When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ketika semua persiapan sudah selesai, jenazah Ibu Dinda langsung dibawa ke rumah duka. Disana, segala sesuatu sudah dipersiapkan oleh keluarga besarnya. Beberapa guru pun terlihat sudah berkumpul di rumah Ibu Dinda. Beberapa diantaranya terkejut karena melihat Tata dan Ara, tapi yang lainnya biasa saja seakan paham kenapa ada Tata dan Ara di prosesi untuk memakamkan Ibu Dinda. Beberapa guru terdengar bisik-bisik saat Tata dan Ara berjalan mendekati mereka. Tatapan mereka penuh tanda tanya juga curiga, bahkan ada yang memandangnya sebelah mata. Ini sebenarnya bukan yang pertama kali di pandang sebelah mata, sebelumnya pernah Tata juga mendapat kejadian aneh di kelas dan satu sekolah lagi riuh. Sekarang, terulang kembali, raut wajah Tata berubah sendu saat tak sengaja mendengar ucapan sala