Hati Yang Tersiksa

1081 Words
Tiga hari setelah kejadian yang mengiris hati tersebut. Bianca berusaha menghilangkan semua rasa dan juga asa di dalam jiwanya. Sambil duduk di muka cermin, ia menghias diri karena malam ini tuan besar akan membawanya untuk ke pesta musim dingin. "Setelah ini apa?" tanyanya pada diri sendiri. "Air mata, darah, atau rasa kecewa?" Bianca menarik bibir dan tersenyum. Ia tengah mengejek dirinya sendiri. Gaun merah panjang yang terbuat dari bahan sutra sudah dipersiapkan untuknya. Sepertinya ia bukan akan menghadiri pesta biasa. Mungkin tuan rumah yang menjamu adalah para raja atau kumpulan perdana Mentri. "Permisi, Nyonya muda." Seorang asisten masuk untuk mengantarkan satu set perhiasan yang mahal. Ia juga bekerja untuk mengoreksi dandanan nyonya muda yang tidak bersedia dihias oleh siapa pun malam ini. "Silakan." "Letakkan saja di sana!" tunjuk Bianca ke arah tempat tidurnya. "Saya ditugaskan untuk ... ." Bianca yang sudah mengerti pekerjaan asisten tersebut tidak ingin mempersulit pekerjaannya. Ia pun langsung berdiri sambil meminta gaun yang berada di gantungan tidak jauh dari pintu lemari. "Bantu saya untuk mengenakannya!" "Terima kasih untuk pengertian Anda, Nyonya muda." Asisten tersebut menundukkan kepala dan segera membantu Bianca untuk mengenakan gaun malam yang indah, dengan potongan d**a rendah. Setelah sepuluh menit, "Anda terlihat istimewa seperti biasanya," puji asisten tersebut sambil tersenyum dan menatap Bianca dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Istimewa bagi siapa?" tanya Bianca dalam senyum sambil menatap. "Kamu tidak tahu apa-apa." "Maafkan kelancangan saya, Nyonya," sahutnya sambil menunduk karena takut salah ucap dan dihukum hingga air mata tidak lagi bisa mengalir. "Sudahlah! Ambilkan perhiasannya!" titah Bianca dengan suara lembut, tanpa kebencian. "Dimana tuan Jack?" "Ada di ruang tamu sedang menghangatkan diri. Beliau tengah menunggu Anda." "Pergi dan katakan kepadanya kalau saya sudah siap." "Apa Anda ingin dijemput?" "Tidak. Saya masih punya kaki untuk berjalan sendiri." "Maaf, Nyonya." "Pergilah!" "Baik," jawabnya dengan kepala dan tubuh yang tertunduk. Setelah merasa siap, Bianca kembali menatap cermin. Ia seperti Cinderella yang berada di dalam komik khas anak-anak. Hanya saja bedanya, kisah hidupnya ini adalah nyata dan luka yang ia dapatkan benar-benar berdarah. 'Tidak, saya tidak boleh meratap apalagi menangis. Jangan menyusahkan orang lain lagi! Perintah otak pada jiwanya. Ayo Bianca, bergerak! Sebelum ia membunuhmu.' Bianca keluar dari dalam kamarnya dan ketika tiba di depan pintu, ia melihat Aro berada di sudut kamarnya sedang berdiri dengan wajah yang pucat. Bianca melirik sejenak untuk menghilangkan rasa rindunya. Aro pun melakukan hal yang sama. Kecantikan Bainca, kembali merusak ketenangannya, namun Aro berusaha untuk bersikap sewajarnya. Tanpa menoleh, Bianca melanjutkan langkahnya untuk menemui tuan Jack. "Selamat malam, saya sudah siap." Tuan Jack tersenyum dengan mata yang berbinar-binar. Ia seperti sedang melihat bintang di langit. Bianca terlihat begitu anggun dan cantik, seperti super model terkemuka. Bianca benar-benar tampak sempurna malam ini dan Jack suka. 'Tak lama, tuan Jack menepuk tangannya sambil mendekati Bianca. Lalu ia menyapu bibir wanita mudanya tersebut dengan bibirnya yang beraroma cerutu. "Mari kita berangkat sekarang juga!" titahnya sambil menyodorkan lengan kiri Bianca agar ia menyelipkan tangannya. "Setelah pesta ini, persiapan dirimu untuk malam yang menyiksa!" bisik Jack yang menginginkan percintaan berat pada Bianca. Tanpa bisa menolak, gadis itu menganggukkan kepala. Bibirnya tersenyum, namun matanya menangis. Tubuhnya mengikuti, tapi hatinya menolak. Jack dan Bianca, berjalan paling depan. Sementara Aro menyusul di barisan terakhir. Walaupun kondisinya masih sangat buruk, namun Aro tetap saja menegakkan tubuhnya dan bersikap seolah-olah ia dalam keadaan baik-baik saja. Sebelum keluar dari penginapan mewah yang Jack sewa, terlebih dahulu ia memasangkan jaket bulu angsa yang hangat di tubuh Bianca. "Di sana, akan tetap hangat. Meskipun udaranya begitu dingin. Itulah yang membedakan antara pesta orang kaya dengan rakyat jelata," ejek Jack, tapi Bianca hanya tersenyum simpul. Sebab, semua ucapan itu sama sekali tidak berarti. "Silakan." "Terima kasih, Tuan besar." Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit, Jack tiba di tempat. Suara tawa dan lampu gemerlap, menyoroti kedatangan tuan besar itu. Laki-laki angkuh tersebut disambut hangat oleh tuan rumah. Ia pun menegakkan kepalanya ketika banyak orang memuja dan memuji kecantikan serta keindahan Bianca. Gadis muda itu memang tampak mendominasi keindahan malam ini. Kecantikannya bahkan tidak dapat ditandingi oleh wanita yang selama ini dianggap sebagai ratu di negara tersebut. "Wanita yang pantas," puji yang lainnya dan sosok itu sama sekali tidak Bianca kenali. "Terima kasih, Tuan. Ha ha ha ha ha," kata Jack yang sangat merasa bangga hati. "Silakan menikmati hidangannya! Karena kita tengah berada di Jepang, kita hanya boleh menikmati udon dan sushi saja. Ha ha ha ha ha." Rekan Jack yang sama-sama berasal dari Indonesia tersebut terus meladeni tuan besar hingga acara dansa dimulai dan ia harus memimpin. "Baiklah, tidak masalah. Saya sudah terbiasa menikmati yang segar dan mentah." "Ha ha ha ha ha, Anda memang rajanya. Saya permisi dulu, selamat bersenang-senang!" "Jangan menolak untuk berdansa!" ajak Jack, ketika sudah senggang dan hanya seorang diri. "Saya tidak bisa, Tuan," jawab Bianca yang tidak lagi berbicara dengan suara yang terbata-bata. "Anak muda seusia saya, biasanya melakukan tarian barat yang lincah." "Kamu boleh melakukannya nanti malam!" Jack mulai berimajinasi liar dan ia ingin Bianca lah yang mendominasi permainan. "Untuk sekarang, temani saya dulu!?" Bianca mengangguk, "Baik, Tuan." Laki-laki kasar dan sadis tersebut, menarik tangan gadisnya ke lantai dansa. "Aro, kemari!" titahnya sambil melepas jaket bulu angsa dan memberikannya kepada Arogan. Jack adalah orang yang sangat mudah melupakan kejadian kurang dari 5 jam di dalam hidupnya. Padahal, ia baru saja menyiksa Aro dengan tangannya sendiri. Dan Aro, ia begitu patuh kepada Jack, seperti sapii yang sudah ditusuk hidungnya. Aro mundur beberapa langkah, namun ketika Jack tidak menatapnya lagi, Aro menaikkan pandangannya. Ia menikmati wajah Bianca yang begitu cantik dari kejauhan. Pada saat yang bersamaan, Bianca juga mengangkat bulu matanya yang lentik dan memandang Aro dalam balutan kerinduan. Mata mereka saling bertemu, begitu juga dengan hati. Tapi ini bukan kisah cinta yang mudah. Apalagi keduanya memilih untuk bungkam dari siapa pun. Cinta ini seperti rahasia di dalam ruang tergelap di dalam jiwa. Setelah lebih dari tiga jam, pesta meriah pun usai. Jack dan yang lainnya pulang ke penginapan. Dengan rona wajah bahagia, tuan besar meminta belaian hangat dari Bianca, sejak berada di dalam mobil. Namun gadis tersebut menolak karena di dalam kendaraan tersebut, bukan hanya ada mereka berdua saja. Saat itu, Bianca merasa tidak nyaman dan tidak suka jika melakukannya di depan orang lain, apalagi sampai ditatap tajam. Kali ini Jack bersedia mengalah karena ia benar-benar menginginkan tubuh muda Bianca yang molek dan dibanjiri pujian sejak tadi. Bianca pun menjanjikan permainan gila yang belum pernah Jack dapatkan seumur hidupnya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD