13|| PUTRAKU UANG IBUKU

1636 Words
Shoera mempersiapkan semua keperluan Sky untuk memeriksakan kesehatannya. Mulai dari berkas data kesehatan, air minum dan potongan buah yang dikemas dalam kotak makan sebagai camilan Sky. Semuanya telah dimasukkan ke dalam tas dan siap dibawa pergi. “Sky, kau belum selesai sayang?” seru Shoera bertanya dari ruang tamu, putranya berpakaian di dalam kamar. Usia lima tahun menjadikannya dewasa. Mandi dan berpakaian semua ia lakoni sendiri. Sky menolak jika ibunya membantunya untuk dua hal itu. Tubuhku Privasiku, Dua kata itu berhasil membuat Shoera melongo dan berdecak kagum pada kedewasaan putranya. “Sebentar Mi,” Sahut Sky dari kamar. “Cepatlah sayang, Mami sudah tidak sabar melihat penampilanmu,” Goda Shoera. Ia duduk menunggu di sofa. Tidak lama kemudian Sky keluar kamar dengan penampilan coolnya. Anak lelakinya itu mengenakan celana jeans biru dipadukan dengan kemeja pink lengan panjang yang sengaja digulung hingga siku. Gaya rambutnya di mohawk. “Wah anak mami keren banget.” puji Shoera mengagumi putranya. “Biasa aja Mi, Sky sudah keren dari lahir.” Sombong Sky. “Oh ya ampun, kau sangat sombong anak muda." Shoera menggelitik perut putranya hingga terkikik geli. " Tapi kau memang sangat tampan. Mirip …” Shoera menggantungkan ucapannya, ia mengamati wajah Sky dan menyadari putranya semakin besar semakin mirip seseorang. “Jangan bilang mirip Papi, aku tidak mirip dengannya. Aku mirip Mami.” protesnya sebelum Shoera melanjutkan ucapannya. Ia duduk di sofa mengenakan sepatu yang sudah disiapkan untuknya. “Tentu saja kau mirip Mami,” ujar Shoera mengembangkan senyum di bibirnya. Kau memang mirip ayahmu Sky. Entah kenapa aku baru menyadari itu. Benak Shoera, mengusap pelan punggung putranya. *** Shoera melihat Elang melambaikan tangan ke arahnya. Pria itu datang lebih awal dan menunggu diruang tunggu khusus pasien leukemia. Shoera berhenti melangkah begitu juga dengan Sky. Pria kecil menatap lurus Elang yang sedang berjalan menuju mereka. "Sky, ada papi." gumam Shoera terdengar sangat lirih. Sky sontak melepas genggaman tangan ibunya, ia merasa ditipu oleh Ibunya sendiri. “Sky,” Sapa Elang. Pria itu kini berdiri tepat di hadapannya, menatap lekat putranya. Namun, Sky malah menjauhkan tatapannya. Elang maju mengikis jarak diantara mereka dan menyamakan tingginya dengan anak itu. “Apa kabar Sky?” tanya Elang mengajak bocah itu bicara. Sky membisu tidak peduli. “Kau pasti sangat marah sama Papi, Benar kan?“ Tanya Elang. “Tidak apa-apa, Papi pantes menerima kemarahanmu. Papi sudah mengecewakanmu.” lanjut Elang, ia mencoba menyentuh tangan Sky. Anak lelaki itu menepisnya dan masih berpaling muka. Elang menelan saliva yang terasa pahit. Hatinya tercubit melihat kemarahan Sky padanya. Elang melirik Shoera yang tampak kebingungan. Tidak tahu harus melakukan apa. “Sky, Papi minta maaf,” lirih Elang. “Kau bukan Papiku.” Sahut Sky melempar tatapan tajam pada Elang. “Mami bukankah kita kesini untuk periksa?” Sky beralih mendongak melihat Shoera. Ibunya itu segera mengangguk. “S-sky, tapi Papi punya niat baik datang kemari.” ujar Shoera meragu. “Dia bukan Papi Sky. Sky sudah tidak mengenalnya sejak dia pergi.” ucap Sky dengan suara begitu lantang. Elang tertegun dalam diam. “Anak itu benar, dia bukan putramu.” sahut seseorang dari belakang. Shoera menelan saliva yang tercekat di tenggorokannya. Sebelum membawa tubuhnya berbalik pada sumber suara. Ia sudah mengenali suara itu. Milik Rigel. Sementara Sky menolehkan kepala melihat pria tinggi, mengenakan setelan jas mahal memeluk tubuhnya. Dia Rigel, si jahat yang membayar tubuh ibunya demi hasrat dan dendamnya. Rigel mengulas senyum hangat untuk Sky dari bibirnya yang sensual. Sontak Shoera menarik putranya kebelakangnya. Menjadikan tubuh kurusnya dinding untuk menghalang pandangan Rigel yang begitu dalam pada putranya. Jantung Shoera berdebar hebat melihat seringai sinis yang ditujukan Rigel terhadapnya. “Rigel.” Shoera menyebut nama itu, menyadarkan Elang dari keterpakuannya. Alarm di kepala pria itu berbunyi mengingatkannya tentang lelaki masa lalu Shoera. Elang berdiri kokoh di hadapan Rigel. “Apa maksud ucapan anda?” tanya Elang dengan tatapan sinis. Rigel beralih menatap pria yang hampir menyamai tingginya. Memindai penampilan Elang dari atas hingga bawah. Seolah pria itu tidak penting baginya. Ia membawa tatapannya kembali pada Shoera. “Hai Shoera. Kita bertemu lagi,” katanya. Elang mendelik diacuhkan Rigel. Dan sejak kapan Shoera bertemu dengan pria ini? Begitu isi kepala Elang. “Sudah kubilang jangan menggangguku!” Shoera menggeramkan ucapannya dengan marah. Matanya menyorot tajam pria itu. “Mengganggumu?” Rigel tertawa dengan nada mencemooh. “Untuk apa aku mengganggumu wanita bodoh.” “Hai Man, jaga mulutmu.” Elang menyahuti, tidak terima ucapan Rigel, merendahkan Shoera. “Jangan mencampuri yang bukan masalahmu.” ucap Rigel menatap Elang penuh peringatan. “Apa?” Elang membalas tatapan Rigel tak kalah mengancam. “Masalah Shoera adalah masalahku. Dia istriku.”Akunya, spontan mendapatkan tawa membahana dari Rigel hingga mencuri perhatian beberapa pengunjung rumah sakit yang turut merasakan atmosfer suram di ruangan itu. “Cukup Elang, jangan membuang waktumu berdebat dengannya. Ayo kita pergi.” ajak Shoera, ia muak dengan tingkah Rigel. “Jadi dia istrimu? Kau tahu apa yang dilakukan istrimu dibelakangmu?” tanya Rigel memprovokasi Elang. Ia menyeringai puas melihat rona Elang yang berubah pias. “Kau pasti terkejut mendengarnya.” lanjutnya, kemudian Rigel mendekati Shoera. Mengamati wajah tegang wanita itu. Ia menunduk lalu berbisik di telinga Shoera. “kau ingin aku menceritakan malam panas yang sudah kita lalui?Bagaimana pendapatmu?” bisik Rigel. Kedua tangan Shoera mengepal kuat, menahan diri untuk tidak menampar lelaki jahat di hadapannya. Pun ia takut Rigel semakin mempermalukannya jika melakukan tindakan itu. Masih dalam posisi menunduk di dekat telinga Shoera. Rigel menjatuhkan tatapannya pada bocah kecil di belakang wanita itu. Tatapan mereka bersiborok dan terkunci. Rigel mendapati wajah pucat Sky. Anak kecil itu tampak sangat lemah dan kurus. Penyakit sialan itu menguras tubuhnya. Melihat keadaan Sky hatinya terluka. Ia mengutuk dan menyalahkan dirinya atas penderitaan Sky. Rigel mengulas senyum hangat pada pria kecil. Kemudian beralih melihat Shoera. Pada detik itu pula wajahnya berubah dingin dan berujar,” aku kemari untuk mengambil sesuatu yang berharga dalam hidupku.” ucapnya setengah berbisik di depan wajah Shoera. “Apa maksudmu?” tanya Shoera menggertakkan giginya. “Kau tahu apa yang aku maksud Shoera.” Rigel mengangkat tangannya ke belakang. Aro yang sejak tadi berdiri diam di belakangnya, melangkah maju dengan sebuah kertas di tangan lalu memberinya pada Rigel. Wajah Shoera semakin pucat melihat kertas di tangan Rigel. “Hentikan sialan. Kau sudah melewati batasanmu.” tegur Elang. Ia paham maksud tujuan Rigel yang sesungguhnya. “Begitulah cara mainnya. Aku harus menggenggam apa yang harus jadi milikku.” Balas Rigel dengan santai seolah-olah tidak terpengaruh dengan ucapan Elang. “Jika ini tentang Sky. Kau sama sekali tidak berhak atas dirinya. Dia lahir tanpa ada ikatan apapun denganmu.” ujar Elang. “Elang.” Shoera menyahuti. “Tolong jangan mengatakan apapun.” lanjut Shoera. Ia tidak ingin putranya mendengar perdebatan mereka. Namun, sial putranya mendengar jelas dan mengerti maksud inti pembicaraan mereka. “Mami,” lirih Sky dari belakang dengan nada bergetar. Shoera memindahkan Sky kedepannya dan mendekap anaknya itu. Sky memeluk erat serta membenamkan wajah di perut ibunya. “Sho, itulah tujuan pria ini datang. Aku tidak bisa membiarkan kamu ditindas olehnya.” ucap Elang. Rigel terkekeh meremehkan ucapan Elang. Ia memberikan hasil tes Dna pada Shoera. “kau boleh menyalahkan tindakanku, karena sudah lancang melakukan tes Dna putramu tanpa izinmu. Suamimu benar, aku datang untuk putraku.” tegasnya. Shoera meremas kertas setelah membacanya. Wajahnya menggelap, “jangan mimpi kamu.” desisnya tajam. Rigel menjentikkan jarinya memberi kode untuk anak buah di belakangnya. Dua pria bertubuh kokoh menghampiri. “Rigel. Jangan! Kau tidak boleh lakukan ini!” Shoera mendekap Sky dengan erat. Anak buah Rigel menarik Sky dari dekapan Ibunya. “Mami …” Sky menangis, ia tidak kuat mempertahankan pelukannya pada Shoera. Bug! Elang mendaratkan sebuah tinju di rahang tegas Rigel hingga wajah pria itu berpaling ke sisi kiri. “kau masih punya hati!? Dia melahirkan dan membesarkannya dengan kepayahan! Lagipula siapa yang peduli jika dia putramu. Kau tidak berhak sedikitpun mengakui Sky putramu. Aku Papinya.” ucap Elang menggeram marah dan menarik kerah kemeja Rigel, Ia kembali melayangkan tinjunya. Namun, Rigel menangkap tangan Elang lalu membalas memukul rahang Elang dengan kepalan tangannya. Elang nyaris terjatuh oleh pukulan kuat Rigel. “Kau papinya? Hah? putraku sakit di tangan kalian berdua.” ucap Rigel, mengusap pipinya yang terasa panas bekas pukulan Elang. “bawa Sky pergi.” perintahnya pada Aro. Aro segera mengambil alih Sky dari tangan anak buahnya. “jangan, aku mohon, aku mohon ...tolong jangan bawa putraku.”Mohon Shoera. Berusaha menggapai Sky di pundak Aro. “Lepaskan putraku. Kau tidak boleh membawanya.” ujar Shoera mengejar Aro setengah berlari. “Mami …” Sky menangis di pundak Aro. “Turunkan anakku. Dia sakit, dia harus kontrol hari ini.” pinta Shoera mengiba. Aro berbalik dan nyaris ditabrak wanita itu. “Shoera, tolong. Putramu akan baik-baik saja. Temui Rigel dan bicara baik-baik padanya.” ucap Aro. “Aku tidak mau. Turunkan putraku. Tolong bantu aku. Aku mohon ...” "Sorry Shoera." Aro melanjutkan langkahnya meninggalkan Shoera. “Kau menyalahkan Shoera atas rasa sakit yang diderita Sky? Dia juga menderita melihat anaknya terpuruk Sialan!” Elang hendak menyerang, tetapi anak buah Rigel segera menahan dan mengunci tangan Elang ke belakang punggung. Plak. Shoera menampar Rigel dengan sangat kuat. Menatap pria itu dengan tatapan bengis. “Kau! Aku akan membunuhmu.” Shoera memukuli Rigel dengan tangan kosong. Namun, Rigel tidak merasakan apapun bahkan pria itu tidak bergerak sedikitpun. “Kembalikan putraku! Tidak setitik pun darahmu di tubuh putraku! Rigel!” Shoera berteriak, ia tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Mereka menjadi bahan tontonan. Rigel menangkap tangan Shoera yang masih memukulnya, kemudian berujar “Mulai sekarang kau bebas dariku. Putraku uang Ibuku, Satu juta dolar. Jika kau dapat mengembalikannya. Aku berjanji Sky menjadi milikmu. Aku tunggu dalam satu minggu.” ucap Rigel, melepas kasar tangan Shoera hingga terhuyung dan jatuh. Rigel beranjak meninggalkan Shoera menangis getir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD