PART. 18

1030 Words
Pertemuan dua keluarga, antara keluarga Cantika dan Very dilakukan. Ibu Very akhirnya bersedia meminta maaf pada kuarga Cantika dan keluarga Soleh. Setelah dibujuk oleh Ayah Very. Raka meminta Cantika untuk mencabut laporannya. Karena mereka sendiri tengah fokus untuk mempersiapkan acara pernikahan Cantika dan Soleh. Persiapan sudah sangat matang. Akad akan dilakukan di rumah Raka sendiri, pada hari minggu pukul 8 pagi, dilanjutkan dengan acara beantaran, dilanjutkan dengan resepsi sederhana. Tidak ada kemewahan yang berlebihan, semuanya dilakukan dengan sederhana saja. Cantika dan Soleh tidak lagi diijinkan bertemu, satu minggu sebelum akad nikah. Mereka dipingit, hal itu membuat Cantikan gelisah luar biasa. Ia merengek pada Tari agar diijinkan bertemu dengan Soleh. Setidaknya diijinkan menelpon Soleh. Tapi jawaban Tari selalu saja 'tidak'. "Amma, ayolah Amma, cuma telpon saja masa tidak boleh" "Tidak Cantika sayang, kamu sedang dipingit. Tidak boleh bertemu" "Cuma telpon Amma, ayolah Amma, Amma tidak kasihan Cantika cantikmu ini kena malarindu" rengeknya. "Ya ampun Cantika, sekalinya tahu cinta sudah seperti lintah saja, maunya nempel terus di dekat Soleh!" "Ummm Amma'kan tahu, aku hampir tidak pernah pisah dari Paman Soleh, ayolah Amma, sebentar saja" "Ingin bicara apa sama Soleh?" "Ay lap yu" "Ya Allah .... Hhhh orang kalau baru tahu cinta yang begini, sudah lupa tuh segalanya" "Amma jangan melebih-lebihkan begitu. Cantika tidak lupa segalanya kok, Cantika masih ingat Abba, masih ingat Amma, ayolah Amma" "Ada apa Yank?" Tanya Raka. "Cantika merengek minta ijin telpon Soleh" "Ya biar saja, kenapa tidak diijinkan?" "Dia lagi dipingit Aa!" "Dipingit bukan berarti tidak boleh bicarakan? Cuma tidak boleh bertemu saja'kan?" "Nanti dia video call an!" "Ya sudah pakai telpon Abba saja ya, dijamin tidak bisa video call, ini sayang telponlah" Raka menyerahkan ponselnya yang memang tidak bisa untuk video call. "Terimakasih Abba, Cantika ke kamar ya" Cantika berlari menaiki tangga. "Anakmu, sekalinya jatuh cinta mau nempel terus nggak mau jauh" "Aku juga baru sekali jatuh cinta, maunya mimi cucu terus, kalau nggak mimi cucu otakku terasa ngeblek" "Ngeblank Aa" "Ya itu" "Itu karena Aa meskut!" "Nah itu kamu yang pembawa virusnya sayang" "Iya aku yang bawa, nular ke Aa, dan yang ditulari sekarang lebih meskut dari si pembawa virusnya" "Itu artinya kamu pembawa virus yang baik sayang, ayo aku perlu mimi cucu nih Yank" Raka memeluk Tari. "Iiih sudah mau punya cucu, Aa malah tambah genit" "Mau punya cucu, Cantika aja baru mau nikah" "Iya, sekarang baru mau nikah, tahun depan dia mungkin sudah punya anak Aa" "Baru tahun depankan, sekarang belum jadi kakek masih boleh meskutkan, ayo ke kamar sayang" "Hhh iya ... iya. Tai Cicakku" Sementara di kamar Cantika. Berulang kali ia menelpon Soleh, selalu saja yang terdengar nada sibuk. Setelah beberapa saat. "Telpon siapa sih, lama banget baru dijawab!" "Assalamuallaikum dulu Sayang" sahut Soleh lembut. "Walaikum salam! Paman Soleh telpon siapa barusan ... hiks ... hikss, telponan sama cewek lain ya" "Tidak sayang, tadi ibu yang pakai telponku, kamu kenapa pakai telpon Kak Raka, eeh Abba?" "Ponsel Cantika disita Amma, Amma takut kita video callan, jadi disuruh pakai hp Abba yang jadul" "Ada apa malam-malam telpon Sayang?" "Kangen! Paman Soleh tidak kangen sama Cantika ya" "Kangen" "Kalau kangen kenapa tidak pernah telpon" suara Cantika bernada merajuk manja. "Nggak enak sama Amma Sayang, Ammakan sudah bilang kalau aku tidak boleh menghubungi Cantika dulu" "Tapi Cantika kangen" "Aku juga kangen" "Paman tadi siang ngapain?" "Cukur rambut" "Ummm pasti tambah ganteng ya" "Tambah ganteng? Artinya Paman sudah ganteng ya?" "Ummm kalau Paman tidak ganteng, Cantika nggak bakal mau sama Paman, tapi Paman memang ganteng meskipun umurnya banyak, hampir dua kali lipat Cantika. Tapi kata Amma dalam keluarga Oma Salsa sudah biasa menikah dengan pria yang jauh lebih tua. Opa buyutnya Oma Salsa kata Amma selisih usianya dengan istrinya 20 tahun. Oma Salsa dengan Opa Surya selisih usianya 14 tahun, jadi kalau selisih usianya banyak itu bukan masalah. Asal Paman Soleh sayang sama Cantika" cerocosnya panjang. "Ehmm tentu saja aku sayang, kalau tidak sayang buat apa aku tidak nikah-nikah, buat apa aku menunggu Cantika nikah, baru memutuskan untuk menikah juga" "Ummm Paman ay lap yu Cantika dari kapan?" "Dari beberapa tahun lalu, saat Cantika liburan keliling Eropa, kita pisah satu bulankan, saat itu aku baru menyadari kalau aku butuh Cantika untuk bernapas" "Untuk bernapas, Cantika bukan oksigen Paman!" "Ehmm ... bagi aku Cantika itu seperti oksigen, jika Cantika tidak ada, aku bisa mati tanpamu Sayang" "Iiih Paman sudah pintar merayu ya, belajar sama siapa?" "Rasa cinta yang hadir di hati, akan membuat kita mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak terbayangkan akan kita lakukan" "Ummm Paman cinta sekali ya sama Cantika?" "Tentu saja Sayang" "Ummm Cantika terbang ke awan Paman, jangan dijatuhin ke bawah ya" "Hahahaha, kalau Cantika jatuh, ada aku yang akan menangkapmu Sayang" "Paman" "Hmmm" "Tiga hari tidak bertemu, rasanya satu abad!" "Satu abad, usia Cantika saja baru 20 tahun, tahu dari mana rasanya menunggu sampai satu abad?" Goda Soleh. "Iiih itu ibarat Paman, Paman kenapa ketularan lemotnya Abba sih?" "Hahaha, tidak apa dibilang lemot, asal dicintai sama Cantika cantik" "Iih kapan Cantika bilang cinta?" "Lupa ya kalau Cantika sudah bilang ay lap yu?" "Ummm ... iya ya hehehe.... " "Sekarang Cantika istirahat ya sayang, sudah malam" "Kangen, ingin lihat Paman Soleh" "Kita tidak boleh bertemu" "Enghh mau lihat Paman Soleh, lihat dari jauh juga nggak apa-apa?" "Ehmm begini saja, Cantika berdiri di depan jendela. Aku berdiri di depan rumahmu, tunggu aku lari ke sana ya, jangan dimatikan telponnya" Cantika berdiri di depan jendela lebar dari kaca yang ada di kamarnya. Dilihatnya Soleh berlari menuju depan rumahnya. "Hehhhh! Haay Sayang" napas Soleh terdengar memburu. "Haay Paman, ummm dari jauh saja kelihatan ganteng, ketemuan ya" "Jangan! Nanti dimarah Amma, yang penting bisa lihat-lihatan, iyakan" "Heengh ... ketemu juga belum boleh peluk cium ya Paman?" "Eeh, Cantika sudah tidak sabar ya dipeluk cium?" "Dipeluk Paman enak hihihi" "Nanti setelah nikah ada yang lebih enak" sahut Soleh, ucapan itu terlempar begitu saja dari mulutnya. "Apa yang lebih enak Paman?" Sambungan terputus, pulsa ponsel Raka habis. Cantika memberi kode pada Soleh, kalau ia kehabisan pulsa. Soleh melambaikan tangannya, memberikan kiss bye untuk Cantika, sebelum berbalik dan berjalan kembali menuju rumahnya. 'Aduuh mulutku sekarang kenapa suka bicara yang menyerempet ya, hhhh untung pulsa si Cantik habis, kalau tidak aku harus jawab apa? Soleh, jaga hatimu, jangan sampai tergoda bisikan syetan yang terkutuk' ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD