Pulang dari tempat pengacara, kulihat Adit dan Eza sibuk menyiapkan barang-barang toko dengan jumlah yang banyak. "Pesanan siapa sebanyak ini?" tanyaku, rupanya cukup membuat mereka kaget. Adit dan Eza saling berpandangan. Takut dan ragu terpancar jelas di wajah keduanya. Mereka menunduk seraya memainkan jari jemarinya. Ingin bicara tapi sungkan. "Kenapa kalian diam saja?" tanyaku lagi. "Itu Bu, ini ... Permintaan Pak Hendi katanya buat Bu Kartika--" jawab Adit dengan nada ragu. "Bayar, gak?" Mereka menunduk sambil menggeleng pelan. Kuhela nafas dalam-dalam. Enak saja, dikira beli barang-barang ini gratis pakai daun, seenak jidatnya sendiri mau memindahkan barang daganganku ke rumah istri sirinya. Dasar benalu. "Kalau gak bayar gak usah disiapin. Kembalikan barang-barang ke tempat s