Chapter 5 - Meet You

2095 Words
Chapter 5 - Meet You Pagi sekali Nicho sudah sampai di kantor. Ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Padahal semalam ia sudah lembur. Namun, masih saja pekerjaannya menumpuk. Nicho jadi ingat kejadian semalam. Kenapa ia begitu perduli pada Nadira? Padahal Nadira sekretaris barunya. Apa Nicho mulai suka pada Nadira? Oh tidak, suka apanya? Nicho langsung menepis pikirannya sendiri. Nadira itu sangat ceroboh, mana mungkin Nicho suka pada cewek ceroboh seperti Nadira. Sementara Nicho menginginkan cewek yang sempurna. Bagi Nicho, Nadira jauh dari kata sempurna. Saat kuliah dulu saja mereka sukanya bertengkar. Herannya setiap kegiatan pasti Nicho yang jadi senior pendampingnya. Kesal bukan? Nah, sekarang Nadira malah jadi sekertaris Nicho. Hmmm.. apa itu takdir. "Mikir apa sih gue! Ayo Nicho fokus sama poyeknya pak Oh Jin So. Kalau proyek ini sukses. Dady pasti bangga sama gue," rancau Nicho. Oh Jin So adalah anak dari dari pemilik perusahaan fashion terbesar di Korea Selatan. Keluarga Oh, sengaja memutus Oh Jin So untuk kerja sama dengan Multi Fashion Grup. Sekalian menuju Oh Jin So. Karena ini proyek pertama Oh Jin So di Indonesia. Kebetulan sekali Oh Jin So sangat menyukai negara Indonesia. Makanya ia sangat mahir dalam berbahasa Indonesia. Ponsel Nicho berdering. Di layar ponselnya tertera Momy. Itu artinya Kim Hana yang menelepon. "Hallo mom, ada apa?" Tanya Nicho saat menjawab telepon dari Kim Hana. "Kamu pasti udah sampai di kantor ya? Kerjanya jangan terlalu di fosir, Sayang. Momy enggak mau loh kamu sampai sakit," tebak Kim Hana. Nicho itu sama seperti Alfred. Pekerja keras, tanpa melihat waktu. Pokoknya apa yang mereka inginkan. Harus segera terwujud. Sementara Kim Hana, orangnya terlalu slow. Kim Hana tidak mau terburu dalam melakukan sesuatu. Prinsipnya memang berbeda. Namun, Alfred dan Kim Hana bisa bersatu. Karena perbedaan justru yang menyatukan mereka. Alfred selalu ingin cepat dan tepat waktu. Makanya tidak heran sifatnya turun ada Nicho. Karena buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. "Momy tahu aja. Nicho lagi ada kerjaan mom. Jadi harus berangkat pagi-pagi. Momy sehat kan? Kondisi Dady gimana?" tanya Nicho. "Dady masih gitu-gitu aja. Oh iya kapan sayembara kedua kamu adakan. Momy pengen loh lihat kamu sama pasangan pilihan kamu. Dady juga pasti senang lihat kamu sama pacar kamu. Jangan menginginkan perempuan yang sempurna Nicho. Karena tidak ada perempuan yang sempurna. Kamu harus ikuti apa kata hati kamu. Momy yakin, cepat atau lambat. Cinta itu akan datang dengan sendirinya. Carilah perempuan dengan kesederhanaan, yang mencintai kamu sepenuh hati kamu. Yang menyayangi kamu tanpa melihat kamu itu siapa. Momy tahu, perempuan seperti itu susah di cari, tapi momy yakin kok. Enggak akan lama lagi dia pasti datang," nasehat Kim Hana panjang lebar. "Iya, Mom," sahut Nicho malas. Lagi-lagi itu yang di bahas Kim Hana. Seakan kelihatan banget Nicho tidak bisa mencari pasangan. Mau bagaimana lagi, Nicho belum mengerti apa itu cinta. Cinta? Seperti apakah cinta itu? Apa sama rasanya seperti momynya mencintai Nicho? Nicho selalu mencari tahu bagaimana itu cinta. Karena memang ia terlalu dingin pada cinta. Tidak terbesit sedikitpun untuk menikah muda. Seperti yang dadynya inginkan. Kenapa juga harus menikah muda? Nicho menjadi pengusaha suksespun itu berkat Alfred ayahnya. Kalau bukan karena Alfred. Nicho bukan apa-apa. Sebetulnya yang menjadi sorotan adalah Alfred. Karena Alfred yang meneruskan usaha keluarga. Sampai sukses dalam bidang fashion. Ya, Multi Fashion Grup adalah perusahaan turun pernurun. Dari mulai pemilik pertama Roberto Erlangga Smith sampai sekarang di pegang oleh Nicho. Robertho adalah kakek buyutnya Nicho dari beberapa keturunan. Perusahan Multi Fashion Grup masih terus bertahan. Agar tetap berjaya di dunia fashion. Syukurnya sampai sekarang perusahaan tetap maju sampai manca negara. Mereka beruntung karena sudah menjadi bagian dari keluarga Smith. Sekarang siapa yang tidak kenal Multi Fashion Grup. Pasti semua orang telah mengenalnya. Sampai-sampai kisah anak semata wayangnya Robertho, bernama Dimas Erlangga Smith. Sampai di jadikan n****+ dan film. Awalnya pemeran utamanya itu Fabio Gunawan. Aktor muda terkenal yang sangat bagus aktingnya. Sayangnya, baru beberapa kali shooting. Fabio keburu meninggal karena penyakit hemofilia yang ia derita. Fabio meinggal akibat terjatuh dari tangga. Pendarahan yang sangat hebat membuat Fabio shock dan meninggal. Akhirnya di gantikan oleh Leonardo Avtiano. Yang sekarang menjadi suami Merlinda Camira, yang juga aktris terkenal. Sebelum Fabio meninggal. Merlin juga sempat menjadi kekasihnya Fabio. Namun, cinta mereka kandas karena kabar hoax tentang Fabio. Kembali lagi ke Nicho. Karyawan-karyawan kantor mulai masuk. Karena waktu telah menunjukan pukul tujuh pagi. Nicho melihat Nadira yang baru saja masuk ruangannya dengan terpincang-pincang. Entah kenapa Nicho merasa kasihan pada Nadira. Harusnya Nicho tidak sekejam itu ngerjain Nadira kemarin. Nadira sampai harus lembur sampai malam. Nicho tahu, Nadira pasti ketakutan saat telepon di ruangannya berdering. Padahal yang menelepon adalah Kim Hana. Biasa menanyakan kabar Nicho. Siapa yang tidak heran dan takut. Telepon berdering pada jam sepuluh malam. Namun, Nicho sudah biasa dengan hal itu. Toh yang meneleponnya bukan setan. Melainkan Kim Hana, momynya sendiri. ******** Cafetaria Kantor. Nadira menceritakan kejadian semalam pada Vina. Karena Vina begitu kepo, kenapa kaki Nadira sampai terkilir. Vina malah berdecak kagum. "Gila! Dia jatuh cinta beneran tuh kayaknya sama elo. Biasanya dia cuek aja sama karyawan cewek lainnya. Lagian elo juga sih mau aja di kerjain sama CEO kita. Kerjaan seminggu elo embat seharian," komentar Vina saat Nadira menceritakan kejadian semalam. "Enggak mungkin lah, Vin. Elo tahu kan, dari zaman kuliah dia itu enggak pernah suka sama gue. Kalau tahu Multi Fashion Grup, CEOnya dia. Mana mau gue kerja di sini. Yang gue tahu itu direktur utamanya. Pak Alfred, eh ternyata anaknya malah kakak senior gue!" Bantah Nadira. "Oh iya yah, Nicho itu kakak senior kita waktu kuliah. Kok, gue bisa lupa yah. Gue juga enggak pernah lihat dia di kantor sih. Yang gue tahu, CEO kita itu terkenal dingin sama cewek, galak sama suka mecat orang sembarangan. Ternyata orangnya kak Nicho," rempet Vina. Mereka berdua memang cocok bersahabat. Sama-sama bawel kalau sudah bercerita. Tidak ada rahasia diantara mereka. Vina selalu cerita apapun pada Nadira. Begitupun sebaliknya. Karena Vina sudah seperti saudaranya sendiri. Nadira tidak punya siapa-siapa lagi. Selain ibunya dan Vina. "Tapi Vin, elo jangan ribut yah kita satu almamater sama Nicho. Dia enggak mau semua orang tahu. Kalau kita satu almamater," pinta Nadira. Mengingat ucapan Nicho kemarin saat meeting bersama pak Oh Jin So. "Loh kenapa? Permintaan Nicho aneh banget sih. Dia malu yah pernah satu almamater sama kita?" Tanya Vina sedikit ketus. Nadira mengangkat bahunya. "Entahlah. Pokoknya kita nurut aja dulu apa yang dia mau. Bisa-bisa gue di pecat kalau enggak nurut." Saat ini Nadira memang sangat membutuhkan uang banyak. Nadira harus segera melunasi hutang pada rentenir. Kalau tidak, bunga akan semakin membengkak. Hal itu malah akan memperlama hutangnya lunas. Nadira tahu, bukan hanya dia yang mengalami hal ini. Banyak orang di dunia yang terlilit hutang. Bahkan lebih parah nasibnya dari Nadira. Namun, entah kenapa ia merasa takut tidak mampu dengan semua beban ini. Hutangnya masih sangat banyak. Masih jauh dari kata lunas. Harus bekerja berapa lama untuk melunasi hutang ayahnya? Hmmm.. Nadira harus sabar. Semua ini bukan salah ayahnya. Melainkan karena ayahnya sangat menyayangi almarhum adiknya. "Ra, tuh manager Park Wo Bin. Katanya elo mau bicara sesuatu sama dia," ucap Vina membuyarkan lamunan Nadira. Ya Tuhan, pesona manager Park Wo Bin itu luar biasa. Jantung gue selalu deg degan tiap kali lihat wajah gantengnya. Apa mungkin yah gue bisa jadi kekasihnya? Pasti tipe cewek yang manager Park Wo Bin inginkan levelnya sangat tinggi. Gue mana mampu masuk ke dalam kriterianya, rutuk Nadira dalam hati. "Ra, Ra, Nadira!" Panggil Vina sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah Nadira. "Elo ngelamun mulu nih, keburu pergi tuh manager Park Wo Bin. Elo gimana sih!" Omel Vina. Nadira selalu terdiam dan terpaku kalau bertemu dengan manager Park Wo Bin. Badannya seakan kaku sulit di gerakan. Bahkan bibir seakan tekunci. Begini nih, tipe orang yang sudah bucin. Manager Park Wo Bin adalah tipe cowok idaman Nadira. Karena dia mirip sekali dengan idola opa Koreanya Nadira. Semoga saja keinginan Nadira untuk menjadi kekasih manager Park Wo Bin bisa tercapai. "Gue enggak bisa gerak, Vin. Tiap ketemu manager Park Wo Bin, maunya gue mandangin dia terus. Kegantengannya itu loh, selalu bertambah tiap harinya. Kalau dia sampai beneran jadi milik gue. Gue bakalan joged ala back pink deh." Nadira benar-benar sudah naksir berat pada manager Park Wo Bin. "Hmmm dasar bucin Korea. Ada orang Korea asli di depan mata langsung elo embat. Ra, enggak semua yang terjadi di drama Korea. Seindah kenyataan hidup, Ra. Buktinya elo jomblo sampai sekarang. Hahha," ledek Vina. "Sialan lo!" Tukas Nadira. Bertemu dengan manager Park Wo Bin adalah suatu anugrah. Yang membuat Nadira selalu bersemangat setiap harinya untuk bekerja. Karena ia ingin sekali menunjukan. Kalau ia bisa bekerja dengan baik. Loyaitas kerjanya pada perusahaan sangat besar. Sama seperti manager Park Wo Bin. Agar manager Park Wo Bin kagum pada Nadira. Kalau sudah kagum. Otomatis dong dia melirik Nadira. Pedekate terus jadian deh. Ya, itu hanya impian Nadira saja. Karena sampai saat ini. Cintanya pada manager Park Wo Bin belum menunjukan hal apa-apa. Malah tidak berkembang sama sekali. "Hallo Nadira, Gwaenchanha? (Kamu baik-baik saja?)" Tanya manager Park Wo Bin. Nadira terkejut dengan yang ada di hadapannya sekarang. Sejak kapan manager Park Wo Bin ada di hadapannya. "Eh pak, saya baik-baik saja kok. Ada apa yah?" Tanya Nadira seperti orang bodoh. Duh, malu sekali rasanya kepergok bengong di depan kecengan. "Kamu sesudah istirahat di panggil pak Nicho ke ruangannya," ucap manager Park Wo Bin. Dikatakan mau ngomong apa. Ternyata malah di suruh ketemu CEO menyebalkan itu. "Baik, opa!" Ceplos Nadira. Nadira langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Lagi-lagi ia ceroboh di depan kecengannya. Malu banget, mau taruh di mana coba wajah malunya Nadira saat ini? "Hahah, kamu lucu juga ternyata," manager Park Wo Bin malah menertawakan tingkah lakunya Nadira. "Maaf yah pak, kebanyakan nonton drama Korea. Jadi lihat orang Korea dikit. Langsung di bilang opa," timpal Vina menyebalkan. Ya, enggak usah bilang keseringan nonton drama Korea juga kali di depan manager Park Wo Bin. "Haha, iya enggak apa-apa. Saya juga kadang suka nonton drama Korea kok," ujar manager Park Wo Bin. "Oh iya, wah aku ada temennya nih. Oh iya, pak. Sepulang kerja ada waktu enggak? Ada sesuatu yang mau saya tanyakan," pinta Nadira. Manager Park Wo Bin tampak berpikir sejenak. Kemudian ia mengecek ponselnya. Mungkin mengecek jadwal kerjanya. "Boleh, kebetulan hari ini saya pulang cepat," sahut manager Park Wo Bin sambil tersenyum. Otomatis membuat jantung Nadira deg deg ser. "Oke, selamat bertemu nanti sore. Jangan lupa setelah ini kamu ke ruangannya pak Nicho," ujar manager Park Wo Bin. Setelah itu, manager Park Wo Bin pergi meninggalkan Nadira dan Vina. "Apa sih yang elo mau bicarain sama manager Park Wo Bin? Gue jadi penasaran," Vina mulai kepo. "Yang tadi gue bilang. Gue pengen tahu. Alasan kenapa Nicho segitu perdulinya sama gue. Gue penasaran aja. Apa yang di bisikin sama manager Park Wo Bin. Waktu gue mau interview. Soalnya, awalnya Nicho nolak gue jadi sekretarisnya, tapi pas manager Park Wo Bin bisik-bisik sama Nicho. Gue langsung di terima. Kan aneh, jadi gue harus selidiki hal ini." Memang sedikit janggal. CEO yang katanya terdengar dingin dan cuek terhadap wanita. Namun, malam itu. Nicho memperlihatkan sisi lain dari dirinya. Yang belum banyak orang tahu. Memang sifat dinginnya tidak hilang, sifat perduli pada Nadira itunya loh, harus di pertanyakan. Bisa jadi apa yang dibisikkan oleh manager Park Wo Bin mempengaruhi sikap Nicho pada Nadira. "Elo yakin mau nanyain hal itu sama manager Park Wo Bin?" Nadira mengangguk mantap. "Iyalah, siapa tahu gue dimanfaatin. Atau di jadiin bahan taruhan." "Ngarang ah elo! Jangan terlalu banyak drama, Ra," bantah Vina. "Biarin, elo aja yang enggak suka drama. Masih jomblo kan. Hahah, atau jangan-jangan Nicho bersikap kayak gitu karena di suruh manager Park Wo Bin, karena diam-diam manager Park Wo Bin suka sama gue. Ya amppppuun lemes gue bayanginnya," rancau Nadira, kalau sudah ngehalu. Nadira memang selalu ketinggian. "Kebanyakan nonton drama lo. Jangan curigaan gitu ah. Ini nih akibatnya kalau suka nonton drama. Elo jadi sering ngelamun, hidup elo penuh drama. Jatohnya, elo jadi ceroboh. Nabrak sesuatulah, kaki elo terkilir lah. Ini bukan yang pertama kalinya elo kayak gini. Stop drama, Ra! Elo harus fokus ke dunia nyata elo. Karena elo bukan hidup di drama Korea!" Tukas Vina. Kadang omongan Vina sedikit nyekit. Memang semua yang di ucapkan Vina ada benarnya. Namun, entah kenapa. Nadira masih belum bisa memimpikan manager Park Wo Bin. Untuk menjadi kekasihnya. "Iya, iya," ucap Nadira sambil manyun. "Percayalah, Ra. Kalaupun jodoh elo bukan orang Korea. Gue yakin kok, dia bakalan sayang sama elo," terus Vina, ia merasa tidak enak melihat Nadira murung seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD