Senyum cantik dan indah Lisa sangat lebar, menatap penuh cinta kepada sang tunangan. Kedua bola matanya berbinar sangat terang bagaikan bintang di langit malam.
“Aku pikir siapa yang menutup toko ini. Ternyata itu adalah kamu,” katanya cepat, nada suaranya terdengar sangat bahagia dan penuh semangat.
Setelah acara makan malam sebelumnya dan ditinggalkan bagaikan orang bodoh, Arkan tidak pernah menemuinya lagi. Entah apa yang dilakukannya dan ada masalah apa yang begitu darurat. Lisa menahannya di dalam hati. Pria kejam itu bahkan tidak menjawab panggilannya.
Sudah baik bertemu dengannya di sini dalam keadaan baik-baik saja dan sedang dalam suasana hati yang baik.
“Kamu sedang membeli apa?” tanya Lisa yang tiba-tiba sadar kalau tempat ini adalah toko khusus untuk wanita, bukan untuk pria.
Apakah dia sedang memilih hadiah untuknya? Atau untuk wanita lain?
Hati sang supermodel berdegup cemas tidak karuan. Menyadari prasangka di benaknya, ekspresi Lisa yang semula bahagia langsung menggelap pucat tidak bersemangat.
“Ini... ini adalah toko khusus pakaian wanita. Kamu... beli pakaian untuk siapa?” tanyanya hati-hati, suaranya merendah lembut sangat halus, berusaha tersenyum, tapi senyumnya tidak sampai ke mata. Ada rasa terluka tertoreh jelas di mata Lisa. Aura keanggunannya membuat orang kasihan melihatnya yang memelas tak berdaya. Pria mana pun pasti langsung ingin melindunginya tanpa berpikir sedikit pun.
Pikiran Lisa mulai berkembang liar, teringat acara makan malam mereka yang berantakan. Padahal, itu adalah makan malam penting baginya. Kenapa Arkan bisa begitu tidak peduli? Apakah itu ada hubungannya dengan sikap aneh Arkan sekarang yang tiba-tiba muncul di toko khusus wanita?
Urusan apa dia pergi tanpa memberitahunya apa pun malam itu? Jika memang adalah pekerjaan, dia pasti mengirimkan pesan, bukan? Tapi, tidak! Arkan meninggalkan ruangan dengan alasan ingin pergi ke toilet, dan tidak kembali sama sekali.
Di ruangan VIP restoran kala itu, Lisa menunggu seperti orang bodoh sendirian. Makanan di atas meja sudah dingin semua, dan kehilangan selera makan dibuatnya. Dia pergi dari restoran dengan air mata berlinang, dan layar ponselnya menampilkan 20 lebih panggilan keluar untuk sang tunangan.
Ekspresi dingin Arkan sulit ditebak, dengan memiringkan kepala santai, mengamati Lisa yang tengah memakai gaun hijau zamrud, sangat menawan dan manis, khas nona muda kaya raya dengan penampilan dewasanya yang sempurna.
“Kamu tidak tahu kalau aku telah menyewa tempat ini selama dua jam? Bagaimana manager toko bisa sampai membiarkanmu masuk begitu saja?”
Kata-kata itu dingin dan berjarak, membuat Lisa tertegun kaget dan merasa asing.
“Arkan, kamu tidak boleh menutup toko seperti itu. Lagi pula, ini adalah toko langgananku, dan aku telah membuat janji sebelumnya. Sepertinya mereka juga lupa memberitahuku soal penutupan toko mereka,” balasnya dengan suara selembut mungkin, tampak kesabaran kuat diperlihatkan kepada sang tunangan. Gaya bicaranya seolah-olah adalah seorang putri yang lemah gemulai. Sangat dewasa dan begitu bijak.
Di balik semua sikap budi luhurnya sekarang, Lisa sebenarnya memiliki temperamen yang sangat buruk jika menginginkan sesuatu, atau saat sedang marah. Dia adalah nona muda yang sangat egois dan tidak bisa menerima kekalahan. Tapi, demi Arkan, dia benar-benar mengalah dan menahan harga dirinya sebagai seorang putri tertua dari keluarga terpandang.
Menaklukkan Arkan sangat sulit. Jika bisa menggunakan kekuasaan, dia pasti sudah lama melakukannya, tapi keluarga Arkan bukanlah orang biasa. Grup Yamazaki adalah raja di dunia industri hiburan. Sebagian besar pendapatan negara berasal dari pajak mereka yang telah sukses dibangun selama hampir 10 tahun belakangan ini. Tidak ada yang berani menyinggungnya.
“Apakah kamu ingin membeli hadiah untuk ibumu?” lanjut Lisa, sebenarnya sedang menghibur diri sendiri. Sangat takut dengan kenyataan kalau Arkan benar-benar kembali pada kebiasaan buruknya.
Di hotel di luar kota dulu, dia sudah menahan diri sekuat mungkin mendengar percintaannya dengan wanita lain, kalau benar sekarang dia sedang memelihara wanita tertentu, entah bagaimana Lisa bisa menahan diri sementara pernikahan mereka tidak lama lagi akan segera dilaksanakan.
Wajah tersenyum Lisa sangat baik, begitu tenang dan anggun. Tidak menunjukkan kalau dia sedang gelisah dan cemas. Segala amarah dan rasa kecewanya ditekan sekuat-kuatnya agar tetap menjadi Lisa yang penuh martabat di depan sang tunangan.
Arkan tidak segera menjawab pertanyaan Lisa, keningnya malah berkerut dalam.
“Arkan?”
Saat kata ini jatuh, di dalam ruang ganti, Casilda yang telah selesai memakai gaun merahnya, sibuk melihat dirinya di cermin. Hatinya sedikit terhibur dengan ciuman Arkan sebelumnya.
Kalau dia bisa selembut itu, mungkin dia bisa memikirkan ulang penilaiannya. Ciuman Arkan barusan bisa dikatakan sangat manis dan romantis. Tidak ada kekerasan, tidak ada paksaan. Yang ada hanyalah kelembutan dan penuh godaan yang memabukkan. Casilda bahkan sudah lupa amarah dan kebenciannya, malah larut dalam dansa bibir mereka yang panas beberapa menit lalu.
“Um? Siapa, ya, di luar? Sejak tadi sepertinya Arkan bicara dengan seseorang. Apa dia bertengkar dengan manager toko?” gumam Casilda dengan wajah memucat panik, takutnya sang suami membuat masalah gara-gara marah tidak jelas seperti biasa.
Saat Casilda hendak membuka pintu, tiba-tiba tangan Arkan menahan keras pintunya, berteriak dengan nada tegas dan galak.
“Kamu pilihlah satu tas di sini. Jangan membuatku tidak nyaman.”
Casilda berpikir itu ditujukan untuknya, baru saja ingin membuka mulut membalasnya dengan wajah ceria dan malu-malu, napasnya langsung tertahan dingin begitu mendengar suara wanita lain yang tengah mendekat ke arah Arkan.
“Kamu ini bisa tidak jangan berteriak begitu?” bujuk Lisa dengan manja dan sangat manis.
“Lisa, aku sedang sibuk. Sebaiknya jangan bertingkah. Kamu tahu kalau sebentar lagi kita akan sibuk di luar negeri dengan segala pekerjaan, jangan membuatku kesal.”
Ancaman itu sontak membuat Lisa segera mundur, memucat pasi tidak karuan. Sangat jelas hatinya tiba-tiba gugup dan takut.
Dia tidak boleh sampai gagal mengajak Arkan ke luar negeri! Tidak boleh!
“Lisa? Kenapa Lisa ada di sini?” gumam Casilda berbisik kecil, kedua bola matanya memancarkan rasa kecewa dan putus asa.
Sebagai orang ketiga, Casilda merasa dirinya sangat rendah. Sekalipun dia sekarang adalah istri sah Arkan, tapi tidak diakui oleh negara dan publik. Bagaimana bisa dia mengangkat wajahnya dengan bangga?
Apa bedanya dirinya dengan wanita yang menjual tubuhnya di luar sana? Arkan hanya menggunakannya demi kesenangan sesaat, dan juga untuk balas dendam. Tidak ada yang benar-benar istimewa di antara mereka berdua. Kecuali... kecuali cinta bertepuk sebelah tangannya kepada sang aktor....
Casilda mencoba mencuri dengar di balik pintu, hatinya gemetar dan menahan rasa malu luar biasa, hati-hati menyimak semuanya.
“Baiklah. Kalau begitu, apa boleh aku memilih satu baju juga? Bukankah bagus jika satu pasang? Aku ingin memakainya ketika bertemu ibumu nanti. Aku harus tampil cantik dan sempurna di depannya agar tidak membuatmu malu, kan?"
Itu adalah suara Lisa. Perkataannya penuh dengan nada cinta dan kasih sayang. Benar-benar tahu bagaimana membujuk Arkan.
Casilda cemburu diam-diam, dan hanya bisa menurunkan bulu matanya sendu.
Arkan yang telah menyuruh Lisa melihat-lihat koleksi di seberang ruangan, membuka sedikit pintu ruang ganti, mengintip melalui celahnya dan tersenyum jahat melihat Casilda yang murung di dalam sana. Kepalanya tertunduk lesu seperti tanaman layu.
‘Heh! Masih tidak mengaku kalau dia cemburu? Lihat saja apa yang akan aku lakukan kepadamu!’ batin Arkan dengan niat buruk di hatinya.
Aktor tampan kita ini sedang amat bahagia melihat Casilda yang sangat menggemaskan sejak tadi, dan mulai memikirkan ide jahat hanya untuk menggodanya.
“Lisa sayang, kamu boleh memilih beberapa pasang pakaian. Jangan cuma satu. Apa kata orang nantinya jika sampai mereka tahu aku hanya membelikanmu satu pakaian saja? Ambil yang paling mahal! Tidak perlu sungkan! Tunanganmu punya banyak uang!"
Arkan berteriak malas dengan gaya sangat arogan, begitu sombong dan berkuasa.
Lisa yang tidak tahu apa-apa kalau sedang dimanfaatkan, seketika tersenyum bahagia super lebar. Buta oleh cinta!
“Apakah aku boleh ambil yang ini?” tanyanya malu-malu, sangat lugu dan cantik memesona.
Arkan malas melihatnya yang sedang berakting polos, tersenyum sombong dan dingin, berkata tegas, “ya! Ambil saja yang kamu suka. Tidak perlu bertanya seperti itu.”
“Terima kasih, sayang! Aku sangat mencintaimu!” teriak Lisa penuh haru, matanya berbinar semakin indah dan cerah.
Manager toko yang menyaksikan semuanya, terdiam membisu, wajah pucat. Dia tidak tahu kalau pria yang sedang dilayaninya adalah Arkan sang Top Star. Dengan cepat bisa menarik kesimpulan mengingat gosip playboynya yang sudah menyebar ke seluruh negeri.
Apakah wanita gendut tadi adalah selingkuhannya? Bagaimana bisa?
Meskipun dia setuju kalau Casilda sangat manis dan cantik, tapi jika disandingkan pasti akan membuat orang merasa aneh.
Dari jauh, sang manager merasakan tatapan tajam dari Arkan yang sedang memperingatinya, seolah-olah berkata: “Awas jika kamu buka mulut!”
Punggung sang manager toko langsung dihantam badai es! Tidak ada yang tidak tahu siapa keluarga Arkan saat ini. Gosipnya bahkan berhembus kencang hingga menjadi trending selama hampir beberapa minggu. Manager wanita ini bahkan telah melihat berita gosipnya saat sedang bekerja beberapa minggu lalu, dan jelas segera paham masalah apa yang tengah menimpanya.
Jika melakukan kesalahan, Arkan pasti menekan dan membuat hidupnya kesulitan!
Memahami tatapannya, manager toko langsung mengangguk serius, tangan kanan melakukan gerakan tutup mulut.
Segera saja pria tampan di seberang ruangan tersenyum lebar sangat puas.
“Tuan, apakah saya harus mengurus p********n milik nona Lisa terlebih dahulu?” tanya sang manager toko mendekat, sorot matanya gelisah dan takut-takut.
Ini adalah kerja sama yang sangat kejam!
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Nanti aku akan memberimu tip setelah dia pergi,” jelas Arkan sombong dan dingin, mengedikkan kepala ke arah Lisa yang berdiri memunggungi mereka di etalase paling depan toko tersebut.
“Terima kasih, Tuan Arkan! Maaf tidak segera mengenali Anda!” ucapnya berbisik gugup.
“’Tidak apa-apa. Bukan masalah besar. Ingat untuk tutup mulut. Jangan sampai aku bertindak yang tidak aku inginkan. Paham?”
Manager wanita mengangguk dengan senyum kaku, segera berbalik dan buru-buru menemani Lisa untuk memilih pakaian.
Begitu keduanya sibuk, Arkan yang sejak tadi menahan pintu ruang ganti, kini hendak membukanya.
“Apa yang kamu lakukan? Buka pintunya!” berbisik marah di celah-celah pintu yang ditahan oleh sang istri.
Air mata Casilda merebak sejak tadi, menangis dalam diam.
Betapa kotor dirinya diperlakukan sebagai simpanan oleh Arkan!
Hati nuraninya berteriak marah tidak terima!
Dia tahu bagaimana rasanya dikhianati oleh pria yang kita cintai! Seharusnya dia tidak setuju dengan pernikahan mereka sejak awal!
“Buka pintunya sekarang juga!” bentak Arkan marah, masih bisik-bisik memberikan ancaman kepada sang istri.
Casilda menahan pintu sekuat mungkin, dengan cepat menguncinya dan duduk bersandar di lantai bagaikan orang bodoh. Wajahnya basah dan berantakan.
Kenangan buruk diusir dari pesta pertunangan Ethan dengan wanita lain bagaikan pisau yang menggores-gores hatinya.
Dulu, dia sangat marah kepada wanita yang merusak hubungannya, dan dipermainkan sangat kejam oleh Ethan. Sekarang apa? Dialah yang berada di posisi menjijikkan itu! Ataukah dia memang wanita yang punya bakat menjadi orang ketiga sejak bersama Ethan?
Menyadari betapa menyedihkan kisah cintanya, air mata Casilda turun semakin banyak, kedua tangan menutupi mulut.
Semua kemesraan Arkan bersamanya malam ini ternyata hanyalah ilusi di otaknya!
“Buka pintunya sekarang juga, otak ayam!” desis Arkan menggelap murka, tiba-tiba wajahnya muncul di celah-celah bawah pintu ruang ganti, mencoba masuk melalui bagian itu sambil menjulurkan tangan dengan gerakan liar untuk menangkap kaki Casilda. Dia sangat emosi!
Tindakan tiba-tiba Arkan yang tidak terduga tersebut, membuat Casilda menjerit ketakutan! Mengira melihat hantu yang akan menangkapnya!
“Argh! Pergi! Jangan mendekat?!” jerit Casilda histeris, secara refleks memejamkan mata takut, langsung menendang keras wajah Arkan tanpa ampun!
Arkan meraung kesakitan!
Tidak menyangka Casilda akan menendang wajahnya seperti itu! Parahnya lagi dia sedang memakai kacamata! Bayangkan rasa sakit yang diterima olehnya sekarang!
Kemarahan Arkan melonjak drastis dalam hitungan detik! Segera mendorong tubuhnya masuk ke ruang ganti yang ternyata cukup untuk dilewatinya!
“Beraninya kamu menendang wajah berhargaku, Ratu Casilda Wijaya!” geram Arkan emosi, mencekik leher Casilda penuh kekuatan.
Sementara pria ini gelap mata, dia tidak sadar kalau darah sudah turun dari hidungnya, membuat wajah tampannya sangat konyol dengan kacamata retak menyedihkan!
Arkan semakin gelap dan gelap! Sangat menakutkan hingga air mata Casilda berhenti tiba-tiba! Napasnya bagaikan dicabut!
“A-Arkan! Sakit! Leherku sakit!”
Mata Casilda sudah mulai tidak fokus!
Selama beberapa detik, Arkan tidak bisa mengendalikan diri, tapi begitu menyadari wajah sembab Casilda dan tampak lemas, akal sehatnya kembali dalam sedetik. Panik bukan main!
“Kenapa kamu suka sekali menangis, hah?! Ada apa lagi?!” bentaknya cemas, kedua tangan meraih cepat wajah Casilda. Sangat tidak nyaman melihatnya tidak berdaya dan kesulitan bernapas.
“Maaf! Aku minta maaf!”
Dengan perasaan takut dan tubuh gemetar, Arkan memeluk Casilda erat-erat. Rasa bersalah membanjiri aliran darahnya. Wajah pucat pasi!
“Sadarlah! Casilda! Casilda!” teriak Arkan panik, menepuk-nepuk sebelah pipinya gugup.
Apa yang baru saja dilakukan olehnya?!