When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Bel pulang sekolah berbunyi, teman-teman yang lain bergegas membereskan peralatan sekolahnya lalu satu persatu mulai keluar kelas dan pulang menuju rumah masing-masing. Ara juga membereskan semua peralatan sekolahnya, ia menatap Tata yang hanya diam saja tak melakukan apa-apa. "Ta, kenapa gak diberesin?" "Iya, sebentar lagi," balasnya acuh. "Ayo kita pulang, kelas sudah sepi tahu! Ngapain, sih?" "Lagi nunggu telpon dari Ayah." "Hah? Mau apa memangnya? Kamu dijemput Ayah? Kenapa gak pulang sama aku aja?" "Ish bawel!! Aku gak dijemput Ayah, tapi sebentar mau ngobrol dulu di telpon! Jangan bawel!!" "Iya tapi kenapa? Tumben amat sampai telpon-telponan pas sekolah? Biasanya juga kalau ada apa-apa 'kan kamu ceritanya di rumah." "Ya gak bisa cerita di rumah." "Kenapa? Takut ketahuan Ibun