Bab 158 Demi Casilda, Ryan Bersedia Difoto Tanpa Busana

2043 Words
Berengsek! Satu lagi hama busuk muncul di depan matanya! Arkan sang Top Star kembali marah. Niat hati ingin mengajak Casilda makan bersama dengan suasana sedikit romantis dan pribadi, tapi malah mendapat gangguan lagi! Casilda sudah gendut dan jelek begitu, kenapa masih saja ada pria yang mengerubunginya seperti lalat dari tempat sampah busuk? Apa dia pakai sihir untuk menjerat para pria di sekitarnya gara-gara sudah tidak populer? Mata sinis dan curiga Arkan melirik dingin istrinya dengan penuh kecemburuan. Casilda yang ditatap, dan merasakan aura permusuhan jelas sangat kesal! Dia itu punya penyakit darah tinggikah? Setiap waktu marah-marah dan tersinggung terus saja kerjanya! Dasar pria berotak tidak beres! Di sisi lain, Ryan yang baru muncul entah sibuk karena apa selama ini, begitu melihat Casilda sedang bersama siapa di meja dan menyadari kekacauan yang terjadi di sana, tiba-tiba saja napasnya menjadi dingin. Kegelapan menjatuhi wajahnya dengan tatapan dingin tak bisa ditebak. “Casilda? Kamu bilang tidak punya hubungan apa pun dengannya. Kenapa sekarang aku dengar kalau kamu malah menjadi asistennya?” tanya Ryan lirih dan merasa terkhianati, berjalan muram ke arah meja tersebut, lalu melirik sinis Arkan dengan aura kebencian yang kuat. “Apa dia yang menyirammu sampai basah seperti itu? Dia membully-mu?” lanjutnya dengan nada semakin dingin, tapi matanya saling tatap dengan Arkan yang sudah terlihat bersiap untuk membuat keributan seperti di restoran sebelumnya. “Tidak! Tidak seperti yang kamu pikirkan!” bantah Casilda cepat, berdiri dari duduknya, dan menarik pria berjaket hoodie krem menjauh dari Arkan. Sang aktor syok! Wanitanya lagi-lagi membela pria lain secara terang-terangan di depannya? Rasa sakit bagaikan ditusuk duri tajam menohok dadanya, membuat sang aktor kesulitan bernapas, ekspresinya semakin gelap dan gelap. Tapi, dia hanya bisa diam mengamati keadaan. “Kamu pikir aku bodoh? Lihat meja kalian berantakan begini! Baju pria tidak tahu malu itu juga kotor, bukan? Aku memang suka bermain game online, tapi bukan berarti tidak punya otak!” kesal Ryan marah, menahan tangan Casilda yang hendak mencegatnya memukul Arkan. “Kamu memang bodoh, kan? Kalau tidak bodoh, mana mungkin tersulut emosi semudah ini? Jangan bikin ibu dan ayahmu mendapat masalah gara-gara tingkah tidak dewasamu itu! Sebelum menceramahi orang lain, pikirkan sendiri bagaimana dirimu selama ini! Main game sepanjang waktu, kemudian menghilang entah ke mana! Kamu sudah umur berapa, hah? Sesibuk-sibuknya ibu dan ayahmu, mereka pasti akan mencemaskanmu juga jika tidak ada kabar!” “Kenapa sekarang kamu malah memarahiku?!” Bu Hamidah yang panik melihat adu mulut itu bergegas melerai keduanya. “Sudah! Sudah! Kalian jangan ribut! Untung kedai sudah tidak ada pengunjung lain!” Ryan marah, langsung menoleh ke arah ibunya. “Ibu! Sampai kapan ibu akan terjerat dengan aktor sialan sepertinya? Apa ibu begitu gila uang hingga harus menunduk di depannya? Lihat apa yang diperbuatnya kepada Casilda! Dia menyiramnya dengan minuman! Untung saja itu teh dingin! Bukan teh panas! Aku dengar, dia juga adalah aktor yang sangat buruk dan sulit dikendalikan! Bukan hanya sekedar menjadi playboy liar tidak tahu malu! Dia tidak bisa menghargai rekan kerjanya sama sekali! Sombong dan suka memerintah! Ibu mau ditindas seperti itu?! Rela menjadi korban selanjutnya hanya demi uang yang tak seberapa?!” Arkan marah! Keningnya mengerut tajam dan menggertakkan gigi kuat-kuat. Tatapan membunuhnya sudah seperti ingin menusuk Ryan dengan pisau panas membara! Dari mana dia tahu soal itu? Masalah temperamennya di tempat kerja adalah rahasia umum di lingkungan entertainment, dan tidak ada satu pun reporter yang berani mengungkitnya ke publik. Pihak agensi pasti akan segera mengeluarkan ultimatum dan membantahnya jika ada yang nekat membocorkan masalah pribadinya. Seolah membaca pikiran Arkan, Casilda yang terkejut melihat tatapan curiga sang suami, segera menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Kode yang bermakna: ‘Aku tidak pernah mengatakan apa pun kepadanya!’ Arkan tidak percaya, tapi dia tidak bisa membuktikan dugaannya, maka dari itu, dengan perasaan tidak rela, dia segera berdiri dari duduknya dan menarik Casilda bersamanya. Dia malas meladeni lalat kecil seperti Ryan. Tidak pantas membuang energinya untuk pria tidak berguna dan menyusahkan seperti itu. “Selera makanku sudah hilang. Aku pikir tempat ini bersih, ternyata ada lalat raksasa bermulut bau yang terbang ke sana ke mari.” “Apa katamu?! Coba ulang sekali lagi!” bentak Ryan murka, otot-otot lehernya menegang. Aduh! Casilda pusing dengan tingkah suaminya! Apa dia ingin membuatnya mati karena malu?! “Cukup! Kalian jangan bertengkar lagi! Apa tidak bisa bicara baik-baik saja?” Wanita berkepang satu maju ke tengah-tengah kedua pria itu. Mendorong Ryan semakin menjauh dengan tatapan peringatan, langsung mengomelinya tajam, “kamu jangan sok peduli denganku, ya! Memangnya sejak kapan kamu menghargaiku sebagai seorang manusia? Mau aku disiram olehnya atau tidak, apa urusannya denganmu? Ryan Mirza Taraka! Jangan pikir kamu bisa seenaknya kepadaku selama ini, lantas menganggapku sebagai mainan, dan merasa pria lain ingin mengambilnya darimu! Aku bukan barang! Aku adalah manusia! Aku juga lebih tua daripada dirimu! Jaga sikapmu mulai sekarang! Berhenti kekanak-kanakan begitu!” “Casilda!” “Tidak! Dengarkan aku baik-baik! Kamu adalah anak dari pemilik kedai, bukan berarti bisa mengaturku sesuka hati! Sebelumnya memandang rendah diriku, berikutnya membelaku seperti seorang pahlawan?! Kamu tidak malu dengan sikapmu sekarang? Aku sudah bilang kalau kamu hanya salah paham! Apa itu sulit kamu cerna di otakmu, hah? Selain itu, kamu pikir mudah menghasilkan uang? Pria dewasa yang kerjanya hanya bisa bermain game online dan membuat susah kedua orang tuanya, mana pantas berkata seperti itu! Cari uang sendiri baru kamu berani bicara seperti tadi! Uang bukan memang segala, Ryan Mirza Taraka! Tapi, hampir semua hal di dunia ini butuh uang! Kamu pikir jika ibumu tidak memberikanmu uang bulanan, kamu bisa bertahan hidup sendirian? Setelah menghilang sekian lama, malah berani bicara tidak bertanggung jawab begitu! Kamu salah berteman dengan siapa, hah? Aku sudah memperingatimu berkali-kali agar hidup dengan benar! Bukannya jadi parasit di mata keluargamu sendiri!” Ryan terpukul, bungkam dengan bibir merapat gelisah. Wajahnya menggelap pucat, dan tidak bisa berkata apa-apa. Casilda menganggapnya seburuk itu? Parasit? Hawa dingin menusuk jantung pria muda tersebut, dan detik berikutnye melirik Arkan yang ekspresi wajahnya masih tidak berubah, galak dan tidak bisa dibantah. Menyadari dia dipermalukan padahal berniat baik, Ryan mendengus marah menatap wanita di depannya. Tatapan terlukanya sangat jelas terlihat, membuat rasa bersalah hadir di hati Casilda. Dengan suara lirih nyaris seperti berbisik, Ryan berkata dengan wajah serius dan setengah kecewa. “Casilda, aku tidak menyangka ternyata kamu begitu bermulut tajam dan jahat. Aku tidak menyesal selama ini telah membenci dan membullymu. Semua hal buruk itu memang pantas kamu dapatkan. Kamu pikir dirimu hebat karena pria sepertinya berada di sisimu? Lihat berapa lama kamu bisa bertahan sebagai anjing di kakinya. Saat dia sudah menendangmu dan merasa bosan, kamu pasti akan menyesal karena telah menjadi penyembah uang seperti ini. Cuih! Babi gendut menjijikkan! Baru diberi sedikit kebaikan sudah lupa diri!” Ryan sangat marah mengatakan semuanya tanpa ada jeda sama sekali, menatap tanpa kedip wanita di depannya dan meludah keras ke lantai, seolah-olah dia melihat hal paling hina dan kotor di matanya. Hati Casilda tenggelam dingin, wajahnya memuram pucat. Dia memang keterlaluan mengatakan semua hal buruk itu tanpa memikirkan perasaan Ryan, tapi jika membuat masalah dengan Arkan, hidupnya pasti jauh lebih buruk, kan? Ryan hanyalah laki-laki biasa, mudah emosian dan pola pikirnya sangat sederhana. Dia bukan Julian atau pun Ethan yang punya posisi dan pengaruh di masyarakat. Jika berani menyinggung Arkan, sudah jelas sama saja membunuh masa depannya sama seperti nasib Casilda yang kini berada di tangan pria itu. Dia tidak mau menyerat orang lain dalam dendam dan kebencian Arkan. Cukup adik dan kedua orang tuanya yang membuatnya khawatir, tidak mau ada orang lain yang dijadikan tawanan lagi oleh Arkan sebagai bahan untuk mengancamnya setiap waktu. Ryan menatap Casilda cukup lama dengan mata memerah dan terluka, lalu pergi begitu saja seraya menumpu tas pakaian di bahu kanannya. Berjalan marah dalam langkah-langkah cepat dan besar. “Jangan muncul di hadapanku lagi! Kalau berani muncul, kamu akan menyesal seumur hidup, Babi gendut!” teriak Ryan marah ketika kakinya mulai menaiki tangga. Dasar pria tidak masuk akal! Bagaimana bisa begitu? Kedai ini adalah tempat kerjanya yang lain! Tentu saja hal itu mustahil! Casilda menggertakkan gigi kesal, tapi segera ditenangkan oleh Bu Hamidah yang tengah tertawa tidak enak hati kepada Arkan. Sangat jelas wanita tua itu tidak peduli sama sekali dengan anak sendiri. “Jangan pikirkan dia! Kamu tahu sendiri seperti apa sifatnya selama ini. Aku lupa memberitahumu kalau kemarin dia baru saja pulang. Katanya, dia ikut dengan teman-teman onlinenya mencari pekerjaan bagus di pinggiran ibukota. Ada sebuah perusahaan pengembang game dari Hong Kong yang bersedia merekrutnya untuk ikut ajang turnamen game dunia. Katanya, gaji dan hadiahnya lumayan besar. Aduh, Casilda, kata-katamu tadi pasti melukai harga dirinya.” Casilda syok, tapi sadar kata-kata yang sudah keluar dari mulut seseorang tidak bisa ditarik lagi. Dia bisa melihat jelas seperti apa sorot mata Ryan kepadanya. Pria itu memang suka marah dan mengusilinya, tapi baru kali ini melihat Ryan semarah itu hingga melontarkan kata-kata ancaman penuh intimidasi. Sementara di lantai bawah Casilda tenggelam oleh rasa bersalah dan penyesalan, di kamar lantai atas, Ryan menghempaskan marah tas pakaiannya ke lantai. “Dasar gendut tukang bohong! Baru lihat pria tampan saja sudah seperti kena sihir dan tidak bisa lepas! Tidak tahu diri!” desisnya marah, menendang tas pakaian di lantai hingga membentur kursi game di seberang ruangan. Memikirkan seperti apa Arkan dan Casilda di bawah beberapa saat lalu, Ryan merasa dadanya mau meledak tak terkendali! ‘Sialan! Bisa-bisanya aku kagum dengan pria berengsek seperti itu!’ makinya membatin tidak terima, raut wajah meringis kelam dengan perasaan tak nyaman. Dengan isi kepala gelap dan tidak bisa berpikir jernih, dia langsung meraih cepat ponsel dari saku jaketnya, mengirim pesan kepada seseorang. Ryan: Kamu bilang kalau aku melakukan pemotretan itu, maka dalam setahun aku bisa menjadi terkenal seperti Arkan dan Julian. Apakah itu benar? Tidak butuh waktu lama, balasan segera muncul di layar ponsel Ryan. Renata: Benar. Aku tidak pernah membohongi para rookie di managamenku. Asalkan kamu mau melakukan pemotretan menantang itu, aku yakin karirmu akan segera melejit. Merasa tidak puas hanya dengan pesan teks, Ryan segera menghubunginya. “Apakah aku bisa mendapat jaminan? Aku adalah pendatang baru, dan masih seorang rookie. Tiba-tiba saja melakukan debut kurang dari 2 bulan, bukankah terlalu cepat dan meragukan? Persiapanku sangat tidak layak.” Renata tertawa elegan di telepon, menjawabnya santai. “Tentu saja. Aku akan memberikanmu kontrak yang memuaskan. Selain daripada itu, aku akan memberikan dukungan yang luar biasa agar namamu segera naik dengan cepat. Kamu pikir kenapa Arkan dan Julian bisa dengan mudah masuk ke industri ini dan terkenal seperti sekarang? Dengar, Ryan Mirza Taraka, bakat dan penampilan saja tidak akan cukup untuk bertahan di industri hiburan. Kamu butuh pendukung, koneksi, dan akses besar untuk membangun dan melebarkan kariermu. Masalah kamu adalah seorang rookie yang terlalu cepat debut, itu bukan masalah. Pihak managemen publik akan membereskan apa pun yang akan muncul di internet terkait kemunculan mendadakmu yang mungkin akan sedikit sensasional. Lagi pula, wanita mana di dunia ini yang tidak terpesona dengan tubuh sebagus yang kamu miliki? Apalagi sangat pandai bermain game dan sudah memiliki nama besar di dunia itu? Kamu tidak hanya akan menjadi terkenal dan dikagumi oleh banyak penggemar dari seluruh negeri, tapi juga bisa mendapatkan banyak uang yang tidak akan pernah kamu bayangkan sebelumnya jika dibandingkan hanya menjadi gamer online rumahan selama ini. Bahkan, bisa saja pendapatan seorang aktor dan model terkenal jauh lebih banyak dibandingkan seorang gamer profesional yang hanya mengandalkan sebuah perusahaan kecil. Begini saja, kamu tidak perlu menolak tawaran dari mereka, tapi tetaplah bergabung ke agensiku. Aku tidak akan melarang jika kamu masih mau bermain game selama tahu batasan dan tanggung jawab sebagai talent di perusahaan kami. Malahan, perpaduan keduanya adalah hal yang bisa menjadi keuntungan bagi kita semua.” Ryan terdiam dengan kepala menunduk kelam, wajahnya sangat linglung dan penuh keragu-raguan. Pemotretan yang dia bicarakan dengan manager Renata adalah pemotretan sebuah merek pakaian eksklusif khusus pria, dan selama proses itu berlangsung dia hanya akan memakai kain segitiga tipis tanpa ada kain lain menutupi tubuhnya. Bukankah itu sama saja dia bertelanjang di depan umum? Ryan sangat dilematis, tapi dia tidak bisa membiarkan Casilda dekat-dekat dengan Arkan sialan itu! “Baiklah. Aku akan melakukannya. Tapi, kamu harus menepati janjimu untuk membuatku menjadi seorang superstar.” “Bukan masalah besar. Asalkan kamu mau mendengarkan semua perkataanku, kamu pasti bisa sukses, Ryan Mirza Taraka,” balas Renata dengan nada puas, tersenyum penuh kemenangan di seberang sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD