14|| KAU HARUS PATUH

1057 Words
Elang membantu Shoera masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu setelah wanita itu duduk nyaman di jok. Ia berlari ke sisi pengemudi, masuk. “Sho, pasang sabuk pengaman ya?” ujarnya mengingat Shoera dan ia sendiri memasang sabuk pengaman untuknya sendiri. “Langsung pulang atau mau mampir?” tanya Elang, menghidupkan mesin mobilnya. “Antar aku pulang, Lang. “ Shoera menyeka wajahnya yang masih basah air mata. Ia terus menerus memikirkan Sky. Putranya itu sudah pasti bingung dan ketakutan berada ditengah-tengah orang asing yang datang secara tiba-tiba dan mengklaimnya sebagai putranya. “Baiklah,” Elang mengemudi meninggalkan rumah sakit. Shoera menyandarkan punggungnya pada sandaran jok, menatap jalanan macet lewat jendela mobilnya. “Shoera,” “Umm,” “Kau benar-benar mengambil uang itu?” tanya Elang. Sebentar Shoera menoleh pada pria itu, kemudian mengangguk walau Elang tidak melihatnya karena fokus mengendalikan mobilnya. “Iya, aku mengambilnya.” Akunya Shoera, kembali membawa tatapannya ke jalanan. Elang cukup terkejut dengan pengakuan Shoera. Pasalnya selama mengenal Shoera, wanita ini hidup dengan keterbatasan materi. Lalu kemana satu juta dolar itu? “Satu juta dolar?” tanya Elang tidak yakin. “Kau pasti terkejut, inilah aku Elang. Sebelum kita menikah dan setelah kita menikah kau tidak mengenal siapa aku yang sebenarnya.” ujar Shoera, masih menatap jalanan macet. “Aku sangat mengenalmu, Sho. Kau wanita kuat dan bertanggung jawab. Itulah sebabnya aku tertarik sama kamu tanpa mempermasalahkan masa lalu kamu.” ujar Elang, ia menginjak rem mobilnya ketika lampu merah tiba. Senyum terbit dari wajah sendu Shoera, meski senyuman itu dibalut luka. Elang tetap menyukai senyuman itu. Tapi kau tetap meninggalkan aku Elang. Disaat cintaku tumbuh untukmu. “Apa yang harus aku lakukan Elang?” tanya Shoera melihat Elang yang sedang mengamatinya. “A … boleh aku tahu kemana kau gunakan uang itu?” tanya Elang penasaran. “Jalan, lampunya sudah hijau,” ujar Shoera mengingatkan Elang yang begitu serius menatapnya. “Oh, iya,” Elang kembali fokus menyetir. “Cek itu hilang, Elang,” ucap Shoera. “Hilang?” Tanya Elang kaget. *** Sky duduk di sudut sofa dengan kepala tertunduk begitu dalam. Belum ada sepatah katapun keluar dari mulutnya sejak ia tiba di apartemen mewah itu. Rigel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung menghadapi anak kecil itu. “Sky, itu namamu bukan?” tanya Rigel, ia duduk di sisi Sky. Anak itu semakin beringsut ke sudut sofa. “Sebelumnya kita sudah pernah bertemu, Mmm … di taman rumah sakit. Kau masih ingat?” tanya Rigel. Sky tetap membisu dan masih menunduk. “Kau putraku, iya, aku ayahmu. Ayah kandungmu. Kau boleh memanggilku Daddy.” lanjut Rigel, ia mengusap lembut punggung Sky. “Suka atau tidak, mulai sekarang kau tinggal bersamaku.” tegasnya. Ia kemudian beranjak dari sofa dan meninggalkan Sky. Sky mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Menoleh pada pria dewasa yang sedang berjalan menuju kamarnya. Di atas meja ada ponsel Rigel tertinggal, ia berniat menggunakan benda itu untuk menghubungi Shoera. Pelan-pelan ia beringsut mendekati meja, lalu mengambil ponsel. Mengetuk layar dan benda itu meminta sidik jari. Sky meletakkan kembali benda itu lalu duduk dan menunduk sedih. Rigel kembali ke ruang tamu, melihat posisi duduk Sky di tengah sofa, senyumnya tersungging di balik bibir sensualnya. Ia mengambil ponselnya lalu menghempaskan tubuhnya duduk di hadapan Sky. Rigel menghubungi Aro, menempelkan ponselnya pada sisi kanan telinganya. “Halo,” sapa Aro dari ujung telepon. “Kau dapat data kesehatannya?” tanya Rigel. Dari tempat duduknya ia mengamati putranya menunduk. “Sky seharusnya kontrol hari ini.” jawab Aro. Ia berhasil mendapatkan data kesehatan Sky dari rumah sakit tempat anak itu sebelumnya di rawat. “Baiklah, aku akan membawa dia ke rumah sakit, kita bertemu disana.” “Artinya saya tidak perlu ke apartemen?” tanya Aro memastikan supaya ia tidak salah mengambil langkah. “Langsung ke rumah sakit saja.” kata Rigel, ia mengakhiri panggilan telepon dengan Aro. Rigel menarik nafas pelan melihat pria kecil yang masih menunduk, ia beranjak dari tempat duduknya dan berpindah tempat ke samping Sky. “Kita ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan ulang kesehatan kamu,”Rigel menyentuh kepala putranya dengan perhatian tulus. Dan entah keberanian dari mana Sky menepis tangan pria dewasa itu. “Aku tidak mau,” ketusnya menolak. “Kau tidak ada pilihan Sky selain mematuhi ucapanku.” ucap Rigel memberi ultimatum yang tidak boleh dibantah. Sky menatapnya datar, “Memangnya kau siapa hingga aku harus patuh?” tanya Sky menantang. Rigel menahan senyum melihat keberanian Sky. Memberontak lebih baik daripada diam membisu seperti orang bodoh yang ditindas. “Daddy. Orang yang menciptakanmu di dunia adalah aku. Aku Daddy kandungmu.” ucap Rigel dengan jelas. “Aku tidak mengenalmu,” ucap Sky menatap sinis Rigel. “Itu sebabnya aku mengenalkan diri, Sky. Baiklah, kita bisa bercerita panjang lebar di perjalanan menuju rumah sakit.” Rigel beranjak dari duduknya kemudian mengulurkan tangan pada Sky. “Aku tidak mau kesana tanpa Mami.” Sky memalingkan wajah serta mengabaikan uluran tangan Rigel. Rigel menaikkan sebelah alisnya, memikirkan ucapan putranya dan kemudian ia duduk di atas meja tepat di depan Sky. “Lihat aku Sky.” ucapnya bernada perintah. Sky bergeming, mengabaikannya. Rigel mengulurkan tangan menyentuh dagu Sky lalu membawa menuju tatapannya. “kau menyayangi Mami?” tanya Rigel, melihat mata bulat putranya. Ada sendu memarak redup di kedua bola matanya. Anak kecil itu menganggukan kepalanya. “Kalau begitu kau harus patuh apa kata Daddy,” “Aku tidak mau.” ketus Sky menepis tangan Rigel dari dagunya. Ia melipat kedua tangannya diatas dadanya. Menantang Rigel terang-terangan. Seulas senyum licik terbit di bibir Rigel, “Daddy bisa melakukan apapun pada Mami, termasuk menyakitinya.” ucap Rigel menakuti Sky. Sky menelan ludah, “k-kau tidak boleh melakukan itu.” cicit Sky takut. Ia menurunkan kedua tangannya dari dadanya. “Tergantung bagaimana kau menjaga sikapmu.” ucap Rigel, memanfaatkan ketakutan Sky untuk mencapai tujuannya. “kau harus patuh pada Daddy maka Daddy berjanji tidak akan menyakiti Mamimu.” lanjut Rigel. Sky tidak ingin sesuatu yang mengerikan terjadi pada Ibunya, lantas ia memilih patuh. “Bagus.” Senyum Rigel mengembang sempurna kemudian beranjak dari duduknya.” kalau begitu kita ke rumah sakit sekarang.” katanya mengulurkan tangannya. Sky menatap uluran tangan Rigel, dengan terpaksa ia menyambutnya. Rigel menarik tangan putranya untuk berdiri. “bagus, ayo.” ajaknya, ia mengangkat tubuh kurus Sky dan menempatkannya di pundaknya kemudian membawa putranya keluar apartemen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD