Bab 161 Ingin Sekali Membunuhnya seperti Kecoak!

2091 Words
#WARNING RATE 21 + Mohon maaf jika ada pembaca yang tidak nyaman. Bijaklah dengan isi cerita yang ada. …………………. Bukan Arkan namanya jika tidak m***m-m***m dengan istrinya begitu tiba di mansion mereka. Aktor tampan itu bahkan sempat-sempatnya membuat Casilda tidak bisa protes dengan segala godaannya begitu mereka berdua memasuki mansion. Untungnya, ketika jam 10 malam telah lewat, maka semua pelayan tidak boleh berada di ruang utama mansion tersebut. Mulai dari pintu masuk hingga ke kamar lantai dua, Arkan terus memeluk Casilda dan menciumnya posesif seperti orang yang sedang kesurupan parah. Wanita berkacamata bulat dan berkepang satu itu tidak memahami nafsunya yang terlalu liar. Jika Casilda melawan, maka dia akan mendapat hal yang lebih buruk daripada malam ini. Mungkinkah Arkan bertindak liar gara-gara kejadian hari ini yang membuat batas kesabarannya diuji terus? Dia pernah membaca kalau seks kadang adalah obat yang paling ampuh untuk meredakan stres seseorang. Tapi, tidak menyangka dia sendiri adalah tempat pelampiasan Arkan dengan cara yang brutal seperti sekarang. “Kenapa kamu lama sekali? Cepat masuk!” bentak Arkan dari bak mandi besar, sudah polos di dalam air dengan kepala dimiringkan arogan. Wajah pria itu tampak sangat lelah dan setengah mengantuk. Casilda berjalan mendekat dengan wajah malu-malu memeluk dirinya sendiri. Di tubuhnya sekarang hanya ada handuk sebatas dadanya. Pahanya dengan jelas terekspos lembut, terlihat sangat kenyal dan empuk. Arkan yang sebenarnya sudah seperti orang mabuk ini gara-gara terlalu mengantuk, tapi tidak kuasa menahan hasratnya melihat Casilda, terpana dalam kekaguman melihat penampilan seksi istrinya. “A-Arkan. Ba-bagaimana kalau aku menggosok punggungmu saja? Setelah itu kita istirahat dan tidur? Kamu pasti sangat lelah hari ini, bukan?” tanya Casilda gugup. Dia sangat malu jika harus satu bak mandi dengan pria itu dalam keadaan tanpa busana. Makanya, dia hanya bisa berdiri dari sisi pintu, tidak berani lebih jauh lagi melangkah. Selama ini, mereka berdua melakukan sentuhan penuh tanpa pakaian ketika Casilda dalam keadaan tidak sadarkan diri atau setengah sadar. Ini adalah sesuatu yang baru baginya. Tidak peduli Arkan telah memasukinya setengah jalan atau tidak, sekujur tubuhnya sekarang gemetar gugup dan sudah memerah dari kaki hingga kepala. Bagaimana dia akan bersikap setelah melakukannya? Kesadarannya sekarang benar-benar sangat terang dan jelas! Arkan mengerjapkan mata pelan, mulutnya membuka tertutup oleh efek terpananya terhadap sang istri. Segera dia menggelengkan kepala dan memasang tampang galak. “Kamu bercanda? Cepat ke mari! Jangan membuatku menunggu!” “Ta-tapi, Arkan. Kamu tidak lelah? Aku sangat lelah.” “Mau pura-pura? Kamu sudah makan banyak di mobil sebelumnya, dan juga sempat ketiduran bersamaku! Apa lagi alasanmu, hah? Lihat matamu di cermin! Bersinar sangat terang! Lelah apanya?!” Casilda kaget begitu melihat pria itu tiba-tiba mendapatkan kesadarannya secara penuh, dan berdiri marah dari bak mandi. Tiba-tiba suara gajah halusinasi berkumandang di telinga Casilda, membuat wajahnya memerah dan mata melotot hebat melihat benda itu sudah tegang, bergoyang pelan mirip ular berbisa! “KYAAA!! ME-MESUUUM!!!” jerit Casilda syok, punggung menghantam pintu hingga napasnya tertahan kuat. “KA-KAMU MAU APA?! ARKAN! KAMU MAU APA?!” lanjut Casilda panik, merasa ngeri melihat suaminya mendekat dengan kepala dimiringkan penuh percaya diri. Senyum di wajah tampannya dengan tubuh basah menggoda membuat jantung wanita ini berdetak gila antara kekaguman dan juga ketakutan. “Selain pemalu, ternyata kamu pintar juga, ya, berpura-pura polos? “Dasar pria gila! Pakai baju sana!” maki Casilda marah, melotot hebat penuh protes. “Kenapa? Kamu tidak suka melihatnya?” ledek Arkan, menggoyangkan pinggulnya dengan sengaja hingga gajah pribadinya melambai-lambai lucu. “KYAAA! KAMU BODOOOH!!!” teriak Casilda syok, memejamkan mata panik usai melihat benda itu bermain-main tepat di depannya dalam jarak sangat dekat. Seketika saja membuat Casilda malu sendirian, kepala ditundukkan serendah mungkin. Mustahil dia kabur, karena dia sudah terjebak di pintu, dan Arkan segera menahannya menggunakan kedua tangan. “Kamu lucu sekali, Casilda. Berapa kali kamu sudah melihat dan mengulumnya, tapi baru sekarang bersikap seperti ini? Ini juga bukan kali pertama kita mandi bersama. Kamu sedang bermain sesuatu, ya, agar malam ini lebih istimewa?” godanya dengan senyuman licik, menekan mesra tubuh Casilda yang panik menyadari kedekatan mereka sudah sangat berbahaya. Dengan suara gagap dan wajah pucat, Casilda mendongak cepat, berkata penuh peringatan, “A-A-Arkan! Kamu tidak bosan menyentuhku? Aku jelek dan gemuk! Kamu bisa cari wanita lain yang bisa membuatmu puas! Bagaimana kalau model wanita yang dulu kamu ajak pergi itu? Kamu bisa impoten jika terus bersamaku! Kamu tidak takut, hah?!” Arkan yang baru saja berniat menciumnya, seketika mengkelam suram mendengar kata-katanya yang tidak masuk akal. Impoten? Dia mungkin akan impoten kalau tidak menyentuhnya selamanya! Wanita ini! Benar-benar, ya! Apa dia sungguh tidak menaruh kecemburuan apa pun sebagai seorang istri? Lantas, apa maksud reaksinya dulu ketika melihatnya bersama wanita lain, dan dia malah sangat kacau di gudang parkiran studio pemotretan itu sampai menjerit histeris? Bukankah dia jijik mendapati suaminya menyentuh wanita lain? Dia bahkan masih ingat sampai sekarang, bukan? Arkan sangat geram! Rahangnya mengeras kuat. Belum pernah dia bertemu wanita yang begitu gigih menolak pesonanya yang luar biasa. Bahkan, ketika sudah jelas-jelas telah cemburu dan marah, dia malah ingin mendorongnya mencari wanita lain?! Konyol sekali! “Arkan!” seru Casilda panik, menahan tubuh Arkan yang sudah merendahkan kepalanya dalam posisi miring, siap untuk menciumnya. “Wanita. Kamu adalah istriku. Aku hanya menagih hakku semata. Kamu benar-benar minta disekolahkan lagi, ya, baru memahami posisi kita berdua sekarang ini? Otakmu dipenuhi oleh makanan juga sampai tidak bisa berpikir?” geramnya marah, kening bertaut kencang melihat Casilda dalam jarak kurang dari 5 cm. “A-anu... itu... Arkan... kamu harus melakukannya malam ini, ya?” cicitnya dengan suara lemah, mata menunduk menghindari tatapa tajam dan galak sang suami. Arkan tidak menjawab, dia hanya mencubit dagu Casilda, lalu melumat bibirnya rakus dan ganas! Casilda memejamkan mata merasakan serbuan Arkan, napasnya perlahan mulai memanas dan berat. Detik berikutnya, tiba-tiba handuk di tubuhnya jatuh begitu saja. “Kamu tahu betapa aku sangat menahan diri kepadamu hari ini? Tidak hanya menyebalkan, tapi juga membuatku ingin mencabik-cabikmu! Beraninya membela pria lain daripada suami sendiri!” desis Arkan di sela-sela ciuman brutalnya, menekan Casilda lebih mesra ke pintu hingga kulit bertemu kulit itu bagaikan bara api panas. Menyengat dan sangat bersemangat! Casilda mulai pusing dan kepalanya seperti berasap. Dia tidak tahu alasan jelas Arkan ingin menyentuhnya sekarang. Apakah karena ingin menghukumnya, atau karena ingin melampiaskan keinginan biologisnya semata. Satu hal yang pasti, dia jelas dipermainkan di tangan pria itu. “Argh!” desah Casilda setengah menjerit kesakitan, ketika Arkan menarik sebelah kakinya hingga naik ke pinggang seksi pria itu. “Masuk sedikit lebih dalam, bukankah sangat bagus? Bonus dariku karena kamu tadi sangat patuh di mobil,” godanya dengan tatapan liar dan lapar. Jantungnya memburu cepat seperti hewan buas yang berlari di hutan belantara. Dengan cepat, ciuman rakusnya datang menenggelamkan akal sehat lawan mainnya. Tubuh Casilda gemetar dingin dan gugup, merasakan inti tubuhnya sudah hampir penuh, tapi terasa tanggung karena seperti sedang tersumbat di sana. Sangat tidak nyaman! Itu terasa geli, membuat perasaan tidak puas dan obsesif hebat hadir di hati Casilda. Sembari menggigit bibir gelisah, dia mencoba menolak keinginan untuk memohon. “Ayo, sekarang katakan kalimat ajaib itu, Ratu. Casilda. Wijaya,” bisik Arkan seksi dengan suara rendah memikatnya di telinga sang istri, menggerakkan pinggulnya perlahan maju mundur dalam tekanan dan ritme yang ditahan. Casilda menjerit di dalam otaknya! Mata dipejamkan kuat-kuat oleh sensasi menyiksa itu! Kedua kakinya sangat lemas seperti jelly, dan mau tidak mau dia harus memeluk Arkan super kuat agar tidak ambruk ke lantai! “Casilda, cepat katakan... dan semua siksaan ini akan segera berakhir dalam hitungan detik...” goda Arkan lagi dengan suara yang lebih memikat dan serak. Bibirnya bermain halus di leher sang wanita hingga membuatnya mendesah tidak berdaya. Wanita dengan rambut sudah tergerai dan acak-acakan itu, sudah merasakan seluruh ruangan berputar. Jika terus seperti ini, dia mungkin akan segera pingsan! “Arkan... aku mohon...” “Ya? Katakan! Cepat katakan!” desaknya tidak sabaran, tersenyum lebar sangat bahagia melihat wajah sayu dan memohon istrinya. “Hentikan... aku mohon... tolong hentikan....” Arkan menggelap suram. “Kamu benar-benar keras kepala!” desis Arkan marah. Ketika Arkan hendak menyentaknya masuk secara penuh gara-gara kesal dan kecewa, Casilda segera menahannya sekuat tenaga, mencegahnya melakukan apa yang ingin dilakukannya. “CASILDA!” “Aku... aku sangat pusing...” balasnya lemah, kedua tangannya yang menahan pinggang Arkan gemetar dingin tak terkendali. Pria tampan itu bukannya tidak tahu keadaan Casilda, tapi dia sudah benar-benar di batas kesabarannya! Dia sudah tidak sabar ingin menyetubuhinya secara penuh dan normal! Bukannya main-main seperti sekarang! “Kita tidak akan berhenti! Memohonlah kepadaku terlebih dahulu dan selesaikan satu ronde bersamaku!” “Arkan... aku benar-benar tidak bisa...” terang Casilda dengan kepala digelengkan cepat. French kiss barusan terlalu lama dan menggebu-gebu, membuat Casilda benar-benar kewalahan dan lemas. Dia tidak tahu kalau ciuman seseorang bisa membuatmu terkuras energi begitu banyak. Napasnya bahkan sangat kacau dan tidak normal. “Casilda! Kamu sedang menggodaku, ya?!” Gelengan kepala kembali diberikan. Tanpa peringatan, Casilda maju dan jatuh ke dalam pelukannya. “Aku mohon. Tolong lepaskan aku malam ini. Aku rasanya tiba-tiba tidak enak badan. Kepalaku berputar...” bisik Casilda serak di dadanya yang bidang. Arkan tertegun sebentar, membalas ragu-ragu dan canggung pelukan Casilda yang tengah bertumpu pada tubuhnya. Apakah dia benar-benar lelah? Di mobil beberapa saat lalu, dia memang tidak baik-baik saja. Di dalam hati Arkan yang paling dalam, Casilda adalah cinta pertamanya yang sangat berharga. Dia sangat tahu hal ini. Jika tidak, hidupnya tidak akan mungkin jungkir balik tidak karuan sampai ingin bunuh diri gara-gara patah hati dan dihina olehnya di masa lalu. Namun, karena sakit hati dan dendamnya yang telah mengendap selama bertahun-tahun, ditambah lagi dengan kepribadiannya yang telah berubah total, Arkan jelas tidak akan sudi mengakui hal itu secara terang-terangan. Bagi superstar playboy yang arogan sepertinya, gengsi, martabat, dan harga diri adalah hal-hal yang paling penting di dunia ini melebihi apa pun. Dia menjadi kuat dan percaya diri seperti sekarang, semuanya berkat mengeraskan dirinya seperti berlian. Lucunya, yang membuatnya seperti itu adalah gumpalan lemak yang tengah berdiri gugup dalam pelukannya, dan dia jugalah yang membuatnya kadang-kadang tidak berdaya. Ya. Sekalipun Arkan telah tidur dengan banyak wanita, dendam dan benci begitu kuat, sang aktor tidak bisa membohongi dirinya. Casilda tetaplah wanita yang selalu memenuhi hatinya sejak dulu. “Arkan... kamu... mau... apa...” Casilda sudah sangat pusing, dan pandangannya mulai berkunang-kunang. Dia bisa merasakan tubuhnya seperti sedang diseret oleh Arkan. Apa dia akan melemparnya ke lantai karena membuatnya kesal? “Dasar istri menyebalkan! Benar-benar durhaka!” omel Arkan geram. Meski kata-katanya terdengar marah dan tidak enak di dengar, ekspresi wajahnya melembut dan tidak tegaan. Dia menyeret Casilda bersamanya menuju bak mandi, karena merasa tidak rela menarik diri dari penyatuan setengah jalannya saat ini. Arkan tidak mau menarik diri! Enak saja! Susah-susah masuk, malah harus keluar begitu saja? Mimpi! Dia sudah nyaman dengan kehangatan dan sensasi sempit di bawah sana! “Arkan...” bisik Casilda tidak berdaya, mendongak menatapnya dengan wajah sayu yang lembut dan memohon. Kali ini, Arkan yang mendapatkan kesadarannya. Sangat jernih dan terang. “Sialan!” umpat Arkan geram dan tidak puas, terpaksa menarik diri gara-gara harus memasukkan Casilda ke dalam bak mandi. Arkan mendecakkan lidah marah, tapi mustahil memaksanya dengan kondisi sudah bersandar lemah di bak mandi. Maka dengan putus asa, dia hanya bisa berdiri menatap Casilda sambil membereskan kebutuhannya sendiri. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, Arkan mendesah keras sambil berlutut mencium Casilda yang masih tergolek lemas di dalam air. Satu tangannya masih sibuk di bawah sana. “Casilda, lihat aku,” titahnya posesif dan serak, meraih dagunya dan menggeram rendah. Casilda tidak bisa fokus, benar-benar sangat mengantuk sekarang. Suami bodohnya itu sedang apa, sih? Sepertinya dari tadi dia sedang mendesah seperti ayam yang disembelih! Apa aktor bersuara emas itu baru saja menelan paku berkarat? Baguslah! Biarkan dia menderita lebih banyak seperti dirinya! “Hehe....” “Kenapa kamu malah tertawa?!” protes Arkan heran, kening mengencang marah, tidak paham dengan kondisinya istrinya yang sangat aneh. “Suami bodoh, tapi aku suka....” balasnya pelan dengan wajah sayu tidak sadar, kemudian memajukan pelan tubuhnya, dan segera memberikan ciuman gaya Prancis yang lembut dan dalam. Arkan membeku di tempatnya. Mata membulat syok! Dia masih berlutut dengan tangan kanan berada di area terlarang itu. Dunianya tiba-tiba hening yang aneh. “Casilda...” gumamnya pelan, sepertinya melamun dan terpana di saat yang sama. Mata Arkan sang Top Star berbinar dengan penuh cinta dan harapan manis, persis anak kecil lugu yang bodoh. Namun, segera terpatahkan begitu Casilda bergumam lagi dalam keadaan mengigau. “Dasar suami super berengsek! Aku ingin sekali membunuhnya seperti kecoak!” “CASILDA!” Arkan meraung sangat marah! Nadi di pelipisnya berdenyut-denyut hebat!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD