Part 1
"Aku bisa membenci seseorang dengan wajah yang tersenyum. Aku juga bisa membunuhmu, lalu datang ke pemakamanmu sembari menangis hingga tidak ada yang berpikir kalau aku telah membunuhmu. Aku bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya, jadi jangan pernah berpikir untuk bermain-main denganku!"
Itulah kalimat yang Dean keluarkan ketika seseorang yang seharusnya tunduk, malah memancing kemarahannya. Pria berusia 33 tahun itu bicara dengan nada yang begitu dingin dan sorot matanya terlihat begitu tajam saat menatap seorang wanita berusia 27 tahun yang berdiri di hadapannya.
Semua pelayan yang ada di rumah itu terlihat menunduk takut karena takut jika mereka juga akan terkena masalah, sebab dianggap tidak bisa mengawasi seorang wanita yang tengah hamil yang usia kandungannya mulai menginjak 2 bulan. Wanita itu adalah Lee Jina, wanita yang terpilih untuk mengandung anak Dean.
Selama hamil, ada beberapa peraturan yang harus Jina patuhi karena itu sudah ada dalam kontrak dan sudah ditanda tangani, salah satunya adalah dilarang meminum minuman beralkohol karena dapat membahayakan kandungannya. Namun, Jina malah mengambil minuman beralkohol, tapi belum sempat diminum karena Dean sudah melihatnya. Hal itu tentu saja membuat Dean marah hingga memberikan ancaman menakutkan, tapi Jina menanggapinya dengan santai hingga membuat Dean mengeluarkan kalimat seperti tadi.
"Aku berharap kau benar-benar menangis di pemakamanku nanti karena selain kau tidak akan ada yang menangisiku." Jina bahkan mengatakan ini pada Dean. Jina tidak takut, tapi malah senang karena akhirnya ada yang menarik di rumah ini, yaitu melihat kemarahan dari pria dingin yang seperti tidak menganggap kehadirannya di rumah ini.
Dean terlihat semakin marah setelah mendengar ucapan Jina. Dari data yang ia terima seharusnya Jina tidak seperti ini, dia seharusnya wanita yang penurut dan tidak pernah menyentuh minuman beralkohol. Tapi, apa ini?
"Ini adalah peringatan pertama untukmu, jika kau sampai mengulangi kesalahanmu, maka kau akan tahu akibatnya! Bukan kau yang tersakiti, tapi keluargamu." Dean kembali mengeluarkan ancamannya.
Jina lagi-lagi tidak menunjukkan wajah takutnya, sebaliknya, wanita ini justru tertawa setelah mendengar ancaman Dean. "Ingin menyakitiku lewat keluargaku? Kau benar-benar bodoh!" Jina menekankan kata bodoh yang ia ucapkan untuk Dean, lalu pergi meninggalkan pria itu.
"Hiburan yang lumayan menarik." Jina juga tidak lupa bergumam sembari berjalan ke kamarnya.
Sebotol minuman beralkohol yang pecah di lantai dan para pelayan yang menunduk menjadi bukti betapa menakutkannya kemarahan Dean, tapi Jina tetap begitu santai dan tidak menunjukkan wajah takut sedikitpun. Entah Jina tidak punya rasa takut atau dia pernah bertemu dengan orang yang lebih menakutkan dari Dean, hingga kemarahan seperti ini tidak ada artinya untuk Jina. Tidak ada yang tahu karena wanita itu sama misteriusnya seperti Dean. Para pelayan diberitahu kalau Jina adalah wanita dengan sikap yang baik, tapi kenyataannya tidak seperti itu.
••••
Setelah terjadi perdebatan di antara dirinya dan Jina, Dean kini tengah bicara dengan seorang pria yang merupakan asisten pribadinya yang bernama Kevin Jung. Pria berusia 27 tahun itu sudah 3 tahun bekerja pada Dean dan ia adalah orang yang bertugas mencari wanita yang sehat untuk disewa rahimnya. Ya, Dean menyewa rahim wanita yang terpilih untuk mengandung keturunannya lewat program bayi tabung dan wanita itu akan mendapat bayaran yang tidak main-main, yaitu sebesar 1 Miliar Won (Rp. 12 Miliar). Dan wanita yang terpilih adalah Lee Jina.
"Kenapa Anda tiba-tiba memanggil saya? Apa terjadi masalah?" tanya Kevin dengan nada yang sopan.
"Kau yakin tidak melakukan kesalahan saat menyelidiki latar belakang Jina? Di laporannya tertulis dia adalah wanita yang penurut dan tidak pernah menyentuh minuman beralkohol, tapi hari ini dia membangkang dan mulutnya sangat kurang ajar." Dean menjawab pertanyaan Kevin.
"Sial!" Kevin berucap dalam hati dan kata kasar itu ditujukan pada Jina yang bisa-bisanya membuat masalah di rumah pria seperti Dean.
"Saya yakin itu karena dia stres. Jina tidak pernah pergi ke manapun setelah hamil dan dia tidak punya teman bicara, jadi itu membuat dia stres," ucap Kevin.
"Jadi, maksudmu caraku memperlakukannya sangatlah buruk sampai dia stres?" tanya Dean dengan sorot mata yang terlihat tajam.
"Bukan seperti itu maksud saya. Bagaimana jika Anda membawanya keluar sesekali? Itu juga demi kebaikan bayi Anda, karena dokter mengatakan jika ibunya stres, maka itu bisa memperngaruhi kandungannya." Kevin bicara dengan sangat hati-hati atau ia akan kehilangan pekerjaan karena Dean menganggapnya bicara yang tidak-tidak.
"Aku sibuk, tidak ada waktu untuk hal seperti itu. Lebih baik kau yang melakukannya, tapi jika sampai terjadi sesuatu, maka riwayatmu akan tamat." Dean menekankan kalimatnya untuk memberikan peringatan pada Kevin.
"Pergilah dan bicara dengannya." Lalu, setelahnya Dean mengusir Kevin pergi dari ruang bacanya.
"Ya, saya permisi." Kevin pun pergi dari ruangan Dean.
Setelah Kevin pergi, Dean mengisi waktunya dengan memilih buku bacaan dan ia melihat buku yang masih ada di rak buku, padahal seharusnya itu sudah dibuang. Dean mengambil buku itu, lalu membukanya. Di sana terlihat sebuah kalimat yang bertuliskan kata-kata manis dan ditujukan pada Dean. Dean pernah bahagia hanya karena kalimat manis itu, tapi kini ia muak melihat kalimat itu.
Dean merobek halaman yang berisi kalimat manis itu, lalu membuang sobekan serta bukunya ke tempat sampah. Dean ingin melupakan penulis dari buku itu, jadi tentu saja bukunya harus dibuang, sama seperti ketika penulis itu membuangnya begitu saja.
••••
Sementara Kevin saat ini sedang bicara dengan Jina di salah satu ruangan sepi yang ada di rumah mewah itu. Kevin sudah tahu keributan apa yang Jina lakukan hari ini karena dia sendiri yang bercerita dan apa yang Jina lakukan membuat Kevin cukup kesal. Sebelumnya, Jina mengatakan bisa menjadi gadis baik sampai kontrak selesai, tapi sekarang dia malah membuat masalah.
"Jangan memancing kemarahan Dean atau kita akan tamat jika dia tahu yang sebenarnya tentang dirimu," ucap Kevin dengan nada yang kesal.
"Kau tahu betapa bosannya aku di sini? Aku tidak boleh keluar dari rumah ini, sedangkan pria itu seperti tidak mengganggap kehadiranku di sini. Kau tahu kapan terakhir kali dia bicara padaku sebelum masalah tadi? Hampir 2 bulan yang lalu saat dia tahu kehamilanku. Bahkan jika dia hanya menyewa rahimku, tapi adalah ibu dari anaknya dan dia seharusnya lebih baik padaku. Aku merasa seperti di penjara sekarang." Jina membalas ucapan Kevin. Jina tahu di dunia ini ada orang-orang yang sikapnya dingin, tapi ia tidak percaya ada yang sedingin Dean.
"Sejak awal, kau sudah tahu tentang hal ini, jadi jangan mengeluh dan membuat masalah karena kau sudah menandatangani kontrak dengannya. Hanya 7 bulan lagi dan setelahnya kau bisa pergi dari rumah ini dengan uang yang banyak," ujar Kevin lagi.
"Hanya katamu? Kau pikir itu waktu yang singkat? Aku memang sudah mengetahui hal ini, tapi apa yang bisa aku lalukan jika akhirnya aku bosan? Aku tidak bersungguh-sungguh ingin meminum minuman itu, tapi aku hanya mencari hiburan untuk mengatasi kebosananku."
Sial! Kevin tidak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan pada Jina tentang siapa sosok Dean. Gila namanya jika ada orang yang mencari masalah dengan Dean hanya untuk bersenang-senang.
"Dean memberikan izin padamu untuk pergi jalan-jalan, tapi jika sampai terjadi sesuatu, maka riwayatku akan tamat." Ucapan Kevin yang satu ini membuat Jina terlihat sangat senang. Karena setelah sekian lama Jina bisa menghirup udara segar lagi.
"Tapi, kau sungguh tidak akan keberatan jika nantinya anakmu diambil dan kau tidak bisa bertemu lagi dengannya?" Kevin bertanya pada Jina.
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" dan Jina juga bertanya pada Kevin.
"Aku hanya tidak ingin kau membuat masalah yang lebih besar nantinya. Karena jika kau membuat masalah, maka aku akan kehilangan uang bagianku." Kevin memberikan jawaban pada Jina.
"Aku hanya ingin uang, bukan anak, karena uang bisa menyelesaikan masalahku. Jadi, kau tidak perlu khawatir." Jina bicara dengan penuh keyakinan, lalu pergi meninggalkan Kevin.
Ketidakpedulian Jina pada anaknya tentu adalah hal yang bagus karena semuanya bisa selesai tanpa banyak drama. Tapi, Kevin juga tidak mengerti bagaimana bisa seorang ibu tidak memiliki sedikitpun rasa sayang untuk anaknya sendiri.
Bersambung ....
Jangan lupa tap love dan tinggalkan komentar ya. Ini baru episode 1 jadi masih banyak teka tekinya tentang siapa Dean dan Jina, sama apa hubungan Jina dan Kevin. Aku harap kalian bersabar menunggu kelanjutannya. Aku akan update secepatnya kalau banyak yang suka.