Bab 157 Suami Paling Sombong dan Narsis Sedunia

2065 Words
Sepanjang perjalanan di dalam taksi, Arkan terus menggenggam tangan Casilda seolah-olah tidak mau melepaskannya sedetik saja. Dia hanya diam tanpa mengatakan apa pun, dan malah bertopang dagu dengan mata terus menatap keluar jendela mobil. Sepertinya sedang melamun memikirkan sesuatu. Casilda juga tidak mengatakan apa pun semenjak suami aktornya bertingkah tidak biasa. Sejak Ethan pergi dari ruangan VIP restoran, Arkan tidak mau berlama-lama di sana dan tetap menarik Casilda ikut bersamanya. ‘Apakah dia sangat membenci Julian? Reaksinya benar-benar luar biasa sampai pakai kekerasan segala. Sungguh egois! Apa tidak memikirkan bagaimana para penggemar mereka nantinya jika ketahuan saling benci seperti itu? Superstar ternyata kadang sangat egois dan kekanak-kanakan, ya?’ batin Casilda cemberut. Selama hampir 1 jam, keheningan terus menggigit atmosfer di antara suami istri tersebut. “Loh? Untuk apa ke mari?” tanya Casilda dengan tatapan melongo bodoh, menatap tidak percaya kedai ayam krispi di depannya. Arkan sang Top Star yang sudah menyembunyikan wajahnya dengan kacamata dan syal yang dibeli darurat di tengah jalan, segera mengerutkan kening galak dan menarik kasar Casilda ke sisinya. “Makan! Kamu belum makan apa pun di restoran tadi, kan? Atau kamu ingin aku yang memakanmu? Mau ke hotel saja? Ingin puas dan kenyang dengan cara lain?” Casilda tersinggung! Dengan cepat langsung menginjak sebelah kaki pria arogan di sebelahnya. “Otak kotor! Sana pergi ke laundry dan cuci otakmu sampai bersih! Cuci juga sekalian hewan liar di bawah sana itu! Aku yakin pasti sudah kena rabies mematikan!” maki Casilda galak, tidak habis pikir mulut suaminya sangat jahat setelah perenungan lamanya yang sudah mirip seorang pertapa. Ternyata dia tidak berubah sedikitpun! Hewan liar yang dimaksud oleh Casilda tentu saja adalah ‘aset berharga’ dari seorang pria agar bisa melanjutkan keturunannya. Sebagai seorang playboy kelas atas, Arkan sangat kesal mendengar hinaannya. Bukankah istrinya ini tidak menghormatinya sama sekali sebagai seorang suami? “Eh? Mau apa? Lepaskan aku! Kamu gila? Mau bunuh aku di tengah jalan apa tidak pikir dulu hilangkan barang bukti?!” pekik Casilda sembarangan, mencoba melawan ketika Arkan malah berbalik dan menyeretnya ke sebuah jalan kecil. “Wanita pembangkang! Sepertinya kamu memang perlu diberi hukuman baru bisa diam dan tidak bergerak!” Casilda yang diseret paksa, segera menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dia tahu ada sebuah hotel sederhana di dekat sini, jangan-jangan mau membawanya ke sana? Dia itu manusia atau bukan, sih? Kenapa hampir setiap hari melakukannya? Tidak takut mati, ya? Dasar plaboy sialan! Langsung saja Casilda keringat dingin dan memikirkan semua siksaannya terakhir kali. Cepat-cepat otaknya memutar ide agar menghindari bencana tersebut. “Aku lapar! Aku tidak bisa melakukannya sekarang! Jangan bunuh aku dengan cara seperti itu!” bentaknya marah, lalu perlahan memasang wajah kasihan layaknya anak kucing yang baru saja disiram seember air es hingga terlihat tak berdaya. Mendengar kata lapar, Arkan segera ingat tujuannya datang mencari Casilda. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti, tapi dia tidak berbalik. Wajahnya termenung memikirkan sesuatu. Tangannya yang menahan Casilda menguat tajam. Hari ini, dia khusus menyelesaikan semua sisa pekerjaannya secepat mungkin, dan juga mendatangi perusahaan agensi agar bisa segera mengurus kontrak baru. Semua itu tidak lain alasannya karena demi Casilda. “Aku sungguh benar-benar lapar! Bisa tidak kita tunda besok saja hukumannya? Atau, tunda sampai malam hari saja? Aku sudah punya banyak masalah gara-gara dirimu hari ini! Bagaimana kamu akan bertanggung jawab dengan pekerjaanku terhadap Julian? Hutangku ada setinggi langit! Kalau tidak bekerja, bagaimana aku akan membayarnya? Kamu tidak mau marah-marah terus melihatku, kan?” Arkan berbalik dingin, wajahnya menggelap muram. “Jangan bahas dia di hadapanku, atau kamu akan menyesalinya selama seminggu.” Casilda tertegun syok. Kenapa dia harus menyesalinya selama seminggu? Wajah pucat Casilda sudah jelas sedang membayangkan banyak adegan tidak bermoral sang suami, dan segera menundukkan kepalanya tak berdaya. “Ma-maaf. Aku tidak tahu kalau kamu sangat membencinya sedalam itu. Aku bukannya mau ikut campur urusan kalian berdua. Tapi, bisakah kalian tidak mencampur-adukkan semua masalah menjadi satu? Orang-orang yang tidak bersalah bisa terkena imbasnya. Menjadi superstar bukan berarti kamu bisa semena-mena dengan sekitarmu, kan? Bukankah kalian seharusnya menjadi panutan bagi penggemar kalian semua?” Wanita berkepang satu menaikkan pandangan menatap pria tampan di depannya, sangat serius penuh tekad, meski keringat dingin menghiasi kulitnya. Dia tidak takut dengan Arkan, tapi dia tahu diri tidak bisa melawannya. Arkan baru meresponnya setelah beberapa detik, mendecakkan lidah malas dan berkata kesal, “kamu cerewet sekali. Benar-benar menjalankan tugasmu sebagai seorang istri, ya? Apa semua wanita yang telah menikah akan seperti dirimu?” Suara Arkan cukup besar, segera saja Casilda berjinjit dan menutupi mulutnya menggunakan kedua tangan. Sangat panik dan kesal. “Kalau kamu ingin aku kembali sebagai asistenmu, sebaiknya perbaiki sikapmu mulai sekarang! Hanya karena kamu bilang ingin aku kembali, lantas aku akan kembali begitu saja? Kamu jangan sok kuasa, ya, Arkan sang Top Star! Aku masih bisa melawanmu! Jangan anggap aku remeh!” Arkan malas bertengkar. Hatinya kesal mendapati istri gendut menyebalkannya mendapat perhatian dari dua pria tak biasa. Tanpa membalas ucapan Casilda, dia segera meraih pinggang Casilda dan menyeretnya kembali ke arah kedai ayam krispi. “Ka-kamu mau apa?!” “Berisik! Aku juga lapar! Kamu pikir kenapa aku sampai begini, hah?” Casilda terdiam melongo, menatapnya heran tanpa kedip. Dia itu bicara apa, sih? Menilai suasana hati sang suami sudah lebih baik dan tenang, Casilda tidak ada niat untuk merusaknya sama sekali. Patuh dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang, tapi dia dengan canggung mencoba melepas pelukan Arkan di pinggangnya. “Lepas. Kalau ada yang mengenalimu, bisa gawat, kan?” “Matamu benar-benar buta, ya? Atau punya kemampuan super bisa melihat tembus pandang dengan segala penyamaranku ini?” sinis Arkan dingin, menariknya lebih erat ke sisinya. Sangat percaya diri memeluknya bagaikan suami yang bermesraan dengan istri tercintanya. Wanita berkacamata bulat memerah malu, kehilangan kata-kata. Kepala ditundukkan menelan semua kata-katanya hingga ke perut. Jika dipikir-pikir lagi, selama dia menghabiskan waktu bersama Arkan, sepertinya dia tidak begitu marah lagi kepadanya setiap kali membuat masalah. Tapi, dia masih tidak terbiasa dengan segala sikapnya yang suka di luar dugaan. Seperti hari ini, dia memukul Julian tepat di hadapan investor penting perusahaan mereka. Dalam hati, Casilda bertanya-tanya apa masalah sebenarnya sampai kedua superstar itu saling membenci hebat? Tentu saja bukan hanya sekedar masalah plagiat dan persaingan karir, bukan? Sudah pasti ada hal lain di baliknya. “Oh, astaga! Aktor idolaku akhirnya datang lagi! Mari! Mari! Silakan duduk di mana saja!” sambut Bu Hamidah dengan riang gembira, berjalan ke sebuah meja di tengah ruangan dan menarik sebuah kursi untuk Arkan duduki. “Casilda, seharusnya kamu bilang dulu kepadaku kalau mau datang! Lihatlah, aku hanya bisa membuat makan dengan bahan sedikit di dapur! Untung saja kedai sudah sepi!” lanjutnya antusias, pura-pura semuanya sangat disayangkan. Wajah memelas dibuat-buat dan bersalahnya membuat orang sangat kesal, tapi tidak bisa membantahnya. Sudut bibir Casilda berkedut jengkel. Bisa-bisanya dia masih berakting begitu! Dasar bos rakus! Suasana kedai cukup sepi, hanya ada satu meja yang sedang dipenuhi pengunjung, tapi itu pun berada di sudut lain ruangan, makanya Bu Hamidah bisa berbicara leluasa dengan kedua pendatanga barunya tanpa takut apa pun. Arkan tanpa basa-basi langsung memesan banyak makanan, meski harus menunggu satu jam lebih telat daripada biasanya. Ini membuat Bu Hamidah girang luar biasa sampai lehernya mungkin sudah mau naik ke langit-langit ruangan. Dari jauh, Cindy yang kebetulan hanya dia yang sedang bekerja, sambil membantu Bu Hamidah di dapur sambil mengintip sesekali ke arah dua orang di tengah ruangan. “Bos, apa Kak Casilda sungguh bekerja sebagai asisten Arkan sang Top Star?” “Tentu saja! Aku, kan, sudah bilang berapa kali? Kamu lihat sendiri mereka sedekat apa? Lihat saja, ya, aku akan membuatnya jadi bintang iklan kita nomor satu!” seru Bu Hamidah sombong, terbahak kencang hingga membuat bulu kuduk Casilda berdiri semua di seberang ruangan. Suara tawanya terlalu keras! Apa tidak bisa menyembunyikan sedikit niatnya itu? “Bosmu kelainan, ya? Aku heran kamu bisa tahan bekerja di tempat seperti ini. Apa karena setiap hari kamu diberi makan ayam, makanya bersedia diperbudaknya dan jadi gendut begitu?” sindir Arkan penuh hina, menikmati kentang gorengnya dengan santai malas-malasanya, mata mengawasi wanita yang sibuk menyeruput teh dinginnya dengan kepala tertunduk muram. “Cerewet. Kamu lebih kelainan daripada dia,” omel Casilda dengan suara berbisik lirih, merajuk sebal. Demi kenyamanan sang aktor, Bu Hamidah dengan khusus menutup kedai untuknya. Sekarang, dia terjebak dengan pria arogan itu untuk digemukkan seperti ayam yang akan disembelih. Apa-apaan dia memesan semua menu yang ada di kedai ini, hah? Casilda tak habis pikir! Dia masih ingat terakhir kali sang suami memesan sekeranjang besar ayam krispi dan onion rings. Pada akhirnya, malah dia yang harus menghabiskannya sampai muak dan mimpi buruk dikejar-kejar oleh puluhan ayam krispi raksasa dan hujan onion rings di jalan raya! “Ini, makan. Aku tidak mau dituduh sebagai suami yang tidak memberi makan istrinya. Awas saja kalau kamu berani bergosip hal itu kepada dua pria tadi,” ancam Arkan seraya mendorong keranjang rotan berisi kentang goreng. “Ya. Kamu memang selalu memberiku makan. Tapi, apakah itu layak atau tidak, kamu tahu dengan jelas!” sinis Casilda acuh tak acuh, malas menjelaskan seperti apa dia harus makan selama ini seperti hewan peliharaannya saja dari wadah bekas makan Tuan Luis. Arkan tiba-tiba membeku syok, menatapnya tanpa kedip dengan mulut penuh. Dia seolah-olah baru saja ditampar! “Gendut! Kalau kamu ingin makanan mewah seperti traktiran pria sombong itu, aku juga bisa memberikanmu yang lebih mahal! Kamu mau makan setiap hari juga bisa! Apa kamu lupa, ya, aku pernah memberimu banyak makanan mewah! Dasar tidak tahu berterima kasih!” semburnya marah, tiba-tiba memukul meja penuh emosi dan tampak tidak nyaman. “Dia bukan pria sombong! Dia itu adalah Presdir Ethan! Investor baru perusahaan kita! Yang sombong itu kamu! Paling parahnya juga sangat narsis sedunia! Apa kamu tidak bosan mencari musuh di luar sana, Arkan sang Top Star? Kamu pikir semua orang akan terus membelamu mentang-mentang adalah seorang superstar yang digilai oleh banyak wanita? Julian tidak salah dengan kata-katanya! Kamu bisa redup sewaktu-waktu! Setinggi kamu naik, sesakit itu pula jika kamu terjatuh!” “RATU CASILDA WIJAYA!” “Kenapa berteriak?! Aku memang benar, kan?! Kamu sangat kekanak-kanakan hari ini! Kamu pikir sikapmu itu bagus? Sepertinya hanya tunanganmu saja yang buta melihat semua keburukanmu sejauh ini! Julian juga benar, suatu hari nanti semua keburukanmu akan terungkap di hadapan para penggemarmu! Kamu pikir, di saat kamu telah jatuh, apakah masih ada yang mau melihatmu? Mengasihanimu? Memberimu saja pinjaman 500 rupiah, mereka tidak akan sudi! Dasar pria narsis tidak tahu diri!” Saking marahnya Arkan dan cemburu buta dengan Casilda yang membela kedua pria itu, tanpa sadar dia meraih gelas teh dingin dan menyiramnya ke wajah Casilda! Syok! Casilda membeku dengan wajah basah tidak karuan. “ARKAN! KAMU SANGAT BERENGSEK! AKU BENCI DIRIMU SELAMANYA!” bentaknya marah, lalu menjerit kesal dan mulai melemparinya dengan kentang goreng secara membabi buta. “COBA SAJA KALAU KAMU BERANI, BABI GENDUT! LIHAT BAGAIMANA AKU AKAN MEMBUATMU MEMBAYARNYA!” bentak Arkan lebih marah, menahan tangan Casilda yang sudah meraih botol saus cabai untuk disiram ke wajah sang aktor. Mata sang pria melotot hebat melihat keberanian istrinya yang sudah semakin di luar nalar! Apa yang Julian ajarkan kepada Casilda selama ini? Kenapa istrinya semakin berani kurang ajar?! “Lepaskan tanganku!” “Tidak akan!” “Arkan sang Top Star!” Casilda sangat marah! Benar-benar sangat marah! Sifat Arkan yang sangat sombong dan semborono saat ini mengingatkannya kepada dirinya di masa lalu. Tapi, playboy sialan itu lebih parah! Casilda dulunya adalah wanita sombong yang berpikir dunia telah berada di dalam genggamannya hanya karena dia cantik, banyak yang menyukainya, dan dari keluarga kaya raya. Sayangnya, ketika keluarganya terkena musibah, semua orang seketika saja menjauh bagaikan melihat sebuah wabah menular mematikan. Semula yang dipikirnya adalah teman, ternyata adalah musuh. Semula yang dipikirnya adalah cinta sejatinya, ternyata adalah orang yang paling tega menyakitinya. Casilda tidak membela Ethan, dia hanya ingin bersikap profesional. Entah dia mengenalinya atau tidak, berpura-pura atau tidak, sama sekali tidak ingin dipikirkannya terlalu banyak. Apa gunanya memang? Hal paling penting yang perlu dipikirkannya sekarang adalah kelakuan suaminya. Jika Arkan sampai ketahuan telah menikah dengan wanita yang tidak layak seperti dirinya, dan semakin banyak membuat masalah, maka yang mendapatkan kesialan paling hebat adalah Casilda sendiri. Baik Ethan atau pun Julian, tidak akan terpana dengan status menikah yang disandangnya sekarang, mungkin akan mengejeknya sebagai wanita lemah dan bodoh. Mau-maunya ditindas oleh Arkan dan diperlakukan seperti binatang rendahan. “Casilda?!” “Ryan?!” Arkan berbalik melihat pria di depan pintu, wajah langsung menggelap suram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD