Cantika dan Nur sudah tiba di pasar. Mereka menuju toko pakaian milik Acil Ita.
"Assalamuallaikum"
"Walaikum salam, Cantika cantik, tumben ke sini?"
"Acil, Cantika mau tanya, siapa yang menyebar gosip kalau Cantika hamil, dari mulut siapa berita itu pertama tersebar?"
"Eeh ... siapa bilang ada gosip begitu, tidak ada gosip begitu"
"Acil jangan bohong, aku yang mendengar langsung Acil, dan ibu-ibu pedagang lain bergosip!" Seru Nur.
"Kamu salah dengan Nur"
"Aku tidak salah dengar!"
"Oke, begini saja, aku akan laporkan ibu-ibu penggosip di pasar ini ke kantor Polisi atas tuduhan pencemaran nama baik. Aku tidak terima difitnah seperti ini!"
Cantika mengambil ponsel dari saku celananya.
"Eeeh ... tunggu Cantika cantik, jangan lapor Polisi sayang, Acil cuma ikut mendengarkan, Acil juga tidak percaya kalau berita itu benar, dan yang pertama membawa berita itu Acil Rina, Ibunya Very, katanya dia ketemu Cantika sama Soleh di Puskesmas."
"Apa kalau orang ke Puskesmas itu sudah pasti hamil? Tidak'kan! Ayo Nul kita ke tempatnya Ibu Very"
Cantika menyeret lengan Nur dengan tidak sabar.
Tapi ia berhenti sesaat.
"Terimakasih Acil, assalamuallaikum"
"Walaikum salam Cantika cantik"
Tiba di toko kosmetik Ibunya Very, ternyata ada beberapa Ibu yang tengah bergosip di sana.
"Ooh ... jadi Tante yang menyebarkan gosipnya. Lamaran anak Tante ditolak Abba, terus Tante menyebar fitnah tentang Cantika, dan Paman Soleh, Cantika bersyukur tidak memilih Very jadi suami. Kalau sampai Cantika nikah sama Very, pasti tiap hari Cantika digosipin sama mertua sendiri. Tante boleh kecewa lamaran Very ditolak, tapi jangan menyebar fitnah. Cantika tidak terima difitnah, ini menyangkut nama baik Cantika, Paman Soleh juga nama baik kedua orang tua kami. Cantika akan laporkan Tante ke kantor Polisi atas tuduhan penyebar fitnah dan perusak nama baik kami, siapkan pengacara ya Tante, penjara sudah di depan mata. Dan Acil-Acil penggosip, kalian akan dipanggil juga oleh Polisi sebagai saksinya. Dan bisa juga bakal ikut ditetapkan sebagai tersangka, ayu Nul kita ke kantor Polisi sekarang. Ingat-ingat nama, dan wajah Acil-Acil ini"
"Cantika cantik! Cantika cantik! Jangan laporkan kami ke Polisi. Kami cuma jadi pendengar, tidak ikut menyebarkan" mohon seorang Ibu.
"Iya Cantika cantik, ini Ibunya Very pelakunya" ujar Ibu yang lain. Suasana yang sedikit ribut mengundang pengunjung pasar lain untuk memperhatikan.
Seorang penjaga keamanan pasar mendekati mereka.
"Ada apa Cantika?"
"Mereka menggosipkan Cantika hamil, Paman! Cantika tidak terima, Cantika mau lapor Polisi"
"Biar, lapor aja sana, biar kita semua tahu aku yang benar atau dia!" Tuding ibunya Very.
"Bu, apa-apan ibu ini!" Ayah Very yang datang dari toko elektroniknya melotot ke arah istrinya.
"Apa-apaan, dia menolak lamaran Very, dan lebih memilih si bujang lapuk Soleh itu, apa sih hebatnya Soleh dibanding Very, tidak ada! Soleh itu maling!" Seru Ibunya Very.
Mendengar ucapan Ibunya Very, Cantika langsung mendekatinya.
"Kalau saja Cantika tidak ingat Abba dan Amma, mulut Tante pasti sudah Cantika tampar! Cantika benar-benar bersyukur, terhindar dari mertua seperti Tante!"
"Maafkan ibunya Very ya Cantika cantik" ujar Ayah Very.
"Tidak Om, Cantika tetap mau lapor Polisi! Cantika tidak terima difitnah seperti ini, Cantika juga tidak terima Paman Soleh dihina oleh istri Om, ayo Nul kita pergi!" Cantika menarik tangan Nur untuk segera pergi dari sana.
Para ibu penggosip jadi gelisah hatinya, mereka terngiang akan ancaman Cantika. Hanya ibunya Very yang tidak gentar, meski saat ini Ayah Very tengah menceramahinya.
--
Raka, Tari, dan Soleh segera pergi ke kantor polisi, begitu mendapat telpon dari salah satu polisi yang merupakan teman dari Raka.
"Cantika, ada apa?" Tanya Tari cemas. Melihat Ammanya, muncul seketika kemanjaannya. Cantika menangis dalam pelukan Tari. Nur lah yang akhirnya menceritakan apa yang terjadi.
"Keterlaluan sekali ibunya Very, lamaran ditolak, fitnah disebar! Aku tidak terima nama putriku di cemarkan seperti ini, proses saja laporannya Pak Polisi, biar dia dapat pelajaran akibat mulutnya yang bicara sembarangan!" Seru Tari gusar.
"Sabar sayang, ini masih kita bicarakan secara kekeluargaan" ujar Raka.
"Tante Rina tidak bisa diajak bicara Abba, dia sudah menghina Cantika, menghina Paman Soleh juga, menghina kita semua. Cantika tidak terima dibilang hamil, Abba, Cantika belum nikah, Cantika tidak pernah dipeluk dan dicium pria lain, bagaimana bisa hamil, Cantika mau Tante Rina dihukum Abba."
"Hhhhh ... bagaimana menurutmu Ray?" Tanya Raka pada temannya yang Polisi.
"Daftarkan saja laporannya dulu, nanti kita yang akan membantu untuk penyelesaian secara kekeluargaan dulu, kalau ditemukan kata sepakat. Laporan bisa dicabut, kalau tidak, laporan bisa diteruskan"
"Baiklah, kalau itu yang terbaik" ujar Raka. Soleh hanya bisa menundukan kepalanya, ia sudah bisa menduga kalau tidak semua pelamar Cantika akan bisa menerima dengan lapang d**a.
--
Cantika dan Soleh duduk berdua di ruang tengah rumah Raka. Sementara kedua pasang orang tua mereka ada di dapur.
"Jangan menangis lagi" ujar Soleh yang melihat air nata Cantika terus mengalir. Karena rasa sakit hatinya atas tuduhan ibunya Verry kepadanya.
"Cantika sakit hati"
"Iya, aku tahu, tapi sayang air mata dibuang-buang, simpan saja air matanya ya"
"Ummm disimpan buat apa?"
'Untuk malam pertama, eeh ... kok ke situ pikiranku, aduuh kenapa akhir-akhir ini pikiranku jadi aneh begini.
Ya Allah
Tolong jaga pikiran dan perilakuku dari godaan syetan yang terkutuk, aamiin'
"Jawab Paman, disimpan untuk apa?"
"Masa masih panggil Paman sih?" Protes Soleh mengalihkan pembicaraan.
"Ummm terus harus panggil apa dong?"
"Aa, Abang, Akang, Ayang, Mas, Kakak, apa saja"
"Hihihi...nanti Cantika pikir dulu."
"Cantika"
"Hmm"
"Kenapa tadi pergi tanpa cerita dulu ke Amma apa yang sebenarnya terjadi?"
"Kalau cerita, pasti dilarang Amma pergi. Lagi pula Cantika sudah dewasa, sudah bisa menyelesaikan masalah sendiri"
"Ooh ... sudah dewasa ya, tapi masih suka manja dan cengeng sepertinya"
"Umm Paman Soleh jangan ngatain begitu!" Cantika melemparkan bantalan sofa ke arah Soleh.
"Jangan cemberut, nanti Cantika cantik berubah jadi Cantika manyun"
"Enghh Paman Soleh jangan menggoda Cantika terus, Cantika ngambek nih!" Rungutnya dengan wajah semakin cemberut.
"Masa mau jadi pengantin cemberut sih, nanti yang jadi dayangnya siapa ya? Dulu Cantika sempat jadi dayang dikawinan kak Wirda ya, sekarang Cantika yang mau jadi pengantinnya. Hmm kalau dulu aku nikah sama Wirda, sekarang Cantika nikahnya sama siapa ya?"
"Iih jangan sebut-sebut nama perempuan lain di depan Cantika ya! Cantika tidak suka mendengarnya!"
"Dulu Cantika yang suka bilang Paman Soleh ay lap yu kak ... aww!"
Cantika kembali melemparkan bantalan sofa pada Soleh.
"Paman Soleh nggak boleh ay lap yu sama yang lain, ay lap yu nya cuma boleh buat Cantika!"
"Tapi, Cantika sendiri ay lap yu nggak sama aku?"
"Ehmm ay lap yu Paman Soleh" Cantika menutup wajahnya yang memerah dengan bantalan sofa lainnya.
Soleh tersenyum sumringah mendengar 'ay lap yu' dari Cantika untuknya.

***BERSAMBUNG***