6. Semak Berduri

1003 Words
“Enyahlah!” pekik Rosemary sekencang mungkin ketika dia merasa frustasi akan semak berduri yang tengah bergulat dengannya. Rosemary mencoba menyingkirkan semak berduri dengan tangan terbuka. Tangannya penuh dengan luka gores dan luka tusuk akibat duri dari semak tersebut. Dia ingin keluar dari kurungan semak dan pohon-pohon besar yang mengelilinginya. Rosemary sangat kesal, sehingga dia tidak peduli dengan tangannya yang tengah terluka. Gaun berwarna coklat gelap yang dia gunakan compang-camping seperti pakaian yang digunakan oleh pengemis. Rambut berantakan seperti habis diterbangkan oleh angin kencang. Rosemary tidak peduli dengan penampilannya saat ini. Dia hanya ingin cepat-cepat keluar dari tempat itu. Sementara, dia sedang bergulat menyingkirkan semak berduri, perutnya terasa lapar karena dia sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya terlentang di tempat antah berantah yang tidak dia ketahui. “Dia berusaha sangat keras.” “Tangannya penuh luka gores, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa menggunakan tangannya.” “Menyebalkan! Kalau aku keluar dari sini, maka kalian semua akan habis di tanganku!” Rosemary membulatkan mata, lebih kesal lagi. “Jangan biarkan aku menangkap kalian dan menguliti kalian hidup-hidup.” Kedua makhluk yang menjaga dan mengawasi Rosemary—tertegun dengan cara bicara Rosemary yang kasar karena seingat mereka—Rosemary merupakan gadis yang anggun dan berbicara dengan lembut. Meskipun kedua makhluk itu tidak nampak dalam penglihatannya, juga suara mereka tidak sampai pada pendengarannya. Namun, keduanya selalu mengawasi Rosemary yang tengah pingsan. Keduanya mengerutkan dahi, merasa bingung dengan Rosemary yang baru sadar tidak seperti Rosemary sebelumnya. Kedua makhluk itu mematung untuk sesaat sembari mengamatinya. “Kenapa Nona menjadi sangat kasar?” “Bukankah sudah aku bilang kalau dia kehilangan ingatannya dan berubah menjadi tidak waras.” “Jangan berkata sembarangan! Mungkin saja Nona sangat kesal, sehingga dia menjadi sangat marah.” “Tidak. Nona sudah berubah, dia tidak seperti yang sebelumnya. Lemah lembut dengan tutur katanya, dan juga anggun. Lihatlah dia … dia seperti … gadis tidak waras.” Rosemary menghentikan kegiatannya, dia menengadahkan kedua telapak tangannya dan mengamati mereka yang penuh dengan luka baret dan luka tusuk. Darah beku sudah melekat pada tangannya, sedangkan darah yang keluar dari luka gores baru masih sangat segar melumuri kedua telapak tangannya. Dia menghembuskan napas kasar. Menghentakkan kakinya dengan geram. Ekspresi pada wajahnya sangat mencekam bagaikan iblis yang siap mencabut nyawa dari mangsanya. Sudah lebih dari tiga jam, dia berusaha menyingkirkan semak berduri dengan kedua tangan kosong tanpa bantuan dari kedua makhluk itu. Dia tidak menyadari ataupun dapat merasakan kehadiran dari kedua makhluk yang tengah tertegun melihat tingkahnya yang sangat berlawanan dengan Rosemary yang dikenal oleh kedua makhluk tersebut. Akan tetapi, setiap kali kedua makhluk itu berbincang, dia merasakan angin bertiup di dekatnya. Tentu saja Rosemary hanya menganggap suara mereka adalah angin biasa yang sedang melintas. “Sejak tadi aku merasakan angin bertiup di belakangku, bahkan di sebelahku juga. Apakah memang hanya angin biasa?” Rosemary bertanya-tanya setelah dia menurunkan tangannya yang penuh luka. Dia mengedarkan pandangannya, berputar-putar di tempatnya, tetapi tidak menemukan siapa pun. Sementara, matahari sudah condong ke barat dan dia sendiri sudah tidak dapat melihat matahari karena pohon besar menghalangi penglihatannya. Sebentar lagi langit akan gelap, sedangkan dia masih belum bisa mengeluarkan dirinya dari kurungan semak berduri. Jadi, kebebasan yang dia inginkan sama saja dengan kurungan di luar ruangan. Batin Rosemary merasa sakit. Setelah keluar dari Asylum dia masih belum bebas juga. “Setelah begitu lama menyiksaku di penjara orang tidak waras. Sekarang mereka mengurungku di tempat ini. Mereka masih belum puas dengan menyiksaku. Lantas mereka membuangku kemari agar aku lebih menderita lagi, tanpa makanan dan tanpa minuman. Semuanya hanya karena kebodohanku yang percaya kalau sebuah n****+ bisa membawaku ke dunia lain. Dunia yang penuh dengan petualangan seperti yang aku bayangkan. Semua ini gara-gara aku percaya akan imajinasi dari para author. Aku benci pada mereka. Jika aku bisa keluar dari sini, aku tidak akan pernah ke toko buku ataupun membaca n****+ lagi.” Badan Rosemary terlalu lelah, dia terduduk di atas rumput hijau. Merenungi kebodohannya di masa lalu yang percaya dengan imajinasi para author, hingga dia bersedia dinyatakan tidak waras hanya karena sebuah n****+ belaka. Sekarang apa pun yang terjadi pada dirinya, semua itu merupakan kesalahannya sendiri. Dialah yang bersalah dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, tetapi malah menyalahkan para author dan buku-buku yang dia baca. “Penjara orang tidak waras? Apa maksudnya? Apa dia berpikir kastil adalah penjara bagi orang tidak waras?” “Dia juga mengatakan Asylum. Aku rasa bukan kastil yang dia maksud, tapi tempat itu. Memangnya kapan Nona pernah keluar dari kastil dan tinggal di tempat yang bernama Asylum? Dia hanya keluar sekali dan sudah diserang oleh orang-orang itu.” “Bukankah sudah aku katakan kalau dia sangat berbeda, tidak seperti Nona yang kita kenal.” Kedua makhluk itu semakin kebingungan dan bertanya-tanya, tetapi tidak mendapatkan jawaban apa pun, hingga mereka lelah untuk berpikir. “Sebaiknya kita cepat membantu Nona, kalau tidak dia akan terkurung selamanya.” “Menggunakan kekuatan kita?” “Iya, tentu saja.” “Kenapa tidak dari awal saja? Kenapa kau malah menunggu Nona sampai tangannya berdarah?” “kau lupa kalau dia tidak dapat melihat ataupun mendengar kita, yang artinya Nona tidak mengingat kita. Kalau dia ingat, dia pasti akan mencari kita, dan kalau kita membantunya begitu cepat dia pasti akan kaget.” “Dasar licik. kau menunggu Nona sampai dia terluka.” Sementara kedua makhluk itu menggunakan kekuatan yang masih mereka miliki untuk menyingkirkan semak berduri. Rosemary merasa kelelahan begitu pun juga perih pada kedua telapak tangannya. Keinginannya saat ini adalah keluar dari hutan yang memenjarakannya, memenjarakan kebebasannya. “Apakah ini penjara baruku?” Dia merebahkan tubuhnya, menatap langit yang begitu tinggi di atasnya. Dia melambaikan tangannya layaknya sedang merengkuh awan yang berada di atas sana. “Aku hanya ingin kebebasan.” Air mata Rosemary jatuh ke pipinya. Rasa sedih, kecewa dan marah menjadi satu dan terlihat jelas dalam ekspresi wajahnya. Anggap saja dia hanya memiliki mimpi buruk dan sebentar lagi akan terbangun. Rosemary sangat ingin membangunkan dirinya. Namun, kenyataannya dia memang sudah berada di dunia yang berbeda. Bumi yang Rosemary pijak bukan lagi buminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD