DAY 1

1913 Words
                “Saya terima nikah dan kawinnya Kinara Adelia Binti Muhammad Nasirul Alam dengan emas lima puluh gram beserta seperangkat alat sholat di bayar tunai!” Dengan satu kali hentakan napas, Pras telah resmi mempersunting Kinan. Wanita di sebelahnya menatap haru wajah laki – laki yang satu menit lalu baru saja sah menjadi suami nya itu.                 “SAH, ALHAMDULILLAH” Semua orang di ruangan itu langsung mengucap syukur alhamdulillah karena Pras dan Kinan telah sah menjadi sepasang suami istri. Berbeda dengan orang – orang yang telah di jodohkan pada umum nya, Pras dan Kinan nampak seperti sepasang kekasih yang memang merencanakan pernikahan mereka matang – matang, mereka bahkan nampak sangat bahagia, terlihat jelas oleh senyuman mereka berdua yang sejak tadi tidak pernah lepas dari bibir mereka masing – masing.                 Selepas Ijab Qobul, Resepsi langsung di laksanakan, berbagai tamu berdatangan baik dari kalangan pejabat – pejabat daerah, teman – teman kantor mereka, sanak saudara mereka yang sengaja berdatangan , walaupun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.                 “Selamat yaaa kalian berdua” Caca , sahabat Kinan semasa kuliah dengan heboh naik ke pelaminan memberi selamat kepada dua orang yang sedang berbahagia itu. Kinan memeluk caca mengucapkan banyak terimakasih karena selama persiapan pernikahannya Caca cukup banyak membantu Kinan, dari urusan pencarian WO yang bagus hingga masalah catering. Apalagi saat Pras tidak bisa menemaninya karena ada jadwal penerbangan. Caca adalah satu – satu nya orang yang bisa Kinan andalkan saat itu.                 “Caaaa, makasih banyakk yaa udah dateng, makasih banyak juga karena kamu udah bantuin aku kemarin” Ucap Kinan, Caca tersenyum kemudian mengangguk. Dalam hati Caca yang paling dalam, ia senang sekali melihat Kinan berbahagia hari itu.                 Selain Caca ada banyak juga teman – teman Pras dari berbagai kalangan yang datang, para petugas bandara, bea cukai , dan lain – lain banyak yang berdatangan, Kinan turut senang. Ia bahkan tak menyangka bahwa pernikahannya akan semeria ini.                 Setelah resepsi selesai, Kinan dan Pras langsung pulang ke rumah baru mereka, sebenarnya Jika saja keluarganya di kampung mau tinggal sedikit lebih lama lagi, mungkin akan lebih menyenangkan. Namun selepas resepsi tadi, orang tua Pras beserta kerabat Kinan yang lain memilih untuk pulang duluan, sebab mereka beralasan bahwa ada beberapa hal yang harus mereka kerjakan di kampung. Jadi mau tidak mau, disinilah mereka, di rumah baru yang Pras sengaja beli untuk Kinan. Hanya berdua, benar – benar berdua.                 “Mas , mau nge teh gak?” Tanya Kinan , saat ia baru saja selesai membersihkan badannya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, sembari mengeringkan rambutnya. Pras langsung mengalihkan pandangannya dari Kinan. Biar bagaimanapun juga, ia adalah pria normal, jika ia nekat dan terus – terusan menatap Kinan seperti itu. ia yakin, malam ini akan jadi malam yang panjang untuk mereka berdua.                 “Boleh” Jawab Pras, Tanpa menatap Kinan. Sementara Kinan dengan santai nya, membuka koper yang isi nya hadiah dari para teman – temannya. Barang – barang nya sendiri , semua masih tertinggal di apartement, rencana nya besok Kinan akan meminta Pras untuk menemani nya mengambil barang – barang tersebut.                 Kinan melotot kaget , melihat baju – baju di dalam koper yang bisa dibilang tidak manusiawi untuk Kinan. Baju tidur tipis dengan belahan d**a rendah, atau celana pendek sepaha  yang tidak bisa benar – benar di sebut dengan celana pendek sepaha karena, hanya menutup beberapa cm bagian tubuh pemakai nya dari pinggang. Ada juga lingerie, dan beberapa pakaian dalam yang tidak bisa menutupi semua yang harus Kinan tutupi. Benar – benar teman – teman nya sudah keterlaluan.                 “Mas…” Panggil Kinan lirih                 “Iya Kinan” Jawab Pras lembut.                 “Mas, masa baju yang temen – temen kasih, pada gak sopan kayak gini. Liat deh mas. Gimana dong?” Tanya Kinan dengan raut muka yang sedikit panik. Pasalnya Kinan sendiri, tidak pernah memakai baju yang terlalu terbuka seperti itu.                 Pras memutar tubuhnya, sehingga bisa menatap baju Kinan yang di berikan oleh para teman – temannya. Pras juga bingung harus apa, jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, tidak mungkin juga untuk mereka keluar membeli baju yang lebih sopan.                 “Yaudah , pakai aja.” Jawab Pras                 “Gak apa – apa?” Tanya Kinan, Pras mengangguk. Sebenarnya hal tersebut adalah boomerang bagi Pras, karena ia tidak akan menjamin bahwa dirinya akan biasa – biasa saja. Seranjang bersama Kinan walaupun dengan pakaian yang amat tertutup pun, Pras tidak akan menjamin bahwa semua nya akan biasa – biasa saja, apalagi jika Kinan memakai pakaian yang terbuka. Entahlah, Pras tidak bisa berkata apa – apa lagi.                 Kinan segera mengganti baju nya, kemudian kembali lagi. Kali ini handuk nya sudah lepas , digantikan oleh celana pendek dan juga baju tidur tipis yang menurut Kinan lebih pantas di sebut tanktop di bandingkan dengan baju tidur. Beberapa detik Kinan dan Pras saling bertatapan. Pras tertegun menatap sosok wanita cantik di hadapannya saat ini. Sungguh Pras tak pernah menyangka bahwa Kinan akan tampil semenggoda itu. kulit putih mulus, beserta tubuh nya yang langsing sangat pas dengan baju yang ia kenakan.                 “Mas?” Panggil Kinan saat ia baru saja mengucapkan sesuatu dan Pras tidak menyadarinya.                 “Hah… iya nan? Yuk nge teh” Jawab Pras, gugup. Ia segera berdiri, kemudian berjalan duluan keluar kamar meninggalkan Kinan sendirian yang masih menatap Pras heran.                 Pras menyadari suatu hal, bahwa wajah nya bahkan memerah setelah melihat Kinan tampil di hadapannya dengan pakaian yang sangat menggoda seperti itu, ia adalah laki – laki normal, tanpa ia sadari ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, dan tentu saja harus di tuntaskan. Tak ingin mengambil risiko Pras buru – buru membasuh wajah nya di westafel dapur. Berusaha setenang mungkin dengan semua hal yang sedang ia hadapi saat ini.                 “Kok gak cuci muka di kamar aja mas?” Tanya Kinan , yang sukses membuat Pras terlonjak kaget. Kinan mendekati suaminya itu, menempelkan punggung tangannya pada dahi sang suami.                 “Mas Pras, anget. Minum obat ya? Muka nya sampai merah gitu” Jawab Kinan, yang semakin sukses membuat Pras menahan napas karena jarak mereka yang sungguh sangat dekat. Sehingga Pras sendiri dapat mencium wangi parfume yang di pakai oleh Kinan. Ingin rasanya Pras menjawab dengan jujur bahwa ia tidak sedang sakit, melainkan ada sesuatu yang harus ia tuntaskan saat itu juga.                 “Cuma kecapean aja kok nan, gak apa – apa. gak usah minum obat juga nanti sembuh sendiri” Jawab Pras , kemudian ia duduk di meja makan menunggu istri nya itu selesai membuatkan teh hangat untuk menghilangkan rasa lelah mereka.                 Tak ada percakapan di antara keduanya, mereka sibuk dengan pikiran masing – masing, Kinan sibuk memikirkan apakah ia harus seranjang dengan Pras atau tidak, sementara Pras sibuk menenangkan dirinya sendiri. Entah apa yang terjadi malam nanti ketika mereka satu ranjang. Pras ragu apakah dirinya akan bisa melewati malam , atau tidak. Apakah ia akan baik – baik saja atau tidak. Sebenarnya tidak apa – apa jika ada sesuatu yang terjadi di antara mereka, toh, mereka ini sudah halal. Pras mungkin tidak apa – apa, tapi berbeda dengan Kinan.                 “Tidur yuk mas” Ajak Kinan, yang sukses membuat jantung Pras ingin meloncat keluar dari tempat nya, bagaimana bisa gadis itu dengan lantang nya mengajak Pras tidur apalagi dengan baju seperti itu. apakah Kinan tidak takut di terkam oleh suami nya itu?                 “Ahh… iya” Jawab Pras dengan jantung yang berdegub tidak karuan.  Kinan berjalan mendahului Pras, sementara Pras mengekor di belakangnya. Mengambil remote control kemudian mematikan lampu di beberapa titik ruangan yang tidak perlu di sinari cahaya lampu hingga pagi.                 Sesampainya di kamar, mereka berdua nampak canggung. Kinan tidur di sisi kiri tempat tidur, sedangkan Pras, berada di sisi kanan nya. Mereka berdua nampak canggung duduk di kasur tersebut. Sebenarnya Kinan sudah sangat mengantuk hanya saja, ia tidak tahu harus berbuat apa. kata orang, malam pertama akan menjadi malam yang sangat panjang. Namun Kinan tidak merasakan tanda – tanda malam panjang itu. melihat Pras yang sungguh sangat tenang , bahkan saat Kinan memakai baju yang sangat terbuka.                 “Lampunya dimatiin apa dinyalain aja nan?” Tanya Pras                 “Terserah mas aja, aku bisa tidur kalau terang maupun gelap kok” Jawab Kinan. Pras mengangguk kemudian mematikan lampu kamarnya menggunakan , sekali tepukan tangan. Di rumah baru mereka memang tergolong kedalam smart home, semuanya serba berbau modern hingga mereka tak perlu lebih bersusah payah lagi. Setelah mematikan lampu, Pras segera berbaring di sebelah kinan, rasanya canggung sekaligus aneh. Padahal semalam Pras, masih tidur sendiri, sekarang sudah ada Kinan di sampingnya. Waktu memang begitu lucu.                 Semalaman , Pras hampir tak bisa tidur, ia gelisah tiap kali mata nya tak sengaja menatap sang istri yang sedang tertidur pulas. Beberapa kali baju yang dikenakan oleh Kinan terangkat sehingga menampilkan perut dan pinggang ramping gadis itu, Pras hampir saja kalah dengan nafsu nya sendiri. Namun untung saja ia masih bisa menahannya. Kalau saja ia tidak memaksakan diri untuk memejamkan mata. Mungkin Kinan sudah habis malam tadi.                 Kinan membuka matanya pelan – pelan, sesuatu yang berat berada di atas perutnya. Kinan kesulitan bergerak sebab seseorang sedang memeluknya saat ini. Kinan mengerjapkan mata nya, berusaha sadar dari tidurnya. Pras, memeluknya dengan hangat. Menjadikannya sebagai guling bernyawa, tanpa sadar, kini Jantung Kinan berdegub kencang, inilah kali pertamanya di peluk oleh laki – laki lain selain keluarganya sendiri. Beberapa kali ia mencoba untuk melepaskan dirinya dari pelukan sang suami, namun tidak berhasil, tenaga nya tidak cukup kuat untuk sekedar mengangkat lengan kekar milik Pras, jadilah ia pasrah saja, menunggu Pras terbangun dari tidurnya.                 Pras terbangun ketika jam sudah menunjukan pukul sebelas siang, sementara Kinan sepertinya kembali tertidur karena terlalu lama menunggu Pras bangun. Pras sedikit bergerak, sontak membuat Kinan tersadar. Dengan cepat Pras memindahkannya, karena merasa tidak enak karena telah memeluk Kinan sembarangan.                 “Maaf nan, semalam saya gak sadar udah meluk kamu, maaf ya” Ucap Pras sembari memeluk tengkuknya yang tak gatal, jujur saja, Pras tidak pernah merasa secanggung ini ketika bersama orang lain.                 “Eh… gapapa mas. Lagian udah halal juga” Jawab Kinan yang sontak membuat pipi Pras memerah, Maksud kamu apa nan ngomong gitu ke aku?.  Tanya Pras dalam hati.                 “Eh… mas laper ya? Aku bikinin makan siang yaa” Ucap Kinan yang langsung berdiri dari tempat tidur, kemudian bersih – bersih sebentar di kamar mandi setelah itu ia ke dapur, untuk membuatkan sarapan sekaligus makan siang untuk suami nya itu.                 Pras masih berdiam diri di tempatnya, menatap pantulan dirinya dari dalam cermin. Ia tetap saja terlihat tampan walupun baru bangun tidur. Pras masih tidak menyangka kalau dirinya sekarang telah menyandang status sebagai seorang suami, padahal kemarin pagi di jam yang sama, ia masih berada di perjalanan menuju gedung untuk menggelar acara ijab qobul sekaligus resepsi pernikahannya bersama Kinan.                 Setelah puas memandang dirinya sendiri di cermin, Pras bangun untuk bersih – bersih sekaligus menemani Kinan yang sedang memasak di dapur. Dari kejauhan Pras melihat Kinan yang tengah sibuk dengan masakannya, heran, kenapa ada bahan masakan di rumahnya padahal ia belum sempat menemani sang istri untuk berbelanja bulanan.                 “Nan… masak apa?” Tanya Pras , Kinan menoleh sebentar kemudian melanjutkan lagi apa yang sedang ia kerjakan.                 “Ahh ini mas, kemarin bude ku nyimpen sedikit bahan makanan, jadi bikin deh. Lumayan pengganjal perut. Tapi belum ada beras. Kapan ya mas bisa belanja bulanan?” Tanya Kinan. Pras berpikir sejenak, kemudian menghampiri istrinya itu.                 “Hmmm, hari ini bisa sih nan. Tapi kamu kan belum ambil barang ya? Gimana kalau belanjanya besok aja? Gapapa hari ini kita makan malam di luar aja” Jawab Pras, Kinan mengangguk setuju. Tak lama kemudian , masakannya pun jadi. Mereka kemudian makan siang bersama kemudian setelah itu mereka bersiap – siap menuju Apartement yang kemarin di sewa oleh Kinan untuk mengambil barang – barang Kinan yang masih tertinggal di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD