Prolog
“Wah, n****+ ini sangat bagus. Andaikan saja aku adalah protagonis wanita dan mendapatkan pria tampan seperti Zack. Protagonis wanita awalnya masuk ke dunia Zack karena dia mengalami kecelakaan. Rasanya sudah beberapa n****+ yang aku baca dengan prolog yang sama. Protagonis wanita akan berusaha untuk pulang ke dunianya dan meninggalkan protagonis pria, tapi pada akhirnya mereka akan jatuh cinta dan kebanyakan protagonis wanita akan menetap di dunia si pria.”
Rosemary Gold—gadis berambut dark gray yang selalu menghabiskan waktunya membaca n****+ fantasi-romance di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi fakultas hukum.
Rosemary panggilan akrabnya lebih banyak membaca n****+ daripada materi kuliahnya. Sejak dia membaca n****+ fantasi-romance yang mana protagonis wanita akan masuk ke dunia lain, dia terobsesi akan hal itu.
“Jika aku mati, apakah aku akan masuk ke dalam n****+ ini dan menjadi seorang protagonis wanita?”
Manik mata biru senada dengan blouse yang ia kenakan—menyorot pada n****+ setebal 500 halaman di tangannya yang saat ini dia dipegang.
Dia sedang duduk bersandar di salah satu rak dalam perpustakaan. Mencari tempat yang nyaman untuknya berimajinasi.
“Kalau aku mati, bagaimana dengan kehidupanku di sini? Aku juga tidak yakin akan masuk ke n****+ ini.”
Kuku jari telunjuknya digigit oleh Rosemary ketika dia sedang berpikir. Tepatnya sedang mencari cara untuk mati, tanpa harus merasakan sakit dan agar cepat menuju dunia n****+.
Rosemary seperti hidup dalam dunianya sendiri dan kumpulan n****+ yang dia baca sampai lupa waktu. Kata-kata barusan adalah hal wajib yang dikatakan oleh Rosemary Gold ketika dia akan membaca n****+ fantasi-romance yang baru dia beli dari toko buku atau baru dia dapatkan dari aplikasi menulis online.
Akan tetapi, n****+-n****+ yang diburu oleh Rosemary adalah n****+ fantasi-romance dengan tema pindah ke dunia n****+. Dia sangat menyukainya sampai-sampai bermimpi setiap hari kalau dia bisa masuk ke dalam n****+ tersebut.
“Dasar protagonis bodoh! Seharusnya dia mencari cara mendapatkan hati protagonis pria, tapi malah ingin kembali ke dunia nyata. Nah, yang ini … protagonis wanita diperebutkan oleh banyak pria. Aku semakin ingin pergi ke dunia n****+. Mungkinkah ada mesin waktu yang bisa membawaku ke sana?”
Keinginan Rosemary sangat kuat untuk melakukan perjalanan ke dalam n****+, tapi dia selalu diingatkan oleh sahabat karibnya, bahwa semua yang ada dalam n****+ hanyalah karangan dari para penulis dan semua itu tidaklah nyata. Namun, Rosemary tetap ngotot karena apa yang dia baca menurutnya nyata, sehingga dia dijauhi oleh sahabatnya satu per satu.
Gadis berambut dark gray itu, tidak mengapa akan hal tersebut. Dia lebih memilih duduk dan bersandar di salah satu rak perpustakaan dan membaca semua n****+-n****+ itu, dibandingkan pergi bersama teman-temannya. Ya, mantan teman karena mereka sudah tidak mau lagi berdekatan dengan Rosemary yang semakin hari semakin aneh.
“Kalau tidak ada mesin waktu, maka jalan satu-satunya aku harus mati sambil memeluk n****+ ini. Akan kupilih n****+ dengan jalan cerita yang paling menarik.”
Pemikirannya semakin tidak waras, dan dia tidak peduli dengan pandangan orang yang sedang melihatnya saat ini.
“Dia benar-benar sudah tidak waras.”
“Mengapa dia masih diizinkan masuk kuliah? Harusnya dia dibawa ke psikiater saja. Aku sungguh kasihan melihat keadaannya.”
Rosemary bahkan tidak mendengar orang-orang sedang menggunjingkan dirinya yang dianggap tidak waras.
“Ya, aku harus mati agar bisa masuk ke dalam novel.”