"Aku harus bagaimana sekarang? Kalau sampai media tahu aku tidur bersama artis papan atas seperti dia, namaku akan viral. Mama, papa, kak Zein, mbak Amira, mereka semua pasti akan marah besar. Aku bisa diusir dari rumah, dan jadi gembel. Oh Tuhan, bagaimana ini?" Lira panik. Dia sudah membayangkan bagaimana reaksi keluarganya kalau sampai tahu dia tidur dengan Hyunjin.
Semalam, dia memang sempat berencana untuk menyerahkan dirinya pada sang kekasih, Edo. Tapi semua dia urungkan setelah tahu kalau lelaki itu ternyata mencari kehangatan dari wanita lain. Lira sama sekali tidak menyangka kalau dia berakhir memberikan mahkotanya kepada lelaki asing. Apalagi publik figur seperti Kim Hyunjin.
"A-aku harus kabur sekarang. Sebelum managernya, atau siapapun memergoki kami dalam satu ranjang seperti ini," gumam Lira sambil menggeser tubuhnya pelan-pelan. Dia tidak mau sampai membangunkan lelaki yang tengah pulas di sisinya itu.
"Kamu mau berusaha kabur, Gadis Nakal? Setelah kamu menodaiku, kamu ingin pergi begitu saja? Jangan mimpi! Mestinya kamu mengenalku, bukan? Kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan, Nona." Hyunjin berucap sambil melingkarkan tangannya lumayan erat di perut Lira.
Lira langsung menoleh ke arah Hyunjin, dan menatap lelaki itu dengan tatapan tajam. Dia tidak terima atas panggilan yang diberikan oleh lelaki itu. Dia bukan gadis nakal. Lira melakukan semuanya karena pengaruh minuman yang diminumnya. Lagipula, dia melakukan itu dengan Hyunjin sebagai orang pertama yang menjamah tubuhnya.
"Oh, ternyata seperti ini sisi asli Anda di balik layar, ya? Anda yang suka tidur bebas dengan semua wanita, lalu Anda menganggap saya sebagai orang yang begitu terhina karena telah tersesat di ranjang Anda. Sungguh keterlaluan!" umpat Lira kesal.
Dia sangat memuja Hyunjin sebelumnya. Apalagi perannya di drama sangat memukau. Lelaki itu juga memiliki wajah yang rupawan. Jangan lupakan tubuhnya yang indah. Lira pernah melihatnya di dalam adegan drama yang lelaki itu mainkan. Juga sekarang, di depan matanya, Hyunjin memamerkan otot-otot perutnya yang keras.
Tapi sekarang kenyataan berbalik. Dia sedikit membenci lelaki itu karena sudah memanggilnya dengan sebutan gadis nakal. Seolah dia adalah wanita malam yang sengaja menjajakan tubuh ke lelaki hidung belang yang membutuhkan jasanya.
"Yakin hanya tersesat? Aku meragukanmu, Nona. Bagaimana kalau kamu memang sengaja memata-mataiku, mengintai keberadaanku, lalu memaksaku berhubungan badan. Setelah itu kamu akan menjadikan semua ini sebagai alat untuk memerasku nanti. Siapa yang akan tahu?" Hyunjin berucap sinis.
Lelaki itu bangkit dari tidurnya, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu menyibakkan selimut yang menutupi dirinya dengan begitu santai. Lira bahkan bisa melihat merek celana dalam yang tengah digunakan oleh Hyunjin. Calvin Klein, sebuah merk fashion terbesar yang menjadikan beberapa aktor dan aktris terkenal termasuk Hyunjin sebagai brand ambassador.
"Pemikiran Anda sangat picik, Tuan Aktor. Menyesal rasanya pernah mengagumi sosok aktor seperti dirimu. Saya pikir, Anda seorang yang pintar, dan bijak. Bukan seorang arogan yang suka menuduh sembarangan."
Hyunjin tidak menanggapi. Dia memilih turun dari ranjang, dan berjalan ke arah meja kecil yang letaknya tidak terlalu jauh dari jangkauannya. Sudah menjadi sebuah kebiasaan, saat bangun tidur, Hyunjin harus segera minum air putih.
Lelaki itu meraih botol air mineral yang terletak di atas sana, membukanya dengan satu gerakan, lalu menenggak setengah dari isinya. Sementara Lira menarik selimut, dan menjadikan selimut itu sebagai pelindung tubuh telanjangnya. Walau dia yakin, tidak ada satu pun dari bagian tubuhnya yang luput dari pandangan sang aktor. Lelaki itu sudah menikmati seluruhnya.
Setelahnya, Hyunjin duduk di pinggiran meja. Dia mengembalikan letak botol yang ada di tangannya ke tempat semula. Lelaki itu terdiam sesaat. Seakan dia tengah memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Lira menunggu dengan segudang rasa penasaran yang membuncah.
"Aku tidak menuduh sembarangan, Nona. Semalam kau masuk ke dalam kamarku seperti orang kesetanan. Memaksaku melakukan hubungan intim, seolah kau merupakan wanita yang sangat berpengalaman. Kau bahkan dengan tidak tahu malu membuka bajumu begitu saja di atas pangkuanku. Sekarang coba kau pikirkan, bagaimana aku tidak mencurigaimu melakukan itu dengan sengaja? Tidak ingatkah dengan semua yang sudah kamu lakukan semalam? Atau kau hanya pura-pura tidak ingat untuk menutupi rasa malu?"
Lira sudah mencoba mengingatnya, tetapi tidak berhasil. Dia hanya ingat kalau dia melihat Edo sedang menggarap wanita lain di kamarnya, lalu dia ke hotel untuk minum-minum, dan setelahnya, Lira sama sekali tidak ingat. Mendengar semua penuturan Hyunjin justru membuatnya merasa geli dengan tingkahnya sendiri. Dia tidak menyangka akan sedepresi itu hanya karena patah hati.
"Saya bersumpah, saya tidak mengingat apapun tentang tadi malam. Saya minta maaf kalau saya sudah membuat Anda merasa tidak nyaman. Satu hal yang Anda perlu tahu, saya bukan wanita malam. Semalam Anda sudah mengambil mahkota saya. Anggap saja itu sebagai bonus untuk Anda, dan biarkan saya pergi sekarang." Lira berusaha memberikan penawaran. Dia hanya ingin segera pergi dari ruangan itu, dan bebas dari Hyunjin. Sungguh, Lira tidak berniat untuk melakukan apapun setelahnya. Dia hanya ingin terlepas dari jeratan skandal dengan aktor tersebut.
Hyunjin tertawa terbahak-bahak, seolah ada sesuatu yang sangat menggelitik perasaannya. Dia tidak akan memberikan kebebasan secepat itu pada Lira. Sesaat kemudian dia kembali serius dan menatap wanita itu dengan tatapan serius.
"Kamu ingin pergi dari sini? Jangan mimpi, Nona. Aku adalah aktor terkenal, dan profesiku sangat beresiko. Aku tidak dapat mempercayai semua ucapanmu. Bisa saja kamu memang seorang sasaeng yang sedang menjalankan tugas dari seseorang. Setelah bebas, kamu akan menjual seluruh informasi yang kamu miliki tentangku ke media. Aku tidak mau mengambil resiko untuk itu."
Lira tertawa sekaligus menahan kesal. Jujur saja, dadanya sakit mendengar tuduhan yang diberikan oleh Hyunjin. Dia tidak sepicik itu. Buat apa menjual informasi artis, kalau dia tidak kekurangan apapun? Lira tidak sejahat itu. Dia juga tahu kalau itu tindakan ilegal yang membayakan seorang aktor.
Semalam, semua yang terjadi murni kecelakaan. Kalau bisa memilih, Lira lebih baik pulang ke rumah dan meminum beberapa butir obat penenang, daripada harus sengaja memaksa orang asing melakukan hubungan intim.
"Sasaeng? Anda masih menuduh saya sebagai sasaeng? Saya tidak kurang kerjaan, Tuan Hyunjin. Saya juga memiliki segudang kesibukan yang padat."
"Sudah kubilang, aku tidak bisa percaya dengan kata-katamu. Sudahlah, untuk urusan semalam anggap saja kita bersenang-senang. Aku akan membuat surat pernyataan di atas materai supaya kamu menutup mulut. Selain itu, kamu harus menjadi asisten pribadiku selama enam bulan."
Lira tidak bisa menerima keputusan Hyunjin. Enam bulan bukanlah waktu sebentar. Dia tidak mungkin meninggalkan kesibukannya begitu saja selama itu. Dia harus mengurus salon kecantikan miliknya, juga sesekali mengurus hotel. Apalagi salon kecantikan miliknya itu sudah dia kembangkan sejak lama. Rasanya tidak mungkin bagi Lira untuk meninggalkan salon kesayangannya begitu saja.
"Apa Anda tidak salah? Ke Korea? Jadi Asisten Anda selama enam bulan? Itu terdengar sangat konyol, Hyunjin! Saya tidak bisa meninggalkan apa yang menjadi tanggung jawab saya di sini. Tolong jangan egois. Anda bisa memenjarakan saya kalau sampai saya menyebarkan berita tentang Anda. Apa itu tidak bisa menjadi solusi?"
"Aku hanya ingin memastikan kamu bukan penguntit. Selama enam bulan kamu juga akan aku bayar mahal. Tidak usah khawatir soal itu. Aku bukan tipe orang yang suka memakai jasa seseorang cuma-cuma." Hyunjin berucap santai. Seolah dia benar-benar meremehkan Lira
Lira melayangkan tatapan ingin membunuh ke arah Kim Hyunjin. Kalau saja dia kebal hukum, dia sudah mencekik lelaki itu supaya tidak menyusahkannya. Sayang, dia tidak seberani itu.
"Saya tahu uang Anda berlimpah, tetapi tidak semua bisa ditakar dengan uang, termasuk waktu saya. Pokoknya saya mau dibebaskan. Saya menolak mentah-mentah tawaran Anda!"
Hyunjin sedikit terkejut. Dia tidak menyangka kalau Lira akan memiliki keberanian sebesar itu. Sayangnya, Lira berurusan dengan Hyunjin. Dia tidak akan membiarkan siapapun lolos dari jaringnya. Lira sudah masuk ke dalam kehidupannya, dan wanita itu tidak bisa pergi begitu saja sebelum Hyunjin memastikan kalau dia bukan wanita berbahaya.
"Kamu mau bebas?" tanyanya kemudian.
Mata Lira berbinar. Dia langsung mengangguk mengiyakan.
"Ya, saya mau bebas. Terima kasih karena akhirnya Anda mau memberi saya kepercayaan untuk itu," ucap Lira dengan gembira.
"Eits, tunggu dulu. Tidak semudah itu untuk bebas. Kamu harus membayar untuk apa yang sudah aku berikan semalam. Keperjakaan, kepuasan, kenikmatan, semuanya itu tidak gratis." Hyunjin berucap dengan senyuman licik.
Lira yang tadinya semangat berubah lesu. Tapi dia tentu tidak akan menyerah. Dia harus bisa bebas. Berapapun akan dia bayar, asal dia mampu.
"Baiklah. Akan saya bayar semuanya. Berapa uang yang harus saya berikan untuk menebus semuanya itu?" tanya Lira lantang. Seolah dia tidak takut sedikitpun dengan tantangan Hyunjin.
"Aku rasa ... tiga triliun cukup untuk semuanya. Bagaimana? Kamu akan membayarnya, bukan?"
Hyunjin sengaja memberikan nominal yang besar supaya Lira tidak sanggup untuk membayarnya.
"Hah? Tiga triliun? Anda benar-benar sinting, Hyunjin!"