When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sesampainya di rumah sakit, sudah banyak orang. Diantaranya ada suaminya, orang tua dan mertua Ibu Dinda. Tata dan Ara melangkah pasti, kedua guru yang tadi mengantar Ibu Dinda menatap heran kedua bocah itu. Bagaimana bisa keduanya bisa keluar dari sekolah dan berada disini. "Bu, kok ada Tata dan Ara? Bagaimana bisa keluar sekolah dan siapa yang izinkan?" tanya Ibu Siksa memberondong. "Jika Tata sampai harus menyusul kesini, itu artinya ada sesuatu yang penting yang memang harus disampaikan," jawab Ibu Surti. "Keluarga Ibu Dinda," panggil dokter. "Saya suaminya, Dok. Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" "Mohon maaf, Pak. Kami sudah berusaha, tapi nyawa Ibu Dinda tidak dapat tertolong lagi. Ibu Dinda kena serangan jantung dan saat ini Ibu Dinda sudah meninggal," ucapnya lirih. "Apa? Ga