CHAPTER 01

3531 Words
FOLLOW ** AUTHOR; k.keeeen happy reading! ------ “KIM JUNGKOOK!” Pintu yang diketuk dengan keras itu akhirnya terbuka secara perlahan, memperlihatkan sang pemeran utama dari ramainya berita sejak pagi.             Nama Kim Jungkook berada di semua artikel. Hastag #KimJungkookDating sudah berhasil menutup berita yang lain saking hebohnya. Tiga bulan waktu istirahat mereka akan sia-sia.             Seokjun menatap adiknya dan tak pernah ia merasa sangat emosi, biasanya hanya kesal jika para member tak mau makan atau telat latihan. “Mau membuka comeback kita dengan rumor dating?” katanya.             Jungkook berdiri dengan wajah sayu khas orang baru bangun tidur. Seharian tak keluar kamar, mungkin itu yang membuat hyung-nya kesal. Di saat media heboh mencari-cari bukti tentang dirinya dan seorang member dari grup rookie, Jungkook malah santai.             “Agensi sampai menelepon Joonie-hyung tentang ini, Kookie. Dan agensi langsung menampik kabar dating-mu agar tak semakin heboh.” Jimmy membuka suara, tak mau Seokjun membentak Jungkook lagi atau maknae mereka akan semakin malas berbicara. “Kau bertemu Lizzy?”             “Iya,” jawab Jungkook dengan singkat.             “Untuk apa?”             “Hanya makan.”             “Jika media mendapatkan fotomu dengan Lizzy, rumor ini akan berkepanjangan, Kim Jungkook.” Seokjun ingin adiknya lebih berhati-hati.             “Aku kan memang berpacaran dengan dia, Hyung. Sudah setengah tahun. Itu bukan rumor.”             “Grup kita sedang disorot, Kookie.” Akhirnya Seokjun mendesah, lalu menepuk bahu Jungkook. Katanya, “Aku tahu kau mencintai Lizzy tapi kau harus memikirkan semua aspek termasuk reaksi ARMY.”             “Aku minta maaf, hyung,” ujar Jungkook, serius.             “Sudahlah. Aku juga minta maaf karena menaikkan suaraku.”             Jungkook mengangguk, ia berjanji akan lebih berhati-hati lagi. Mungkin ini risiko sebagai idol. Ada beberapa hal yang harus disembunyikan demi kebaikan semua orang.             Ya, Jungkook belum siap memberitakan tentang status kencannya dengan Lizzy, mengingat respon para penggemar saat dulu Jimmy nekat mengkonfirmasi dating dengan salah satu member girlband. Meski sekarang Jimmy sudah putus, tapi tetap ada beberapa penggemar yang mengirimkan hate comments di media sosial untuk mantan kekasih Jimmy.             Jungkook tidak mau hal seperti itu sampai menimpa kekasihnya—Jungkook mencintai Lizzy.             Setelah Seokjun dan Jimmy pergi, Jungkook kembali masuk ke kamarnya. Mengecek ponsel yang sengaja ia matikan karena tahu pilihannya bertemu dengan Lizzy semalam akan menjadi berita yang menghebohkan. Tidak ada foto yang tersebar namun entahlah apa yang membuat berita dating jadi memanas. Mungkin dipicu saat awards akhir tahun kemarin, mereka ada di frame yang sama dan terlihat menebar senyum. Padahal meski tidak ada hubungan, sesama idol seharusnya memang bertingkah ramah. Publik selalu melebih-lebihkan.             Ada notif masuk, dan ekspresi wajah Jungkook yang semula datar langsung berubah menjadi cerah.   Lizzy : Aku harap kau tidak bertengkar dengan para hyung-mu karena memilih bertemu denganku (0.0) Jungkook : Sejak kapan bertemu denganmu menjadi sebuah kesalahan? Terima kasih, Liz. Aku senang semalam. Lizzy : Baiklah! Aku juga senang, Jungkookieee!!               “Cute,” gumam Jungkook dengan senyuman kecil ketika membaca balasan dari Lizzy.   Jungkook : Jangan stres karena rumor ini ya. Hubungi aku jika ada penggemarku yang memberikanmu hate comments. Lizzy : I’m dating a gentelment, am I? ;) Jungkook : Ofc :p               “Heh, tukang cari ribut!” Acara berbalas pesan dirinya dan Lizzy harus berhenti ketika Jungkook mendengar suara yang amat ia kenali masuk ke telinganya. Jungkook membalikkan badan dan langsung mendengus. “Bayi kelinci tukang cari masalah. Kali ini kau melakuan kebodohan apa?” tambah orang itu.             “Rumors dating.” Jungkook menjawab Sanayya, manajer judesnya yang selalu sinis. Tapi San—begitu gadis asal Indonesia itu disapa—bekerja dengan cepat dan baik. Sehingga sejudes apa pun San, Jungkook membutuhkan gadis itu untuk mengurusi setiap keperluannya.             San melangkah mendekati salah satu dari tujuh member yang harus ia urusi lalu menggeplak leher Jungkook sehingga pemuda itu mengerang kesal. “San!” pekik Jungkook yang hanya dihadiahi tatapan menjengkelkan ala San.             “Apa?” San tidak takut. Oh, ayolah... bahkan Seokjun yang begitu berisik saja bisa kalah jika berdebat dengan gadis jutek bernama Ken Sanayya. “Mau memecatku, Tuan Kim Jungkook?”             “Iya!”             “Pecat saja. Paling besok Joonie akan meneleponku. Jimmy akan menjemputku jika aku pergi dari dorm.”             Sial.             Benarkan? Jungkook akan kalah jika mendebat San. Semua member hampir bergantung apa pun kepada San meski banyak asisten yang mengurusi keperluan mereka. San bukan manajer sejak TTS awal debut, tapi San sudah menjadi sosok penting bagi ketujuh member. Meski umurnya masih muda, San bisa mendewasakan para member jika sedang berselisih paham untuk hal sepele sekali pun.             Hoobi selalu berebut buah pisang dengan Jungkook, San yang menengahi. Joonie terkadang memakai celana dalam Jimmy, San bertugas membujuk Jimmy agar tak menangis. Seokjun memasak terlalu banyak saat free time tapi Yuga malah membeli makanan siap saji di luar—mereka berdua berdebat keras. Akhirnya, San yang menghabiskan makanan agar tak ada yang saling membunuh. Kebetulan San suka makan. Vantae keluar dorm untuk hangout dengan teman-temannya, dan langganan tersesat. Jika sudah seperti itu, San berubah profesi menjadi polisi, mencari Vantae sampai dapat.             “San, aku mau bertanya serius,” kata Jungkook setelah sang manajer duduk di sofa kamarnya. San sudah biasa keluar masuk kamar pribadi member, juga punya kunci duplikat agar tak sulit mengatur baju, atau barang-barang penting yang harus segera dimasukan ke kamar member. Terlebih, dia memang tinggal di dorm.             “Hmmm?” San bergumam, membuka bungkus permen karet lalu mengunyahnya.             “Menurutmu jika aku memberikan keterangan pada publik tentang kencan dengan Lizzy, akan seheboh apa respon ARMY?”             “The real ARMY akan mendukungmu.”             Jungkook ikut duduk di sebelah San. Gadis itu menawarkan permen karet namun Jungkook menggeleng. “Kau lupa tentang Jimmy-hyung, San? Banyak yang tidak merestui hubungan Jimmy-hyung dengan pacarnya—dulu.”             “Jimmy mengencani gadis menjengkelkan, sifatnya seperti benalu,wajar sekali ARMY tidak suka,” jawab San tanpa saringan. “Aku juga benci gadis itu.”             Jungkook hanya menggeleng tanda tidak mengerti mengapa ia punya manajer yang sering berkata seenaknya. San juga berpakaian seperti laki-laki, sangat tomboy. Ke mana-mana memakai topi, padahal punya rambut hitam sedada yang bagus. Wajahnya juga khas Indonesia dengan kulit yang putih.             “Dating kan bukan sesuatu yang salah, San.” Apa yang dikatakan Jungkook itu benar, bukan?             “Mungkin bagi fans yang menderita oppa is mine hal seperti itu sangat-sangat salah, Kook. Aku tidak tahu, aku bukan fans dirimu.”             “Jadi lebih baik aku tetap menyembunyikan statusku?” tanya Jungkook lagi, masih bingung.             San hanya mengangguk cuek.   (*)               “Sial.” San mendengus saat sesuatu yang sangat ia butuhkan tak bisa ditemukan di dalam tas ransel yang ke mana-mana selalu ia bawa. Jika sudah begini, San ingin mengumpat.             “San, setengah jam lagi ya?” Seseorang yang bertugas mengatur acara konferesi pers comeback TTS hari ini menyentuh bahu San perlahan.             “Ah, baik.” San langsung membungkukkan badannya, tanda mengerti. Bergegas, setengah berlari menuju ruang tunggu artisnya setelah tadi ia berjalan sebentar untuk mencari angin. Bekerja di dunia seperti ini bisa membuatmu stres lebih dari artis.             “San!” Baru saja gadis itu membuka pintu ruangan, Jungkook sudah memanggilnya. Menarik tangan, menuju ruang ganti. Kata Jungkook, “Bajuku robek!”             “Ah... bod—“             “Jangan panggil aku bodoh, Sanayya! V-hyung yang melakukannya!” Jungkook tak mau disalahkan.             San mendesah, melihat kemeja pink Jungkook yang sudah ia siapkan sejak tiga hari lalu sekarang tidak layak dilihat.             “Mengapa bajumu jadi robek?” tanya San sambil memilah gantungan berisi kostum, mencari baju yang lain.             “Aku hanya main dengan V-hyung.”             “Terserah. Pakai ini!” San memberikan kemeja kotak-kotak berwarna biru dongker dan Jungkook langsung mengambilnya. Membuka kemeja yang terdahulu dengan cuek di hadapan San yang tampak kesal karena hanya untuk berganti pakaian saja Jungkook harus menunggunya.             “Kau kan bisa cari baju ganti lain, Kook. Atau minta ke bagian busana. Merepotkan aku saja,” sindir San.             Jungkook mengangkat bahu cuek setelah berhasil mengancingkan kemeja. “Aku selalu salah kostum jika tidak dipilihkan olehmu.”             San keluar setelah urusannya beres dengan sang maknae. Dia berkata pada Joonie bahwa mereka akan segera memasuki ruang acara. Ketujuh member bergantian keluar dari ruang tunggu, berjalan didampingi beberapa orang kekar yang bertugas mengamankan jalannya acara lalu masuk ke ruang konferensi yang sudah ramai oleh teman-teman media.             San merasa tugasnya sudah selesai, hanya sampai mengantarkan member ke ruang berlangsungnya acara. Tinggal menunggu di belakang—atau jika mau—duduk di antara wartawan, ikut mencatat pertanyaan. Tapi kali ini San sedang malas sehingga ia menunggu di belakang, melihat wawancara para member dari sebuah layar.             Konferensi pers berlangsung kurang lebih dua jam dan saat San merasa semuanya sudah hampir selesai, ada salah satu wartawan yang bertanya perihal rumor kencan Jungkook.             Joonie beserta member lain langsung bereaksi tidak enak dan seharusnya wartawan bodoh itu punya pertanyaan yang lebih berbobot.         Banyak prestasi TTS yang bisa mereka bahas dibanding membesar-besarkan rumor yang bisa saja menjatuhkan pihak artis.             San hampir akan turun tangan, berkata pada ketua konferensi agar menghentikan wawancara karena waktu sudah habis namun Jungkook malah mengambil mic, hendak menjawab. Melirik panik, San khawatir Jungkook akan melakukan hal yang bodoh di hari pertama TTS comeback. Memang hak Jungkook jika ingin jujur tentang statusnya, tapi ini bukan waktu yang tepat.             Dan sekarang Jungkook mulai berpikir—sepertinya waktu yang tepat itu tak akan pernah datang.             Haruskah Jungkook mengaku?             Dengan tenang, pemuda itu malah menjawab pertanyaan ditambah senyum manis di bibirnya, “Saya tidak berkencan. Terima kasih, semuanya.”             San mungkin akan memukul leher Jungkook jika pria itu ceroboh mengiyakan hubungannya dengan Lizzy, tapi sekarang San hanya akan mendengus karena ternyata Jungkook tak berani jujur. “Kelinci bodoh...” Siapa yang coba kau lindungi? Reputasi, fans—atau dirimu sendiri?   (*)               Berjalan menuju mini market terdekat dengan memakai masker berwarna putih, San pergi ke tempat lemari pendingin bersisi minuman bersoda. Mengambil satu minuman dengan merek yang ia inginkan lalu melangkah ke kasir dan meminta sebungkus rokok kepada pegawai.             "Ada lagi?" tanya si penjaga kasir dengan ramah yang tak lain adalah remaja laki-laki yang San yakini masih berstatus pelajar. Pekerja paruh waktu.             San terkadang ingat masa-masa saat pertama kali memilih pergi ke Korea—tepatnya kota Seoul—hanya bermodalkan uang satu juta dalam mata uang rupiah karena seluruh tabungannya terkuras untuk melengkapi dokumen pindah termasuk menyewa tempat tinggal di dekat kampus. Jika San tak mendapat pekerjaan paruh waktu atau beasiswa penuh lalu lulus hanya dalam waktu dua tahun setengah, mungkin ia akan kembali ke Indonesia karena jadi gembel. Terpujilah otak encernya.             San menggeleng pada penjaga kasir. "Itu saja. Beri aku total harganya."             Setelah membayar, gadis bertopi hitam itu keluar dari mini market. Kembali melangkah menuju gedung agensi tempatnya bekerja mendampingi ketujuh laki-laki berkelakuan aneh tapi dicintai amat sangat oleh fans mereka. Tadi San sedikit merasa bosan, maka dari itu ia membeli rokok dan hendak menikmatinya di lobi gedung agensi.             San sudah menyalakan rokoknya, siap menghisap namun ada tangan yang membuat benda putih kurus itu terjatuh dari apitan jarinya.             "Benar kan, kau merokok lagi."             "Aku belum merokok hari ini," jawab gadis itu jujur.             "Aku sudah bilang jangan merokok. Bau." Jungkook merebut sebungkus rokok yang berada di saku jaket San. Gadis itu mendengus, indera penglihatan Jungkook memang kelewat baik.             "Kembalikan." San sebenarnya tidak ingin berdebat, nada suaranya juga tidak meninggi. Jungkook menggeleng, dengan santainya sebungkus rokok itu ia lemparkan dan langsung masuk ke dalam tong sampah. "What the f**k, Kim Jungkook?!" Barulah, San membentak marah.             "Sekali lagi kau merokok, aku pecat kau!" Jungkook menjetikkan jarinya pada dahi San sehingga gadis itu semakin murka, wajahnya memerah karena kesal.             "Pecat saja!" ancamnya. "Para hyung-mu akan mencariku!"             Benci jika San sudah keras kepala, akhirnya Jungkook menggendong tubuh gadis mungil itu seperti membawa karung beras. Tidak peduli meski San berteriak minta diturunkan.           Sepanjang gedung agensi, teriakkan San menggelegar. Staf sudah tidak aneh mendapatkan pemandangan Jungkook dan manajernya berselisih paham bahkan saling adu ucapan beracun jika berbeda pendapat.             "Turunkan aku, asshole!" San menepuk-nepuk punggung Jungkook agar laki-laki itu tak membuatnya malu karena diarak dari pintu masuk sampai ke ruangan khusus latihan menari. Kurang ajar!             Jungkook menurunkan San begitu saja sehingga gadis itu langsung menendang kaki Jungkook. Melampiaskan kemarahannya.             "Awas kalau kau merokok lagi!" Jungkook mengancam saat San bergegas pergi keluar dari ruang latihan. Hanya mendapatkan jari tengah San, gadis itu tak mau berbalik, terus berjalan.             "Possessive Kim yang menyebalkan." Hoobi terkikik geli, menatap adiknya yang telat sepuluh menit dari waktu yang dijadwalkan untuk latihan koreografi lagu terbaru mereka.             Jungkook memasang wajah datar sambil melakukan pemanasan lalu menjawab, "Jangan salah mengartikan perlakuanku pada gadis itu, hyung. San merokok dan hanya orang bodoh yang menyianyiakan hidupnya untuk menikmati tembakau. Aku tidak suka orang yang merokok, penyebar penyakit."             "Paham. San kan manajer kita, Jungkook-ah. Wajar jika kau peduli." Seokjun menimpali dari sudut ruangan. Sedangkan member yang lain sibuk mendalami gerakan tarian. Pura-pura tak melihat war yang sering terjadi antara sang maknae dan manajer judes mereka.             "Tapi aku tidak posesif," jawab Jungkook dengan nada kesal.             "Ya, ya terserah kau." Hoobi mengangkat bahu.             Jungkook tak lagi meladeni ucapan para hyung, malas mengobrol. Suasana hatinya juga sedang tidak baik karena seharian ini Lizzy belum menghubunginya. Grup mereka berdua akan comeback di bulan yang sama sehingga pasti kekasihnya itu sibuk menyiapkan segalanya setelah fakum.             "Tapi, Jungkook-ah...," ucapan Seokjun menggantung, sengaja agar Jungkook mau meliriknya. "Jangan terlalu keras pada San. Kau harus ingat, dia punya hidup sendiri dan kau tidak berhak mencampuri urusan pribadinya."   (*)   Manajer Sejun : Pastikan member tidur cukup ya, San. Satu minggu lagi comeback show.                         San mengeluarkan aplikasi chat setelah mendapat pesan dari manajer utama TTS. Ya, tugas San adalah memastikan TTS berada dalam jadwal yang tepat untuk semua aktivitas termasuk jadwal syuting, manggung, pemotretan, wawancara di radio, konser, fanmeeting, dan segudang jadwal lainnya.           Juga bertugas untuk mengurusi semua hal terkait sang idola mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sedangkan yang membuat jadwal atau kontrak-kontrak penting adalah Sejun. San hanya tinggal menjalankan jadwal dan siap mendampingi TTS ke mana pun.             Namun percayalah, tak semudah kelihatannya apalagi ia berurusan dengan tujuh member TTS yang kelewat usil dan menyebalkan jika tidak mau makan atau tidur cepat. Harus extra sabar.             San menyukai pekerjaannya meski memang cukup berat. Setidaknya gaji yang didapatkan bisa membuatnya bertahan di negeri orang. Namun gara-gara sibuk melebihi sang idol, San jadi tak ada waktu pulang ke Indonesia. Terkadang San merindukan hal-hal kecil di tempatnya lahir—yang tak bisa dia temukan di Korea.             Meninggalkan pikirannya yang tiba-tiba berkelana ingin pulang ke Indonesia, San bergegas untuk melangkah menuju kamar paling pojok di dorm mewah ini namun kakinya terhenti ketika melihat orang yang dicari sedang main game di ruang tengah. Sekelilingnya banyak makanan dan juga beberapa botol s**u kaleng.             "Jungkook," panggil San dengan nada lelah, "kukira kau sudah tidur."             Jungkook hanya berdeham, matanya terfokus pada layar. Kedua tangannya sibuk membelai stick PS.             "Manajer Sejun akan menghukummu jika kau telat latihan menari lagi." San menempelkan pantatnya di sofa, tepat di belakang Jungkook yang duduk santai pada karpet berbulu tebal. "Kenapa akhir-akhir ini telat terus? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"             "Aku tidak berniat datang telat, San," jawab Jungkook, masih bermain game.             "Lalu kenapa kau telat?"             "Video call dengan Lizzy."             "Seriously, Kim Jungkook?" Kedua mata San berputar jengah. Bisa-bisanya insan yang sedang dimabuk cinta ini lalai hanya karena satu perempuan.             "Lizzy melihat konferensi pers kemarin. Dia sedikit marah karena aku menyangkal kabar dating. Sudah aku jelaskan, sekarang dia tidak mencuekiku lagi," kata Jungkook, "dan aku akan ke apartemennya besok. Kau antar aku, ya."             San tiba-tiba merebut stick yang dipakai Jungkook sehingga lelaki itu berdecak; kesal karena kebahagiannya diganggu.        Melipat kedua tangannya, San berdiri di hadapan Jungkook dengan tatapan menyelidik. "Jungkook, kau dan Lizzy adalah idol! Harusnya tidak perlu melakukan hal-hal yang membuang waktu kalian. Dan mengapa dia harus marah ketika tahu jawabanmu di konferensi kemarin? Kalian sudah setuju untuk merahasiakan hubungan kalian, bukan?" San berkata dengan panjang lebar sampai harus mengambil napas. "Kau serius tidak untuk comeback kali ini?!"             Jungkook langsung bangkit berdiri untuk mengimbangi San lalu berkata, "Mengapa kau jadi marah hanya karena aku telat latihan? Oke baiklah, aku minta maaf dan aku tidak akan mengulanginya.”             "Satu minggu lagi comeback show. Jika ingin berantakan, terus saja buang-buang waktumu."         San tak ingin mendengar kalimat Jungkook yang lain. Tubuhnya sudah terlalu lelah, seharian tadi mengantar member TTS photoshoot untuk banner world tour. Otaknya hampir pecah mengurusi jadwal yang padat sekali.             Seharusnya hal-hal kurang penting seperti ini tidak terjadi. Seharusnya ia sudah memeluk guling dan bersantai di alam mimpi. Seharusnya... Seharusnya....             San mengambil langkah untuk pergi namun ia kembali berbalik. Katanya, "Sudah jam satu malam, Kim. Sana tidur."   (*)               Merapikan jaketnya dan hendak keluar dari dorm, Jungkook sedikit terpengarah ketika melihat San melangkah menghampiri. Memakai outfit kebanggannya; setelan tomboy lengkap dengan topi hitam.             "Kau kira bisa pergi keluar tanpa aku dampingi?!" sindir San mulai kesal lagi karena tadi mendengar dari Jimmy bahwa Jungkook akan menemui Lizzy di apartemen AURORA—nama grup mereka.             Masih bingung, Jungkook berkata, "Kukira kau marah padaku?"             "Pelatih tari yang marah padamu. Aku sih santai asal kau jangan buat masalah lagi. Ayo pergi sebelum kekasihmu lama menunggu!"             Jungkook mengangguk, mengekori San yang berjalan menuju mobil khusus jika para member ingin pergi ke suatu tempat. Sudah plus supir yang siap mengantar.             Sepanjang perjalanan sampai tiba di kawasan elit sebuah apartemen, San sibuk dengan ponselnya sehingga Jungkook melirik dan memperhatikan San yang terkadang senyum-senyum sendiri. "Apa?" Sadar diperhatikan, ekspresi wajah San langsung berubah galak.             "Kenapa senyum-senyum?" heran Jungkook.             "Memangnya tidak boleh?!"             Malas berdebat, Jungkook membiarkan manajernya kembali sibuk dengan ponsel sedangkan ia mengambil sebuket bunga yang akan diberikan pada Lizzy.             "Jungkook, kau mungkin golden maknae dan fans dirimu banyak sekali, tapi salah satu member grup For One juga cute. Hoonie dengan rambut hitamnya membuat histeris yang melihat."             Jungkook segera melirik layar ponsel San, dan dia menemukan beberapa foto dari aplikasi **. "Hoonie? Park Hoonie? Kau suka dia, San?" tanyanya langsung.             "For One sedang naik daun, Jungkook. Mereka lucu-lucu terutama Hoonie. Aku jadi suka."             "Apa-apaan kau ini?"             "Heh?" San bingung mengapa Jungkook jadi kesal.             "Kau harusnya mengidolakan aku! Kau kan manajerku, San!" nada suara Jungkook meninggi. "Minimal mengidolakan member TTS yang lain. Rambut kami juga sedang hitam semua. Tampan."             "Apa, sih? Tidak jelas." San kembali melihat layar sehingga tiba-tiba Jungkook merebut ponsel yang dipegangnya.             "Akan aku potong gajimu jika mengidolakan artis lain!"             "Kenapa jadi gajiku yang dipotong?!" San menatap tajam pada Jungkook, tidak mengerti.             Jungkook menjawab santai, "Karena aku tidak suka manajerku berurusan dengan artis lain apalagi sampai menjadi fans. Lagian kau tidak cocok berteriak 'Oppa... Oppa... Saranghae!'"             "Menyebalkan, dan kau sangat sialan!" San tidak terima diatur-atur oleh orang bernama Kim Jungkook. Merebut ponselnya kembali lalu mendorong bahu pemuda itu agar keluar dari mobil.             "Awas jika kau ketahuan mengidolakan artis lain. Benar-benar aku potong gajimu! Sekalian aku pecat!" Jungkook memperingatkan sebelum benar-benar pergi melangkah menuju apartemen Lizzy. San hanya mendengus, pura-pura tuli.             Setelah yakin Jungkook tak terlihat, San mengeluarkan sebungkus rokok yang berada di sakunya lalu mengambil satu batang untuk ia nikmati.             "Sanayya-ssi, Jungkook berkata—“             "Aku tidak boleh merokok?" San memotong ucapan supir pribadi artisnya. "Pak, aku akan menikmati satu saja. Jangan cerewat ya."             Supir pribadi member hanya melihat dari kaca spion saat San keluar dari mobil untuk menyalakan rokoknya.   (*)               "Kookie!” Pintu itu dibuka lebih lebar dan tanpa menunggu lama Ahn Lizzy segera mendekap tubuh Jungkook yang beberapa detik lalu menekan bel apartemen. Jungkook membalas pelukan kekasihnya, sedikit mengusap lembut punggung Lizzy.             "Kurang malam, Mister Kim." Lizzy menyindir setelah melepaskan pelukan rindunya dan Jungkook memberikan sebuket bunga cantik itu agar bisa Lizzy dekap.             "Maaf, aku latihan dua kali lipat untuk comeback," jawab Jungkook dengan nada bersalah.             "Tak apa yang penting kau sudah di sini." Lizzy membawa tangan kanan Jungkook untuk masuk ke apartemen dengan senyum yang tak hilang dari bibirnya. Membiarkan kekasihnya duduk di sofa sedangkan dia menaruh buket bunganya.             "Kau sudah makan?" Lizzy duduk di sebelah Jungkook        dan pemuda itu mengangkat tangan untuk mengusap rambut pirang kekasihnya. Pura-pura berpikir. "Hmmm, lapar lagi sih. Padahal tadi aku sudah makan."             "Kalau begitu, aku masak—“             "Liz, bisa bicara sebentar?" ucapan Lizzy terpotong karena suara EL—main rapper AURORA, yang baru saja datang setelah menyelesaikan urusannya di gedung agensi.             Lizzy melirik Jungkook dan kekasihnya itu mengangguk. Katanya, "Temui unnie-mu, biar aku saja yang masak."             "Kim Jungkook bisa masak?" sindirnya dengan pipi penuh yang semakin bulat karena menahan tawa.             Jungkook mendesah karena merasa diledek. "Pacarnya Ahn Lizzy bisa masak. Puas?"             "Oke baiklah, Mister Kim. Jangan marah." Lizzy bergegas untuk menemui EL, sedangkan Jungkook langsung bangkit dari sofa menuju mini kitchen di apartemen AURORA.   (*)               "Ada apa, unnie? Jungkook baru datang, aku tak mungkin meninggalkannya terlalu lama," ujar Lizzy to the point saat dirinya dan EL sudah berada di kamar sang rapper. "Takut rumor dating itu muncul lagi? Jangan khawatir.”             “Iya, aku risau.” EL mendesah dan akhirnya hanya bisa mengangguk, mencoba percaya bahwa member termuda grupnya bisa berhati-hati. "Ngomong-ngomong, aku melihat San di bawah."             "San?" Kedua bola mata Lizzy membulat. "Di parkiran apartemen?"             "Sepertinya mengantar Jungkook untuk menemuimu. Aku baru tahu San itu perokok." EL menambahkan ucapannya lagi karena adiknya hanya diam saja. "Lizzy, kau tidak cemburu melihat San menempeli Jungkook ke mana pun?"             "San adalah manajernya Jungkook.”             "Kau mungkin benar.” EL menimbang-nimbang. “Lagi pula gadis yang berpakaian seperti laki-laki itu bukan tipe Jungkook. Aku tahu dan yakin bahwa Jungkook itu cinta mati padamu."             "That's the point." Lizzy hanya tersenyum untuk beberapa detik kemudian melanjutkan, "Dan aku tidak akan pernah cemburu pada San karena berkat dialah aku bisa berpacaran dengan Jungkook.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD