Setelah ditelepon oleh Kevin, lalu pergi ke cafe untuk melihat rekaman CCTV, Dean langsung bergegas pergi tanpa mengatakan sepatah katapun seolah pria ini sudah tahu ada di mana Jina saat ini. Kevin yang melihat hal itu mencoba untuk bertanya, tapi Dean tidak memberikan jawaban apa-apa, pria itu pergi dengan wajah yang terlihat menyeramkan seperti ingin menelan siapapun yang ada di hadapannya. Itu adalah tanda bahaya. Kevin sungguh bertanya-tanya akan seperti apa nasibnya nanti.
Walau Dean terlihat menakutkan, Kevin tetap mengikuti mobil pria itu dengan mobil yang ia dapatkan sebagai kendaraan saat bertugas. Kevin melakukan ini karena ia tahu kabur dari Dean bukanlah hal yang mungkin untuk ia lakukan. Jika ia kabur sekarang, lalu Dean kembali menemukannya, maka itu bisa lebih buruk untuknya.
Melihat cara Dean mengendarai mobil saat ini membuat Kevin sangat yakin kalau pria itu memang tahu tempat Jina berada saat ini. Tapi, bagaimana mungkin?
Karena kecepatan mobil yang gila tidak perlu waktu lama bagi Dean untuk sampai di tempat yang ia tuju. Itu adalah sebuah rumah mewah, tapi kedatangan Dean tampak tidak diinginkan sekarang karena beberapa penjaga di rumah itu langsung menyerangnya karena ia menerobos masuk. Namun, itu bukanlah penghalang untuk Dean, sebab dengan kemampuan bela diri yang dikuasainya ia bisa dengan mudah mengalahkan semua penjaga itu.
"Aku tidak tahu kalau dia sehebat itu. Bagaimana dengan nasibku nanti?" Kevin bergumam dengan nada takut setelah melihat aksi Dean.
Sedangkan di dalam, Jina saat ini sedang berada di sebuah kamar bersama seorang pria yang selalu mencoba menyentuhnya. Oh Minhyuk, itulah nama pria itu. Sudah cukup lama Minhyuk tidak mengetahui keberadaan Jina karena wanita seperti hilang ditelan Bumi, tapi hari ini secara mengejutkan Jina muncul di sebuah restoran. Melihat hal ini membuat Minhyuk tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan sebuah pisau kecil yang digunakan sebagai ancaman ia membawa Jina kembali ke rumah ini.
"Jina, mari berhenti bermain-main. Aku tidak akan meminta organmu sekarang, tapi cukup kau layani aku itu sudah cukup," ucap Minhyuk karena Jina terus menghindar darinya.
"Dasar pria berengsek!" kesal Jina. Jina ingin menghindar lagi saat ini, tapi sungguh sial karena saat ini ia dalam posisi yang tersudutkan.
"Jina, aku janji akan bermain dengan lembut." Minhyuk terus mendekati Jina yang saat ini sudah terpojokan.
"Menjauh dariku!" Jina mendorong Minhyuk menjauh darinya. Tidak akan Jina biarkan dirinya disentuh oleh pria berengsek. Bahkan sampai detik ini Jina masih tidak mengerti kenapa ia harus terlibat dalam semua masalah ini.
Jina yang terus memberontak dan menghindar membuat kemarahan Minhyuk memuncak hingga puncaknya pria ini menampar pipi Jina. Tamparan itu keras hingga membuat Jina jatuh tersungkur dan meringis kesakitan.
Di saat bersamaan pintu kamar ini terbuka dengan begitu kasar hingga menimbulkan suara yang membuat semua orang terkejut, terutama Minhyuk yang tidak mengerti orang mana yang berani mengganggu waktunya untuk bersenang-senang.
"Adikku, Dean, apa yang kau ..." kalimat Minhyuk tertahan karena Dean yang mengabaikannya dan langsung berjalan mendekati Jina.
"Adik?" gumam Kevin yang selalu mengikuti Dean.
Dean membantu Jina berdiri, lalu menggenggam tangan wanita cantik itu untuk dibawa pergi dari tempat ini. Namun, Minhyuk menghalangi jalannya. "Kau ada urusan apa dengannya? Jina milikku karena dia punya utang padaku, jadi jangan sentuh dia." Minhyuk juga mengatakan ini pada Dean.
"Berapa utangnya? Akan aku lunasi sekarang," ucap Dean.
Minhyuk tampak tertawa setelah mendengar ucapan Dean. "Gaya bicaramu sangat mirip dengan Ayah, tapi aku tidak butuh uangmu. Sekali lagi aku katakan, jangan sentuh Jina dan kembalikan dia padaku."
"Jina milikku. Jika kau punya masalah, maka selesaikan denganku." Dean bicara dengan dingin, kemudian kembali melangkah untuk pergi dari sana.
Namun, Minhyuk secara tiba-tiba meraih tangan Jina karena tidak ingin wanita itu pergi. Tapi, Dean tentu tidak akan membiarkan Jina tetap di sini dan ada di bawah kekuasaan Minhyuk, sebab wanita itu masih terikat kontrak dengannya. Jika kontrak itu sudah selesai, maka terserah Minhyuk ingin melakukan apa pada Jina. Pukulan keras Dean mendarat di wajah Minyuk hingga membuat kakak tirinya itu jatuh tersungkur dan setelahnya ia membawa Jina pergi.
••••
Setelah sampai di rumah Dean, Jina langsung diperiksa oleh dokter yang sebelumnya sudah ditelepon oleh Dean. Dokter mengatakan tidak ada kondisi yang serius pada Jina dan kandungannya juga baik-baik saja. Itu adalah kabar yang melegakan untuk Dean.
Setelah dokter pergi pandangan Dean kini beralih pada Kevin yang berdiri di belakangnya. Tatapan Dean terlihat begitu tajam dan setelahnya pria ini langsung memukul Kevin. Jina yang melihat hal ini cukup terkejut karena Dean seperti tidak berpikir panjang saat memukul seseorang.
"Kau lupa apa yang aku katakan padamu? Jaga Jina dengan baik karena dia sedang mengandung anakku. Tapi apa yang kau lakukan? Kau tidak melakukan pekerjaanmu dengan benar!" bentak Dean.
"Kenapa kau marah padanya? Itu bukan kesalahannya." Jina ikut bicara, tapi ini kesalahan besar yang tidak ia ketahui bahkan setelah Kevin memberikan isyarat padanya untuk tidak mengatakan apapun.
Dean saat ini sudah menatap ke arah Jina dan tatapan itu terlihat sangat tajam dan menakutkan. "Aku tidak bicara denganmu sekarang, jadi tutup saja mulutmu!" ucap Dean pada Jina.
"Cara bicaramu ..." Jina ingin membalas ucapan Dean, tapi Kevin terus memberikan isyarat agar ia diam.
"Saya meminta maaf untuk semua kesalahan yang telah saya lakukan. Saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi," ujar Kevin yang saat ini berlutut pada Dean.
Pandangan Dean kembali mengarah pada Kevin yang berlutut dan menundukan kepalanya. "Pergi dari sini. Aku tidak membutuhkan orang sepertimu!" kalimat ini berarti Dean secara resmi telah memecat Kevin.
Kevin mendongakkan kepalanya setelah mendengar ucapan Dean. "Saya mohon, jangan pecat saya." Dan terus memohon pada pria itu.
Jina yang tadi duduk di ranjang, kini turun setelah melihat sahabatnya begitu memohon pada Dean. Bagi Jina ini bukanlah kesalahan Kevin, jadi dia tidak harus mendapat hukuman seperti ini. "Sudah aku bilang, ini bukan kesalahan Kevin. Kenapa kau malah memecatnya?" setelah ibu Dean, Jina adalah orang pertama dari luar keluarga yang berani melawan apa yang Dean katakan.
"Jina, jangan lakukan ini." Kevin lagi-lagi memberitahu Jina untuk tidak bersikap seperti ini, karena tidak ada yang tahu apa yang akan Dean lakukan ketika seseorang melawannya.
"Aku yang punya kekuasaan di sini, jadi aku berhak untuk memecat orang yang tidak bisa melakukan pekerjaan dengan benar." Dean membalas ucapan Jina.
Mendegar Dean mengatakan tentang kekuasaan membuat Jina tersenyum sinis. "Benar, itulah pentingnya kekuasaan. Dengan kekuasaan kau bisa menginjak orang yang lemah sesuka hatimu. Benar-benar pria berengsek!" Jina tidak tahu betapa khawatirnya Kevin setelah ia memaki Dean.
Selama beberapa saat, Dean si pria dingin ini terus menatap Jina yang baru saja memakinya demi membela Kevin. Jujur saja ini terlihat aneh di matanya. "Kenapa kau sangat membelanya?" Dean bertanya pada Jina. "Kalian punya hubungan istimewa?" satu pertanyaan kembali Dean keluarkan. Kali ini, Dean menatap Kevin dan Jina secara bergantian.
Jina dan Kevin terlihat cukup panik karena jika Dean tahu ada konspirasi di belakangnya, maka mereka bisa saja kehilangan uang itu. Jina dan Kevin tentu saja tidak ingin hal itu terjadi, jadi mereka mencoba untuk terlihat setenang mungkin.
"Apa yang kau bicarakan? Aku melakukan ini atas dasar kemanusiaan. Aku tidak suka melihat orang lain diperlakukan seperti ini." Jina menjawab pertanyaan Dean, tapi pria itu malah tertawa saat mendengar jawabannya.
"Dasar kemanusiaan? Kau bahkan tidak ragu untuk meninggalkan anakmu nanti, tapi kau masih bicara dengan kemanusiaan?" tapi balasan dari Dean membuat Jina seketika terdiam.
Dean mendekati Jina meski wanita terus bergerak mundur untuk menghindarinya. Tapi sekarang tidak lagi karena tembok berada tepat di belakang Jina. "Apa hubunganmu dengannya? Apa yang kalian lakukan di belakangku?" Dean kembali bertanya pada Jina.
"Jina adalah wanita yang baik, jadi dia punya sisi rasa kemanusiaan dalam dirinya. Dan kami ...."
"Untuk apa kau meminjam uang dari Minhyuk?" Dean bicara pada Jina dengan menyela kalimat Kevin karena dia tidak ingin mendengar apapun dari mulut pria itu.
"Kenapa bertanya lagi? Bukankah kau sudah tahu kalau aku punya utang karena harus membiayai pengobatan mendiang Ayahku?" Jina harus mengatakan hal ini, sebab inilah yang ia sepakati dengan Kevin. Ia harus terlihat seperti gadis baik yang rela terjerat utang demi membiayai pengobatan ayahnya, meski pada akhirnya ayahnya meninggal.
"Aku pikir, kau akan mengubah jawabanmu." Dean terus menekan Jina dengan tatapan tajamnya.
"Kenapa aku harus mengubahnya? Itu adalah kenyataannya." Jina terus berusaha tenang, meski sebenarnya ia merasa hal buruk mungkin akan terjadi karena siapa sangka kalau Dean ternyata mengenal Minhyuk. Jina masih ingat kalau Minhyuk memanggil Dean sebagai adik.
Dean menjauh dari Jina, lalu kembali menatap Jina dan Kevin secara bergantian. Tidak ada kalimat lagi yang Dean katakan, karena pria ini langsung pergi dari kamar itu. Sementara Jina dan Kevin memiliki pemikiran yang sama, yaitu, apa Dean akan pergi menemui Minhyuk?