One year ago....
Selesai dengan urusan awards malam ini, San punya tugas untuk mengantarkan artisnya kembali ke dorm. Melihat jadwal di tablet dan besok ada wawancara di sebuah radio.
"Guys, lima belas menit ya," ujar San pada tujuh member TTS yang meminta waktu untuk bertemu dengan teman-temannya dari agensi lain di backstage setelah awards resmi berakhir. San sebenarnya ingin membiarkan para member bergaul lebih lama namun ia harus taat pada jadwal yang dibuat Sejun.
Saat San ingin mencari tempat duduk sambil menunggu urusan member selesai, ada dua orang gadis cantik yang menghampirinya. Jika San tidak salah—karena ia buruk dalam hal mengingat—sepertinya dua orang ini juga idol yang memenangkan awards, tapi entah dalam kategori apa.
"Sanayya-ssi?” panggil salah satu gadis.
San seketika mengangguk. "Iya, aku Sanayya. Apa kita kenal?"
"Oh tidak, tapi aku mengenalmu. Aku May." Gadis itu mengenalakan diri, San menyambut uluran tangannya untuk berjabat. "Dan ini Lizzy, member satu grupku. Kami dari AURORA."
Ah... Sekarang San ingat. Ya, AURORA; rookie girlgroup yang langsung terkenal. Hampir semua media Korea membicarakan mereka.
"Ada apa ya, May?" tanya San sedikit penasaran. Tapi dari yang biasanya San alami—jika ada beberapa member girl band menghampiri—pasti mereka ingin meminta izin untuk bisa berkenalan dengan member TTS.
"Temanku ingin kenal dengan Jungkook. Apa bisa?"
Binggo....
"Ah, ingin berkenalan? Aku tidak pernah melarang, tapi terkadang Jungkook itu sangat susah bergaul. Dia pemalu,” jawab San apa adanya. Meski dia manajer dan bertugas untuk mengetahui siapa saja yang menjadi teman para member, San tidak pernah melarang orang baru—apalagi mereka idol—untuk berkenalan dengan TTS. Meski San harus lebih hati-hati jika berurusan dengan artis perempuan. Takut berita skandal beredar, padahal berteman seharusnya tidak ada batasan.
Menurut San, kebenaran idol berkencan yang selalu ditutup-tutupi agensi hanya akan membuat fans semakin menderita penyakit BIM. Penggemar merasa terus dimanjakan seolah-olah kehidupan asmara idol adalah miliknya. Tidak sehat.
Tapi mau bagaimana lagi? Keadaan industri hiburan di negara asal San sangat berbeda dengan budaya Korea Selatan.
"Boleh aku meminta nomor ponsel Sanayya-ssi?" kali ini Lizzy yang berbicara.
San menunjuk dirinya sendiri kemudian sedikit berpikir. "Tapi aku tidak bisa memaksa Jungkook jika misalnya dia tidak mau berkenalan."
"Tidak apa-apa."
"Oke, baiklah." San mengambil satu bolpoin yang terselip di kantung jaketnya, lalu merobek selembar kertas dari buku catatan yang selalu berada di tas kecilnya. Menuliskan nomor pribadi—bukan kontak khusus untuk bekerja.
(*)
“Lihat San, tidak?” Adalah kalimat sama yang ditanyakan oleh Jungkook kepada semua member grupnya kurang lebih lima belas menit lamanya berkeliling dorm. “Jimmy-hyung, kau lihat San?”
Jimmy yang baru saja mengganti bajunya menjadi piyama tidur dan sudah mencuci wajah bersih, melirik pada sang maknae yang terlihat kebingungan. “Tidak, Kookie. Aku belum melihat San setelah awards tadi. Dia pulang ke dorm atau apartemennya? Tanya saja hyung yang lain.”
“Kau orang terakhir yang aku tanyai, hyung. Tak ada yang tersisa,” jawab Jungkook dengan lunglai karena sejak tadi tak melihat manajernya.
Akhirnya pencarian Jungkook menemukan hasil saat derap langkah yang ia kenali mulai mendekat. San datang dengan jaket kebesaran berwarna hitam milik Jungkook, kedua tangannya membawa plastik putih berisikan makanan.
“Aku mencarimu, San!” Sebenarnya Jungkook tak mau berteriak—namun hampir gila karena tak menemukan gadis itu di mana pun.
San malah menaruh dua plastik berukuran sedang di atas meja makan kemudian menjawab, “Aku membeli makanan untuk kalian. Aku sudah bilang Joonie.”
Joonie yang baru saja keluar dari kamarnya karena mencium bau makanan—berniat mengisi perut tapi tertahan—langsung menatap Jungkook dan terkekeh. “Iya, aku lupa. Ternyata San pergi membeli makanan.”
“Ada apa mencariku? Lebih baik kau makan.” San mengeluarkan satu box berisi daging bakar yang memang jatah Jungkook lalu memberikannya pada sang maknae.
“Aku ingin kau, bukan makanan,” ujar Jungkook penuh penekanan.
“Aku sudah di hadapanmu, Jungkook-ssi! Jangan mengomel terus, makan dulu saja habis itu utarakan apa yang kau mau,”
(*)
“Mengapa Ahn Lizzy menemuimu?”
“Siapa itu?”
“Member grup AURORA San!”
San menaikkan sebelah alisnya, lalu tersadar siapa orang yang Jungkook maksud. “Oh....”
“Oh?” kali ini Jungkook yang menaikkan sebelah alisnya.
“Iya, oh. Kau mau aku bagaimana lagi?”
“Aku bertanya, untuk apa Lizzy menemuimu?”
“Dia minta berkenalan denganmu. Iya tenang, akan aku tolak secara halus—“
“Jangan!” potong Jungkook dengan cepat.
“Apa?” ulang San, takut telinganya bermasalah.
Ekspresi wajah Jungkook berubah menjadi merona, juga seperti ingin tersenyum tapi mencoba disamarkan. Jungkook berdeham, “Kau ada kontaknya?”
“Kau kenapa sih, Jungkook? Tidak biasanya mau meladeni idol perempuan yang mengajakmu berkenalan.”
“Ini Ahn Lizzy, San. Cantik sekali seperti itu masa aku tolak?” Jungkook mengalungkan tangan kanannya pada bahu San, sok akrab meski sebenarnya memang dekat. “Kalau dia menghubungimu, langsung berikan kontak dia padaku, ya.”
“Kau suka padanya?” tanya San.
“Siapa yang tidak suka padanya? Aku beruntung karena dia mengajak berkenalan duluan.”
“Ya,” jawab San agak ragu lalu melanjutkan berbicara setelah menjauhkan tangan Jungkook dari bahunya, “Memangnya kau tahu dia?”
Jungkook menggeleng. “Tidak—ah, maksudnya belum. Tapi setelah ini aku yakin aku dan Lizzy akan kenal lebih dalam.”
“Terserah kau saja, kalau sekarang aku capek mau tidur.”
Lalu San pergi dari sana karena ia butuh istirahat setelah seharian mendampingi TTS di acara awards dan tak berapa lama ponsel yang berada di kantung jaketnya bergetar—dari nomor baru. Ahn Lizzy.