MENIKAH

1678 Words
            “Oh iya yu, makasih ya, tunggu nanti mas ke bawah” Jawab Pras. Setelahnya ia turun ke bawah , menemui ibu nya yang entah kapan sampai nya. Padahal seminggu yang lalu Pras baru saja menelfon ibu nya, untuk meminta restu. Namun jawaban Ratih masih sama. Ia masih terus menolak pilihan Pras untuk menjadikan Kinan istri nya.                 “Bu” Panggil Pras dari ujung anak tangga, ia melihat ibu nya mengenakan pakaian super mencolok ditemani oleh seorang wanita yang mengenakan jilbab hingga lutut. Pras tidak kenal siapa wanita itu. dan lagipula tidak penting, saat ini Pras cukup merasa beryukur karena ibu nya mau datang setidaknya mungkin untuk memberikan doa restu.                 “Bapak mu mana Pras?” Tanya Ratih, entah mengapa baru kali ini ia mencari mantan suami nya itu. Pras celingak celinguk mencari Bapak nya. Di ujung tangga dekat meja makan, di sana terdapat beberapa orang sanak keluarganya yang duduk sembari menikmati teh dan beberapa cemilan yang mereka buat sendiri. Seperti tau apa maksud Pras, Ayu, sepupu Pras yang tadi datang memberitahu Pras bahwa ibu nya datang. Berdiri kemudian memberi isyarat kepada Pras bahwa Bapak nya tidak mau menemui sang ibu. Pras mengerti, wajar jika Bapak nya begitu. Rasa sakit yang wanita itu buat mungkin masih terlalu membekas di dalam diri nya.                 “Gak tau bu” Jawab Pras. Ratih mengangguk, kemudian ia kembali duduk di samping wanita yang menemani nya itu.                 “Ibu , kalau lusa. Bakalan datang kan?” Tanya Pras hati – hati.                 “Gak. Ibu gak bakalan datang. Dari awal ibu gak mau kalau kamu sama Kinan. Ibu bakalan datang kalau kamu mau menikah dengan calon pilihan ibu” Pras tersenyum getir. Ada bagusnya juga ia tidak mengharap terlalu banyak kepada ibu nya. Toh bagi Pras, betul yang ia perkirakan selama ini bahwa ibu nya sudah pasti tidak akan datang di acara pernikahannya bersama Kinan.                 “Gak apa – apa bu” Jawab Pras, dengan senyum getir yang masih terukir di wajah tampan nya.                 “Oh iya, ini Laras. Sebenarnya dulu, ibu pengen banget kamu sama Laras. Di banding sama Kinan dia jauh lebih cantik dan kelihatan lebih soleha kan? Jilbab nya aja udah panjang banget. udah pasti soleha , beda sama calon istri mu itu. Tapi yasudah. Kamu lebih milih perintah bapakmu di banding ibu , ya yowes ndak apa” Ucap Ratih, Pras memandang wanita yang duduk di sebelah ibu nya. Sebenarnya, menurut Pras. Wanita itu biasa saja, hanya saja yang lebih darinya itu, dia telah menutup aurat sepenuh nya, sedangkan Kinan belum.  Biar bagaimanapun itu Pras tetap lebih suka Kinan di banding Laras atau siapalah namanya itu.                 “Bu, kata siapa jilbab panjang sekarang jadi ukuran tingkat kesolehaannya seorang wanita? Sholeha nya wanita , Enggak bisa di ukur seperti itu bu” Jawab Pras. Ratih Cuma tersenyum sinis kepada putra nya itu.                 “Yasudah lah terserah mu saja. Ibu pulang dulu, ibu kesini Cuma mau ngenalin kamu sama Laras. Siapa tau sebentar, besok atau bahkan lusa kamu berubah pikiran. Kamu bisa nikah kok sama Laras. Lagian ibu lebih suka Laras di bandingkan Kinan” Ucap Ratih sambil melangkah keluar dari rumah Pras, di susul dengan Laras yang juga ikut di belakangnya.                 “Hati – hati ya bu” Ucap Pras yang hanya dihadiahi anggukan oleh sang ibu. Setelah itu Pras masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang sedikit lega, setidaknya sebelum ia menikah, ia telah melihat wajah ibu nya itu. *****                 Di lain sisi, Kinan dan keluarganya sedang berada di sebuah apartement yang sengaja Kinan sewakan untuk mereka semua. Kinan sudah lama menabung untuk hal tersebut. 60 persen gajinya di beberapa bulan sebelum pernikahan sengaja ia sisihkan untuk acara – acara pernikahannya tersebut. Tidak banyak yang datang, hanya beberapa dari keluarga besar sekaligus sahabat – sahabatnya di kampung. Kinan cukup senang karena menurut keluarganya mereka cukup menikmati fasilitas yang di berikan oleh Kinan saat ini.                 “Makasih ya nan, bude ndak pernah ngerasain tinggal di tempat kayak gini. Uwenaakkk, ada Ac nya, dingin, adem. Tapi ya tetep aja, bude gak cocok, buktinya sekarang bude langsung flu” Ucap Bude, Tita, adik dari mendiang ibu nya.                 “Iya bude, seneng kalau bude juga seneng” Jawab Kinan.   *****                 “Saya terima nikah dan kawinnya Kinara Adelia Binti Muhammad Nasirul Alam dengan emas lima puluh gram beserta seperangkat alat sholat di bayar tunai!” Dengan satu kali hentakan napas, Pras telah resmi mempersunting Kinan. Wanita di sebelahnya menatap haru wajah laki – laki yang satu menit lalu baru saja sah menjadi suami nya itu.                 “SAH, ALHAMDULILLAH” Semua orang di ruangan itu langsung mengucap syukur alhamdulillah karena Pras dan Kinan telah sah menjadi sepasang suami istri. Berbeda dengan orang – orang yang telah di jodohkan pada umum nya, Pras dan Kinan nampak seperti sepasang kekasih yang memang merencanakan pernikahan mereka matang – matang, mereka bahkan nampak sangat bahagia, terlihat jelas oleh senyuman mereka berdua yang sejak tadi tidak pernah lepas dari bibir mereka masing – masing.                 Selepas Ijab Qobul, Resepsi langsung di laksanakan, berbagai tamu berdatangan baik dari kalangan pejabat – pejabat daerah, teman – teman kantor mereka, sanak saudara mereka yang sengaja berdatangan , walaupun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.                 “Selamat yaaa kalian berdua” Caca , sahabat Kinan semasa kuliah dengan heboh naik ke pelaminan memberi selamat kepada dua orang yang sedang berbahagia itu. Kinan memeluk caca mengucapkan banyak terimakasih karena selama persiapan pernikahannya Caca cukup banyak membantu Kinan, dari urusan pencarian WO yang bagus hingga masalah catering. Apalagi saat Pras tidak bisa menemaninya karena ada jadwal penerbangan. Caca adalah satu – satu nya orang yang bisa Kinan andalkan saat itu.                 “Caaaa, makasih banyakk yaa udah dateng, makasih banyak juga karena kamu udah bantuin aku kemarin” Ucap Kinan, Caca tersenyum kemudian mengangguk. Dalam hati Caca yang paling dalam, ia senang sekali melihat Kinan berbahagia hari itu.                 Selain Caca ada banyak juga teman – teman Pras dari berbagai kalangan yang datang, para petugas bandara, bea cukai , dan lain – lain banyak yang berdatangan, Kinan turut senang. Ia bahkan tak menyangka bahwa pernikahannya akan semeria ini.                 Setelah resepsi selesai, Kinan dan Pras langsung pulang ke rumah baru mereka, sebenarnya Jika saja keluarganya di kampung mau tinggal sedikit lebih lama lagi, mungkin akan lebih menyenangkan. Namun selepas resepsi tadi, orang tua Pras beserta kerabat Kinan yang lain memilih untuk pulang duluan, sebab mereka beralasan bahwa ada beberapa hal yang harus mereka kerjakan di kampung. Jadi mau tidak mau, disinilah mereka, di rumah baru yang Pras sengaja beli untuk Kinan. Hanya berdua, benar – benar berdua.                 “Mas , mau nge teh gak?” Tanya Kinan , saat ia baru saja selesai membersihkan badannya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, sembari mengeringkan rambutnya. Pras langsung mengalihkan pandangannya dari Kinan. Biar bagaimanapun juga, ia adalah pria normal, jika ia nekat dan terus – terusan menatap Kinan seperti itu. ia yakin, malam ini akan jadi malam yang panjang untuk mereka berdua.                 “Boleh” Jawab Pras, Tanpa menatap Kinan. Sementara Kinan dengan santai nya, membuka koper yang isi nya hadiah dari para teman – temannya. Barang – barang nya sendiri , semua masih tertinggal di apartement, rencana nya besok Kinan akan meminta Pras untuk menemani nya mengambil barang – barang tersebut.                 Kinan melotot kaget , melihat baju – baju di dalam koper yang bisa dibilang tidak manusiawi untuk Kinan. Baju tidur tipis dengan belahan d**a rendah, atau celana pendek sepaha  yang tidak bisa benar – benar di sebut dengan celana pendek sepaha karena, hanya menutup beberapa cm bagian tubuh pemakai nya dari pinggang. Ada juga lingerie, dan beberapa pakaian dalam yang tidak bisa menutupi semua yang harus Kinan tutupi. Benar – benar teman – teman nya sudah keterlaluan.                 “Mas…” Panggil Kinan lirih                 “Iya Kinan” Jawab Pras lembut.                 “Mas, masa baju yang temen – temen kasih, pada gak sopan kayak gini. Liat deh mas. Gimana dong?” Tanya Kinan dengan raut muka yang sedikit panik. Pasalnya Kinan sendiri, tidak pernah memakai baju yang terlalu terbuka seperti itu.                 Pras memutar tubuhnya, sehingga bisa menatap baju Kinan yang di berikan oleh para teman – temannya. Pras juga bingung harus apa, jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, tidak mungkin juga untuk mereka keluar membeli baju yang lebih sopan.                 “Yaudah , pakai aja.” Jawab Pras                 “Gak apa – apa?” Tanya Kinan, Pras mengangguk. Sebenarnya hal tersebut adalah boomerang bagi Pras, karena ia tidak akan menjamin bahwa dirinya akan biasa – biasa saja. Seranjang bersama Kinan walaupun dengan pakaian yang amat tertutup pun, Pras tidak akan menjamin bahwa semua nya akan biasa – biasa saja, apalagi jika Kinan memakai pakaian yang terbuka. Entahlah, Pras tidak bisa berkata apa – apa lagi.                 Kinan segera mengganti baju nya, kemudian kembali lagi. Kali ini handuk nya sudah lepas , digantikan oleh celana pendek dan juga baju tidur tipis yang menurut Kinan lebih pantas di sebut tanktop di bandingkan dengan baju tidur. Beberapa detik Kinan dan Pras saling bertatapan. Pras tertegun menatap sosok wanita cantik di hadapannya saat ini. Sungguh Pras tak pernah menyangka bahwa Kinan akan tampil semenggoda itu. kulit putih mulus, beserta tubuh nya yang langsing sangat pas dengan baju yang ia kenakan.                 “Mas?” Panggil Kinan saat ia baru saja mengucapkan sesuatu dan Pras tidak menyadarinya.                 “Hah… iya nan? Yuk nge teh” Jawab Pras, gugup. Ia segera berdiri, kemudian berjalan duluan keluar kamar meninggalkan Kinan sendirian yang masih menatap Pras heran.                 Pras menyadari suatu hal, bahwa wajah nya bahkan memerah setelah melihat Kinan tampil di hadapannya dengan pakaian yang sangat menggoda seperti itu, ia adalah laki – laki normal, tanpa ia sadari ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, dan tentu saja harus di tuntaskan. Tak ingin mengambil risiko Pras buru – buru membasuh wajah nya di westafel dapur. Berusaha setenang mungkin dengan semua hal yang sedang ia hadapi saat ini.                 “Kok gak cuci muka di kamar aja mas?” Tanya Kinan , yang sukses membuat Pras terlonjak kaget. Kinan mendekati suaminya itu, menempelkan punggung tangannya pada dahi sang suami.                 “Mas Pras, anget. Minum obat ya? Muka nya sampai merah gitu” Jawab Kinan, yang semakin sukses membuat Pras menahan napas karena jarak mereka yang sungguh sangat dekat. Sehingga Pras sendiri dapat mencium wangi parfume yang di pakai oleh Kinan. Ingin rasanya Pras menjawab dengan jujur bahwa ia tidak sedang sakit, melainkan,ada sesuatu yang bergejolak di dalam diri nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD