RESTU IBU

1320 Words
AUTHOR POV                 “Hah?” Kinan melongo mendengar ucapan Pras barusan, ia sama sekali tak menyangka bahwa Pras akan berkata seperti itu kepadanya, apalagi , menurut Kinan mereka baru saja mengakrabkan diri. Jika boleh jujur, Kinan belum cinta sama sekali dengan Pras. Tapi ia cukup tertarik dengan kepribadian calon suami nya itu. terlepas dari Pras adalah orang kaya atau tidak. Tapi menurut Kinan , Pras adalah sosok laki – laki yang baik, walaupun yaa sebelumnya menurut Kinan Pras adalah lambang dari kesombongan seorang laki – laki yang telah sukses.                 “Kok malah Hah? Gak ngerti ya nan?” Tanya Pras. Kinan mengangguk, padahal ia sudah mengerti. Namun ia ingin memperjelas semuanya sekali lagi.                 “Mau gak kamu jadi pacar sekaligus istri saya? Saya gak tau sejak kapan saya mulai sayang sama kamu , mulai suka sama kamu. Saya benar – benar gak tau. Tapi ada beberapa hal yang pas kamu gak ada bikin saya sadar kalau sepertinya saya sudah suka sama kamu, saya ngerasa kehilangan pas kamu turun dari mobil saya terus masuk ke dalam kostan sambil dadah – dadah, saya ngerasa ada yang hilang. Saya juga ngerasa kehilangan, saya ngerasa rindu pas saya di Jepang kamu gak ada kabar. Maka dari itu saya datang kesini sekarang , maka dari itu saya gak pulang dulu. Saya mau ketemu sama kamu. Mastiin kamu baik – baik aja” Ucap Pras dengan sangat lancar , mata nya bahkan menatap lurus manik mata Kinan yang entah sudah berapa lama tidak berkedip. Sementara itu. Kinan tertegun mendengar ucapan Pras barusan.                 “Mas Pras cinta sama Kinan? Kok bisa?” Tanya Kinan                 “Saya gak tau, saya gak tau kenapa saya jadi jatuh cinta duluan sama kamu. Padahal kamu gak berusaha narik perhatian saya, kamu malah bertingkah seakan – akan saya itu teman kamu. Aneh kan? Saya gak bakalan maksa kamu kok nan buat balas perasaan saya. Saya yakin banget kalau sekarang ini kamu kaget. Bener kan? Gak apa – apa , biarin aja. Tapi kamu kalau misalnya nanti udah punya rasa juga sama saya. Jangan sungkan ya , bilangnya.” Jawab Pras dengan senyum manis di wajah tampan nya.  Jujur saja, Kinan jadi merasa tidak enak sendiri terhadap Pras. Walaupun mereka sebentar lagi akan menikah. Namun jika dalam situasi dan kondisi seperti ini, Kinan tentu saja tetap merasa tidak enak. Pras terlalu baik, dan Jika Kinan tidak bisa balas perasaan Pras. Pras pasti akan bilang kalau Kinan jahat. Atau tidak punya hati. “Habis nikah, di tagih ya mas jawabannya. Kalau sekarang aku masih belum bisa ngasih tau mas Pras jawabannya” Jawab Kinan, menurut Kinan jawaban seperti itu memanglah yang paling aman untuk di ucapkan untuk sekarang ini. Sebab Kinan sendiri tidak tahu, apa yang akan terjadi jika ia terang – terangan menolak Pras. “Bener?” Tanya Pras Kinan mengangguk.                 Setelah itu Pras pamit pulang, dan Kinan kembali ke dalam kostannya. Jujur, Pras pulang dengan keadaan perasaan yang super campur aduk karena jawaban Kinan masih ambigu dan belum pasti. Kenapa harus setelah menikah? Kenapa gak sekarang aja?  Rasanya Pras pengen bilang itu ke Kinan, Cuma gak bisa. Masa iya minta jawaban cinta harus maksa. Let it flow aja. Ucap Pras dalam hati.                 Setelah itu semuanya biasa – biasa saja, berjalan seperti kemarin – kemarin saat Pras belum mengutarakan perasaannya. Berbagai persiapan pernikahan telah di lakukan , pre-wedding dan sebar undangan sudah, urusan gedung,catering dan lain – lain semuanya sudah. Sekarang , mereka berdua sedang di pingit. Sebenarnya selama di pingit, Pras sudah rindu sekali dengan Kinan. Sudah hampir satu minggu, mereka bahkan tak berhubungan sama sekali bahkan sekedar via chat saja tidak. Pras jadi kelimpungan sendiri gara – gara itu. lagi asyik – asyik mikir tiba – tiba ada seseorang yang mengetuk pintu Pras.                 “Permisi Mas, itu bude ada di bawah. Pengen ketemu sama Mas Pras” Ucap Ayu, adik sepupu Pras. Karena sudah mendekati hari pernikahan, sanak saudara Pras datang ke kota, dan menginap di rumah Pras guna mempersiapkan pernikahan, maka dari itulah ia teroaksa harus ikhlas di pingit dan tetap berada di rumah.                 “Oh iya yu, makasih ya, tunggu nanti mas ke bawah” Jawab Pras. Setelahnya ia turun ke bawah , menemui ibu nya yang entah kapan sampai nya. Padahal seminggu yang lalu Pras baru saja menelfon ibu nya, untuk meminta restu. Namun jawaban Ratih masih sama. Ia masih terus menolak pilihan Pras untuk menjadikan Kinan istri nya.                 “Bu” Panggil Pras dari ujung anak tangga, ia melihat ibu nya mengenakan pakaian super mencolok ditemani oleh seorang wanita yang mengenakan jilbab hingga lutut. Pras tidak kenal siapa wanita itu. dan lagipula tidak penting, saat ini Pras cukup merasa beryukur karena ibu nya mau datang setidaknya mungkin untuk memberikan doa restu.                 “Bapak mu mana Pras?” Tanya Ratih, entah mengapa baru kali ini ia mencari mantan suami nya itu. Pras celingak celinguk mencari Bapak nya. Di ujung tangga dekat meja makan, di sana terdapat beberapa orang sanak keluarganya yang duduk sembari menikmati teh dan beberapa cemilan yang mereka buat sendiri. Seperti tau apa maksud Pras, Ayu, sepupu Pras yang tadi datang memberitahu Pras bahwa ibu nya datang. Berdiri kemudian memberi isyarat kepada Pras bahwa Bapak nya tidak mau menemui sang ibu. Pras mengerti, wajar jika Bapak nya begitu. Rasa sakit yang wanita itu buat mungkin masih terlalu membekas di dalam diri nya.                 “Gak tau bu” Jawab Pras. Ratih mengangguk, kemudian ia kembali duduk di samping wanita yang menemani nya itu.                 “Ibu , kalau lusa. Bakalan datang kan?” Tanya Pras hati – hati.                 “Gak. Ibu gak bakalan datang. Dari awal ibu gak mau kalau kamu sama Kinan. Ibu bakalan datang kalau kamu mau menikah dengan calon pilihan ibu” Pras tersenyum getir. Ada bagusnya juga ia tidak mengharap terlalu banyak kepada ibu nya. Toh bagi Pras, betul yang ia perkirakan selama ini bahwa ibu nya sudah pasti tidak akan datang di acara pernikahannya bersama Kinan.                 “Gak apa – apa bu” Jawab Pras, dengan senyum getir yang masih terukir di wajah tampan nya.                 “Oh iya, ini Laras. Sebenarnya dulu, ibu pengen banget kamu sama Laras. Di banding sama Kinan dia jauh lebih cantik dan kelihatan lebih soleha kan? Jilbab nya aja udah panjang banget. udah pasti soleha , beda sama calon istri mu itu. Tapi yasudah. Kamu lebih milih perintah bapakmu di banding ibu , ya yowes ndak apa” Ucap Ratih, Pras memandang wanita yang duduk di sebelah ibu nya. Sebenarnya, menurut Pras. Wanita itu biasa saja, hanya saja yang lebih darinya itu, dia telah menutup aurat sepenuh nya, sedangkan Kinan belum.  Biar bagaimanapun itu Pras tetap lebih suka Kinan di banding Laras atau siapalah namanya itu.                 “Bu, kata siapa jilbab panjang sekarang jadi ukuran tingkat kesolehaannya seorang wanita? Sholeha nya wanita , Enggak bisa di ukur seperti itu bu” Jawab Pras. Ratih Cuma tersenyum sinis kepada putra nya itu.                 “Yasudah lah terserah mu saja. Ibu pulang dulu, ibu kesini Cuma mau ngenalin kamu sama Laras. Siapa tau sebentar, besok atau bahkan lusa kamu berubah pikiran. Kamu bisa nikah kok sama Laras. Lagian ibu lebih suka Laras di bandingkan Kinan” Ucap Ratih sambil melangkah keluar dari rumah Pras, di susul dengan Laras yang juga ikut di belakangnya.                 “Hati – hati ya bu” Ucap Pras yang hanya dihadiahi anggukan oleh sang ibu. Setelah itu Pras masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang sedikit lega, setidaknya sebelum ia menikah, ia telah melihat wajah ibu nya itu. *****                 Di lain sisi, Kinan dan keluarganya sedang berada di sebuah apartement yang sengaja Kinan sewakan untuk mereka semua. Kinan sudah lama menabung untuk hal tersebut. 60 persen gajinya di beberapa bulan sebelum pernikahan sengaja ia sisihkan untuk acara – acara pernikahannya tersebut. Tidak banyak yang datang, hanya beberapa dari keluarga besar sekaligus sahabat – sahabatnya di kampung. Kinan cukup senang karena menurut keluarganya mereka cukup menikmati fasilitas yang di berikan oleh Kinan saat ini.                 “Makasih ya nan, bude ndak pernah ngerasain tinggal di tempat kayak gini. Uwenaakkk, ada Ac nya, dingin, adem. Tapi ya tetep aja, bude gak cocok, buktinya sekarang bude langsung flu” Ucap Bude, Tita, adik dari mendiang ibu nya.                 “Iya bude, seneng kalau bude juga seneng” Jawab Kinan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD