Tania yang tangannya dipegang terus oleh Ken, membuatnya tidak bisa kabur dan pergi dari sisi Ken, lalu ia akan menghubungi ayahnya dan mengatakan kalau ia ada di sini. Roma – Italy, bersama dengan Ken yang menculiknya.
Tania mencoba untuk melepaskan genggama tangan Ken yang menggenggamnya masuk ke dalam butik menyediakan gaun pengantin berbagai harga dan juga model yang tentu saja harganya sangat mahal.
“Kau mau kemana? Kabur?” tanya Ken semakin mengeratkan genggaman tangan Tania pada dirinya. Ia tidak akan melepaskan gadis ini, untuk pergi dari sisinya. Mana bisa Tania pergi darinya. Kalau perlu Ken akan mengikat Tania terus, agar gadis itu tidak kabur darinya.
“Kak, tangan Tania kebas.” Alasan yang diberikan oleh Tania masuk akal. Tangannya yang kebas karena digenggam sangat kuat oleh Ken. Membuatnya mau melepaskan tangan lelaki itu dari tangannya.
Ken melonggarkan genggaman tangannya, matanya menatap tajam Tania. “Kalau kau mau kabur dariku tidak akan bisa Tania. Di luar sana banyak anak buahku yang menjaga dan memperhatikan dirimu. Buang jauh-jauh pikiranmu itu mau kabur dariku Tania.” Ucap Ken duduk di sofa di dalam butik.
“Mr. Orion, ada yang anda perlukan?” tanya wanita paruh baya tersenyum sopan pada Ken.
“Saya memesan gaun pengantin untuk calon istri saya kemarin, apakah sudah siap?” tanya Ken.
Wanita itu melirik pada wanita yang duduk di samping Ken, lalu ia mengangguk. “Tentu Mr. Orion, pesanan anda sudah kami siapkan. Sebentar, saya akan menyuruh karyawan saya mengambilkan.” Ucap wanita paruh baya tersebut, dan menepuk tangannya memanggil karyawan dan menyuruh mengambil gaun pengantin yang sudah dipesan oleh Mr. Orion.
Tania duduk gelisah dan matanya berulang kali menatap keluar. Padahal sangat mudah kalau dibayangkan, ia hanya perlu berlari keluar dari dalam butik ini, dan berlari sejauh mungkin, lalu menelepon ayahnya dengan telepon umum dan ayahnya mengangkat, lalu ia bebas dari sini. Mudah sekali untuk dibayangkan tapi sulit dilakukan.
“Kau tidak perlu melihat keluar terus Tania. Kau tidak akan bisa kabur dari sini.” Ucap Ken, masih menatap lurus ke depan sembari memegang ponselnya.
Tania menoleh sekilas pada Ken. “Kau yakin mau menikahi gadis yang tidak mencintaimu? Bukankah lebih baik dicintai dibanding mencintai. Kak Marien sangat mencintaimu, bahkan dia wanita yang begitu baik dan sudah sukses dengan apa yang dicapai olehnya. Dibanding bersamaku kau akan lebih bahagia bersamanya.” Ucap Tania, masih berusaha untuk mengubah jalan pikiran Ken.
Ken tertawa kecil. “Oh ya? Tapi aku tidak mencintainya. Aku tidak perlu dia mau sukses atau tidak. Aku kaya dan aku bisa memiliki apa yang aku mau dan membeli semua yang aku inginkan. Termasuk harga dirimu!”
Ucapan Ken yang menghinanya membuat Tania terkejut dan menggeleng. “Harga diriku tidak bisa dibeli olehmu!” sanggah Tania.
“Hahaha… tapi aku bisa membeli dirimu sekarang dengan cara paksa. Walau aku tidak membelinya dengan uang. Tapi aku bisa menggunakan uang untuk membawamu kemari Tania. Kalau aku miskin, mana bisa aku membawamu kemari dan menyembunyikan dirimu dari keluargamu.” Ucap Ken.
“Kau yang gila! Kau membuat seorang anak jauh dari keluarganya dan—”
“Mr. Orion, ini gaun pengantin yang anda pesan.”
Ken dan Tania menatap gaun pengantin yang dipegang oleh karyawan di butik. Tubuh Tania menegang, tentu saja ia tahu, gaun pengantin itu adalah gaun yang serupa dengan gaun pengantinnya bersama dengan Kevin— kekasihnya.
Gaun yang sudah rusak saat dia ke sini dan dikurung di dalam kamar itu. Tania tanpa sadar menangis, segera menghapus air matanya. Ia tidak kuat dengan gaun pengantin yang dilihat oleh dirinya sekarang. Ya Tuhan…!
“Kenapa? Kau suka dengan gaunnya bukan? Agar kau mengingat dengan rasa sakit dan tahu diri. Kalau gaun pengantin impian yang kau kenakan itu, kau menikah dengan lelaki lain bukan dengan Kevin adikku sendiri.” Kekeh Ken yang semakin membuat Tania merasa sakit hati mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki itu padanya.
“Aku tidak mau—”
“Aku tidak menerima penolakan. Sekarang coba gaun itu, aku mau melihat kau kembali mengenakan gaun pengantin sebelum nanti kita menikah.” Tangan Ken menarik tangan Tania kasar, membawa Tania ke ruang ganti.
“Pakaikan gaun pengantinnya.” Titah Ken pada karyawan di butik.
Karyawan di butik mengangguk. Dan segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh Ken, mereka segera memakaikan gaun pengantin untuk Tania. Ken kembali duduk di tempat semulanya dengan memegang ponsel, dan membaca pesan yang dikirim oleh orangnya di Indonesia, yang memang Ken tugaskan untuk memberikan laporan yang ada di Indonesia pada dirinya.
Adiknya belum sadar juga ternyata. Apakah adiknya mati? Ahh, jangan. Ken juga tidak mau adiknya mati. Adiknya harus melihat bagaimana perut Tania membesar nantinya dan bahagianya Tania bersama dirinya bukan adiknya.
Ken menatap pada Tania yang keluar dari ruang ganti dituntun oleh dua karyawan butik. Mata Ken menyeringai melihat bagaimana cantiknya Tania— gadisnya yang sebentar lagi akan menjadi pasangan hidupnya.
“Kau cantik sayang.” Ucap Ken pada Tania.
Pipi Tania tidak bersemu sama sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Ken pada dirinya. Malahan ia menatap datar pada Ken yang memuji dirinya.
“Kau terlihat tidak suka memakai gaun pengantin? Kenapa? Karena kau ingat, kalau kau menikah bukan dengan Kevin?” tanya Ken tertawa kecil.
Tania memalingkan wajahnya, lalu berbalik untuk mengganti pakaiannya. Ia tidak bisa memakai gaun pengantin ini lama-lama. Lebih baik dia mengganti gaun pengantin ini dengan cepat. Bukan senyuman dan pujian dari Kevin yang didapatkan olehnya saat dia memakai gaun pengantin. Tapi dari Ken— lelaki jahat yang merusak kebahagiaannya.
Tania sudah keluar kembali dari ruang ganti, ia sudah memakai gaun yang dipakai olehnya saat ke sini tadi. Ia berjalan mendekati Ken, dan duduk di samping lelaki yang masih memainkan ponselnya. Tania yang penasaran, ia mengintip di ponsel Ken.
Satu air mata menetes di pelupuk matanya. Melihat Kevin, kekasihnya yang terbaring di rumah sakit dengan berbagai alat medis.
“Menangis? Kalau kau tetap menolak, maka racun akan disuntikan ke jarum infus Kevin. Terima nasibmu sayang, kau menjadi istri Ken Gerald Orion bukan Kevin Roberto.” Ucap Ken tertawa kecil, menepuk kepala Tania berulang kali, yang langsung ditepis oleh Tania.
Kevin maaf…