terjadi pada Shun. Dengan itu mungkin keluarganya yang menyebalkan dan cukup pemaksa akan beri restu untuk hubungan mereka dan tak lagi memaksakan kehendaknya pada apa pun terkait masa depan gadis yang masih sangat belia itu. Calmanac-nya sendiri memang ada di skala sangat kecil jika disandingkan dengan skala Calmanac milik Shun yang sangat luar biasa dan kadang ada di luar bayangan manusia. Dengan begitu saja entah bagaimana tapi ia merasa mereka akan jadi pasangan hebat di masa depan nanti. Sebagai seorang siswa yang intimewa dan luar biasa, Shun akan mendapat pelatihan privat yang lebih intensif dan berkualitas. Tak ayal ia hanya akan bisa berhubungan dengan Bayu saat ada di dalam kamar. Tak seperti biasa yang Bayu sudah tidur saat ia tiba selepas sore hari, malam itu anak Indonesia itu terlihat cukup risau sambil menatap layar laptop yang ia setel dalam mode ramah mata. “Bayu kun, sebenarnya kau iri kan padaku,” kata Shun sambil melepas dasi tanpa diawali oleh kata pembuka apa pun. Ia memang hanya ingin segera mengatakan hal itu saja dan tak ada yang lain. Ia juga tak begitu ingin berbasa-basi tidak jelas karena apa yang ia ingin bahas saat itu sudah sangat jelas. Tidak langsung menjawab Bayu memilih untuk memutar kursi untuk menatap Shun yang terlihat cukup kelelahan. “Akan aku dapatkan apa yang aku inginkan dengan dua tangan dan kemampuanku sendiri. Walau tanpa Archipelagia sekalipun,” katanya dengan raut mata yang sangat serius. Mimik wajah anak remaja laki-laki Indonesia itu tiba-tiba berubah jadi mimik bodoh, “Semua bukan masalah untuk aku!” Shun bangkit dari duduknya. “Kita bisa berusaha bersama. Kalau tak bisa menemukan kunci Ceaen Treated, mungkin kita bisa menghancurkannya. Atau melakukan apa pun agar hal mengganggu itu lenyap.” Bayu pun kembali ke laptop. “Aku tak mau bergantung pada kekuatan orang lain. Akan aku dirikan armadaku sendiri.” “Sebenarnya kau ingin jadi seseorang yang paling kuat. Sama sekali tak inginkan saingan.” Terdengar suara tanpa wujud. Buat Shun langsung celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Bayu tetap santai. Kepala Kanbara tiba-tiba muncul dari ranjang atas. “Mungkin ini pertama kali kau menemukan rival. Sou? Benar kan?” “Shun kun sama sekali bukan saingan. Tujuan kami saja tidak sama. Tak seperti Shun, sejak dulu aku ini hanya bahan eksploitasi untuk orang-orang yang ada di sekitarku. Di saat sama aku juga tak ingin sampai harus menangisi air yang sudah tumpah.” “Sebenarnya sejak tadi kau sedang lakukan apa?” tanya Kanbara. Shun tengah mengganti pakaiannya ke mode tidur. “Hienritze yang aku kenal bukanlah orang yang mudah menyerah bahkan jika ia sudah kalah dalam berkali-kali percobaan. Aku sedang memikirkan kelanjutan keberadaanku di kota ini,” jawab Bayu tampak tenang di luar tadi di dalam aslinya ia sedang berpikir dengan sangat keras. Shun berkata, “Seorang pahlawan selalu memiliki banyak orang yang berdiri di belakang dan sisinya. Aku mengakui kamu karena kemampuan yang kamu miliki untuk menciptakan solusi demi mengusir para tentara Jerman tempo hari. Kekuatan yang aku miliki adalah kekuatan yang kamu miliki juga. Sebagai sebuah kesatuan kita adalah satu dan satu adalah kita untuk selamanya akan seperti itu selama kamu masih tergabung di kesatuan yang sama dengan aku. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot memungkiri atau memikirkan hal lain di luar itu semua.” Cukup panjang penjelasan ketua OSIS kita satu ini. Kanbara sendiri langsung mengangkat tinggi satu tangannya ke udara untuk menunjukkan kesetujuan pada apa yang baru sahabatnya ucapkan. “Ore mo! Begitu juga dengan aku!” ucapnya dengan semangat menggebu. Bayu langsung membalas walau nada suara yang ia gunakan sama sekali tidak tampak sesemangat dua anak remaja yang telah menyelamatkannya itu. Benar-benar berbeda. Ia pun berkata, “Pilot Archipelagia tak pantas bicara seperti itu. Begitu juga dengan Kanbara san. Ngomong-ngomong soal pahlawan, apa kalian tahu apa yang paling Superman butuhkan?” tanya Bayu. “Tentu saja siapa pun yang perlu akan pertolongan dan bantuan. Bukankah untuk golongan yang seperti mereka lantas dixitakan badan seperti kepolisian dan satuan pelindung yang lain?” jawab Shun sekaligus balik tanya dengan gayanya yang cukup belagu. Criing! Bagai ada beberapa pijar berkelip di ujung mata yang asik berkedip-kedip sudah seperti orang sedang kelilipan. “Kayaknya celana dalam deh,” jawab Kanbara sambil memegang dagu dengan tatapan sangat serius sekaligus santai. Zraak! Bayu langsung menghalau kursi menjauh. Ia ingin menjawab sambil memasang pose ala tokoh kartun zaman dahulu terkenal yang miliki nama Crayon Shinchan. “Salah. Yang paling Superman butuhkan adalah… Getsby!” Tsaahh. Penelitian yang telah dilakukan sendiri memang membuktikan bahwa salah satu karakter pahlawan fiksi yang sangat terkenal itu akan membutuhkan paling tidak lebih dari seampul Getsby untuk membentuk rambutnya jadi model seperti itu. Logikanya saja dia juga itu sudah sangat kuat, tak akan butuhkan apa pun lagi untuk melawan penjahat yang hendak kacaukan planet makhluk lemah ini. Kecuali dia Peter Parker yang mengharapkan cintanya sejati dari seorang Marry Jane. Mendengar jawaban tidak jelas itu tanpa sadar buat Shun dan Kanbara serempak melempar bantal ke tubuh Bayu. Bayu tak mau diam saja langsung membalas dengan melempar balik kotak pensilnya. Malam itu di kamar mereka terjadi perang yang lebih tidak jelas lagi dari jawaban Bayu karena perbedaan pendapat. Setelah lelah ketiganya berbaring melingkar di karpet. Perbedaan memang muasal perang. Namun kerakusan dan ego manusia itu sendiri lebih berpengaruh. Setelah memporakporandakan kamar asrama, ketiganya berjanji untuk selalu bersama. Bayu bertekad belajar hidup dengan pikiran damai. Shun dan Kanbara bertekad membantu Bayu menyelesaikan masalah pribadinya dengan Jerman. Dengan Hienritze yang bertekad melakukan apa pun untuk merebut Bayu. Demi mempersembahkannya pada seseorang. ... Akhir bulan kedua pelatihan wajib militer siswa Shihara Gakuen. Semua taruna berpisah dari pada trainer untuk sementara. Libur yang terlalu singkat dalam anggapan mereka yang melalui pelatihan berat. Kanbara dan Bayu kembali ke mansion Shinosaki. Sementara Shun kembali ke rumahnya sendiri. Semua berjalan mulus. Liburan terlihat akan menyenangkan. “Shun kun, kau harus membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam. Selama Ibu tak ada juga kau harus menyapu halaman. Shun kun, jangan lupa bangun pagi. Aku tak mau masakanku dimakan saat sudah dingin.” Shun membalas, “Bisa tidak jangan manggil kakakmu sendiri kun." Di Jepang sendiri umumnya kun honorifiks untuk anak yang lebih muda atau sepantaran. “Kakak hanya status. Nyatanya aku berhak memanggil kamu siapa saja dengan panggilan bagaimana saja,” jawab Yukiko angkuh. “Memang Ibu akan pergi berapa lama?” tanya Shun. Yukiko menjawab sambil mengangkat dua jari, “Hanya dua minggu.” “APA?!! Jadi aku harus menghabiskan liburku dengan semua kegiatan membosankan itu? Jangan bercanda!” respon Shun nyaris tak percaya. Yukiko langsung beri respon, “Aku nggak begitu suka bercanda. Rumah ini mulai usang sejak ditinggalkan oleh Ayah. Kita harus merawat peninggalannya yang berharga, kan? Hwohoho!” Keluarganya belum mengetahui kadar kandungan Calmanac dalam dirinya. Bagaimana reaksi mereka jika mengetahui itu? Ia tak ingin dianggap berbeda. Terutama oleh dia. “Saat kau sedang wajib militer, seluruh penduduk dalam Fair Fire Wall melakukan tes kandungan Calc. dalam tubuhnya. Apa yang kau rencanakan? Yang mengundang mereka kemari itu kau, kan?” tanya Yukiko lagi. Pagi itu Shun yang tengah membersihkan got rumah dikagetkan oleh kedatangan adiknya. Yukiko yang selalu berpakaian sexy tak menghiraukan keadaan atau kondisi Shun saat itu. Bagai bunga beracun yang menebar pesona. Dengan tubuh belepotan dengan tanah kotor, Shun memandang gadis itu aneh. “Kita perang dunia karena penemuan Ayah. Konyol jika kita tetap diam.” Shun menjawab tanya Yukiko dengan sorot mata tajam. “Aku nggak begitu peduli sama dunia ini. Yang saat ini aku pikirkan cuma orang-orang yang ada di dekatku. Politik harus direformasi. Kawasan dalam dinding api adalah wilayah netral. Setidaknya kalau dunia hancur dan kunci Ceaen Treated belum bisa diketemukan, masih ada yang tersisa dan bisa diperjuangkan,” terang Shun. Shun langsung mencengkram kedua lengan Yukiko, gadis yang cenderung kejam namun memancarkan sejuta pesona. “Kedamaian dunia akan jadi tanggung jawabku!” “Kenapa tidak kau serahkan saja pada orang yang memimpin perlawanan waktu itu?” tanya Yukiko sambil menyunggingkan seuntai senyuman. “Apa yang kau maksud?” tanya Shun. “Tentara Jerman datang kemari karena mengincar dia,” terang Yukiko lagi dengan cemerlang. “Kau tahu itu dari mana?” tanya Shun sedikit tidak percaya pada daya pikir gadis di hadapannya itu. “Pengeluaran Calc. pemimpin batalion musuh menjadi stabil setelah mereka mengadakan kontak. Berarti tujuannya sudah tercapai. Tapi pengeluarannya kembali menukik tajam setelah dia mengumumkan rencana cadangan. Berarti negosiasi mereka gagal. Musuh pergi dengan Calc. yang dihamburkan lewat Innovator mereka,” jawab Yukiko lancar. Seolah tak ada hal aneh dari apa yang baru saja ia lontarkan. Meski pada kenyataannya semua itu cukup tidak biasa bahkan untuk dirinya sendiri. Shun melihat adiknya hanya dengan tatapan tak mengerti. “Kau tahu semua itu dari mana?” ia bertanya lagi. Tiba-tiba muncul lingkaran berpola di bola mata cokelat Yukiko. Itu bagai mata mesin. Saat itu Shun mengetahui bukan hanya ia yang istimewa. Yukiko memiliki kemampuan untuk melihat kadar Calc. dalam diri seseorang. Juga indeks pengeluarannya dalam kegiatan sehari-hari. Saat kemampuan mata gadis itu sedang diaktifkan maka ia akan bisa melihat Calc. dalam diri seseorang yang sedang digunakan dan keluar dari tubuhnya dalam berbagai macan warna seperti pelangi. “Aku tak tahu sejak kapan kekuatan ini muncul. Begitu sadar saat pemeriksaan kemarin. Aku tak mengerti apa pun atau ada apa di balik ini semua,” terang Yukiko seperti melontarkan keajaiban dari dalam rongga mulutnya. Shun ingin memeluk Yukiko. Adik kecilnya yang dulu kini telah menjadi seorang gadis matang yang cantik dan dewasa. Perasaannya jadi tak bisa dibendung lebih lama lagi. “Siapa nama dari seorang pilot Innovator yang memiliki rupa tidak biasa itu?” ia bertanya tiba-tiba. "..." Shun tak langsung menjawab. Hanya diam saja untuk beberapa lama. “Kalau kau tak mau beritahu aku maka akan aku cari tahu sendiri,” kata Yukiko lagi sambil membalik tubuh hendak kembali ke dalam rumah. “Memang kau mau apa? Apa yang mau kau perbuat?” tanya Shun berusaha memahami gadis yang seringkali memang tak bisa dipahami itu. Tep! Langkah Yukiko terhenti di tempat. Gadis itu beri jawaban, “Hanya aku yang bisa menghentikan ini semua. Cepat atau lambat tentara Jerman aku yakin pasti akan datang lagi. Saat itu tiba, kita tak akan tahu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kehancuran lebih besar tercipta.” Bel rumah yang baru saja ditekan terdengar sampai ke halaman belakang. Pagi itu Kanbara dan Bayu datang bersama untuk mengadakan piknik di hari pertama liburan yang Kanbara pikir patut dikenang. Namun melihat keadaan si tuan rumah yang tampak menyedihkan… “Gimana kalau kita bantu Shun kun saja melakukan pekerjaan bersih-bersih di sini?” tawar Kanbara. Mood-nya hari ini memang sedang cerah seperti cuaca walau udara mulai tidak secerah itu. Hawa dingin menggigit yang mulai menusuk tulang sama sekali tidak halangi ia untuk merasa lebih baik. Ia pikir, daripada hidup sudah buruk kalau pikiran juga buruk tentu akan semakin menyusahkan, lebih baik punya pikiran yang baik walau itu tak begitu menyenangkan. Paling tidak bisa buat perasaan jadi jauh lebih baikan. Bukankah seperti itu tidak masalah?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD